britaloka.com, KUPANG – Jika ada makanan yang
demikian dirindukan, maka salah satunya adalah Bakmi Goreng Jawa. Pasalnya, kuliner
Nusantara yang biasa disebut “mie jawa” atau atau dalam bahasa
Jawa “bakmi godhog”, memang “kangenin” berkat cita rasanya yang khas.
“Tipikal
makanan ini tidak lepas dari penggunaan bahan mie yang dimasak dengan bumbu tradisional
khas Jawa. Jadi, jika dua bahan utama yang dikolaborasi dalam bentuk makanan
seperti Bakmi Jawa ini, maka rasanya akan ‘melekat’ di lidah penikmat kuliner,”
kata Marketing Communication and Representative Admin Waroenk Podjok, Noncy
Ndeo dalam keterangan resminya di Waroenk Podjok, Jalan WJ Lalamentik,
Fatululi, Kupang, Kamis (5/4/2018) sore
Wanita
kelahiran Rote ini menguraikan, tidak hanya penggunaan dua bahan makanan
tersebut yang berkontribusi menangangkat cita rasa lezatnya, tetapi juga berkat
penggunaan sayur-sayuran yang bergizi, juga irisan ayam kampung dan telur dadar
sebagai isi.
“Apalagi,
mie yang kami gunakan adalah mie berkualitas yang terbuat dari tepung dan telur
ayam pilihan,” ujar Noncy.
Sejak
diluncurkan pada 2 Maret 2018 lalu, Bakmi Goreng Jawa selalu dicari pelanggan.
Tidak hanya penikmat kuliner lokal maupun domestik, namun beberapa pelanggan
ekspatriat Waroenk Podjok juga selalu memesan makanan sejuta umat itu.
Terbukti,
sebut Noncy, hal tersebut dapat dilihat dari daftar permintaan pelanggan yang
merajai list pesanan makanan pihaknya. “Yang pasti, Bakmi Goreng Jawa ini masuk
dalam best seller di Waroenk Podjok yang tidak kalah dengan makanan sejuta umat
lainnya seperti nasi goreng,” beber Noncy.
Ditambahkan,
Bakmi Goreng Jawa dibanderol terjangkau Rp 27.500. “Itulah sebabnya, dari
sekian banyak menu modern tetapi Bakmi Jawa yang notabene tradisional ini tetap
diburu pelanggan di Waroenk Podjok,” imbuh Noncy.
Terkait
perbandingan cita rasa dengan varian mie lainnya seperti Dragon Hot Chicken
Ramen, Noodle Tower, Spicy Chicken Hotplate Noodle, Charsiew Hotplate Noodle, wanita
yang kebetulan senang makan mie ini mengatakan, ingredient-nya dan takarannya tetap
terjaga.
“Kebanyakan
bahan mie di Waroenk Podjok adalah hand made. Sehingga, menu-menu berbahan mie tetap
dapat dijaga kualitasnya. Jadi, tidak ada penurunan kualitas. Chef kami
mengamati secara baik, sebab mutu dan higienitasnya adalah nomor satu,” kata
Noncy.
Ia
berharap, dengan hadirnya Bakmi Goreng Jawa dan berbagai makanan tradisional
lainnya, pihaknya dapat mengakomodir kerinduan penikmat kuliner yang ingin
mencicipi eksotisme cita rasa kuliner Nusantara.
“Ya,
silakan ke resto dan kafe berlogo ‘koki berkumis’ Waroenk Podjok, sebab kami
memiliki sekitar 90 varian makanan,” ujarnya.
Sekadar
diketahui, Bakmi Goreng Jawa banyak dijajakan di Yogyakarta dan kota-kota di Jawa
Tengah lainnya seperti Magelang, Purwokerto, Semarang, Solo, dan lainnya.
Beberapa
pengamat kuliner mengklaim jika Desa Piyaman, Wonosari, Gunungkidul merupakan
tempat asal pelaku kuliner Bakmi Goreng Jawa atau “bakmi Jawa” ini, yang
kemudian menjualnya di berbagai kota besar Indonesia.
Kebanyakan,
penjual Bakmi Goreng Jawa di Yogyakarta berdagang mulai pada sore, dengan meletakkan
gerobak tempat memasak di depan tempat usaha mereka.
Beberapa
catatan terkait kuliner, menyebut pedagang Bakmi Goreng Jawa di Yogyakarta yang
ramai dikunjungi pembeli di antaranya Bakmi Pak Pele di Alun-alun Utara, Bakmi
Kadin, Bakmi Mbah Hadi Terban, Bakmi Mbah Mo di Desa Code, Trirenggo, Bantul, dan
Bakmi Mbah Wito di Desa Piyaman, Wonosari, Gunungkidul.
Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) sebelum terpilih sebagai presiden keenam Republik
Indonesia (RI), dikabarkan sering bersantap di Warung Bakmi Mbah Wito di
Wonosari, Gunungkidul.
Sementara,
almarhum presiden kedua RI, Soeharto dulunya merupakan salah seorang pelanggan
loyal di Harjo Geno di Pasar Prawirotaman, Yogyakarta. Ketika Soeharto masih
menjabat presiden, Bakmi Kadin diundang untuk memasak di Istana Negara setiap peringatan
Proklamasi Kemerdekaan RI.
No comments:
Post a Comment