Sate Lilit sendiri yang sudah masyhur sebagai menu ikonik Nusantara, saat ini juga hadir di Waroenk Podjok, Lantai Dasar Transmart, Jalan WJ Lalamentik, Fatululi, Kupang. / Effendy Wongso |
britaloka.com, KUPANG - Salah satu keunggulan
Indonesia selain berlimpahnya sumber daya alam, juga tidak lepas dari beragam budaya
dan khazanah kulinernya.
Terkait
kuliner, di setiap daerah Nusantara pasti terdapat makanan khas dengan cita
rasa lezat tersendiri. Sebut saja Rendang di Sumatera Barat, Sop Konro di
Sulawesi Selatan, Bubur Manado di Sulawesi Utara, Soto Betawi di DKI Jakarta,
Sate Lilit di Bali, dan masih banyak menu nasional lainnya.
Sate
Lilit sendiri yang sudah masyhur sebagai menu ikonik Nusantara, saat ini juga
hadir di Waroenk Podjok, Lantai Dasar Transmart, Jalan WJ Lalamentik, Fatululi,
Kupang.
“Alasan
kami mengangkat Sate Lilit di Waroenk Podjok tidak lepas kepopuleran menu ini,
tidak hanya di Bali secara domestik, tetapi secara global sudah menjadi menu
nasional,” terang Marketing Communication and Representative Admin Waroenk
Podjok, Noncy Ndeo dalam keterangan resminya, Selasa (10/4/2018).
Menurutnya,
seperti makanan khas daerah lainnya yang sudah masuk dalam daftar menu di
Waroenk Podjok, Sate Lilit yang diluncurkan pihaknya bersamaan pembukaan
Waroenk Podjok di Transmart pada 2 Maret 2018 lalu, memiliki cita rasa dan
keunikan tersendiri.
“Aroma
‘panggang’ daging ayam yang melingkar pada kayu tusuk Sate Lilit inilah yang
disukai penikmat kuliner. Jadi, bagi penyuka menu berbahan daging ayam, Sate
Lilit berisi delapan tusuk dalam satu porsi ini adalah makanan yang menggiurkan.
Apalagi, menu ini juga diimbuhi plecing kangkung dan sambal mata yang juga
sambal khas Bali,” papar Noncy.
Ia
menambahkan, animo pelanggan terhadap menu asal Pulau Dewata tersebut cukup
bagus. Terbukti, makanan yang masuk dalam jenis ala carte di Waroenk Podjok ini
menempati rating tinggi dalam list permintaan, baik makan di tempat maupun take
away.
“Apalagi,
harga yang kami banderol untuk Sate Lilit ini cukup terjangkau hanya Rp 35
ribu,” kata Noncy.
Sekadar
diketahui, sejatinya Sate Lilit adalah varian sate asal Bali. Sate ini terbuat
dari ayam, ikan, dan daging sapi yang dicincang kemudian dicampur parutan kelapa, santan,
jeruk nipis, bawang merah, dan merica.
Daging
cincang yang telah berbumbu dilekatkan pada sebuah bambu kemudian dipanggang di
atas arang.
Tidak
seperti sate lainnya yang dibuat dengan tusuk sate yang pipih dan tajam, tusuk
sate lilit berbentuk datar dan lebar. Permukaan yang lebih luas memungkinkan daging
cincang untuk melekat. Istilah lilit dalam bahasa Bali dan Indonesia berarti “membungkus”,
yang sesuai cara pembuatan sate ini.
Sebagai
pulau dengan mayoritas pemeluk agama Hindu, daging sapi atau ikan lebih menjadi
pilihan lantaran daging sapi sebenarnya pantang dikonsumsi di Bali.
Namun,
untuk memenuhi konsumen Muslim, Sate Lilit menggunakan daging sapi sapi atau
daging ayam. Di pusat-pusat perikanan Bali, seperti Desa Kusamba yang menghadap
ke Selat Nusa Penida, Sate Lilit yang terbuat dari ikan sangat disukai.
Dua
sate favorit asal Bali adalah Sate Lilit dan sate ikan. Sate Lilit dan sate
ikan yang asli, kaya campuran rempah-rempah.
Di
Bali, hampir setiap hidangan dibumbui bumbu “megenep” atau campuran
rempah-rempah seperti daun jeruk, santan, bawang putih, bawang merah, lengkuas,
ketumbar, kunyit, dan cabai
No comments:
Post a Comment