 |
Sebuah buku biografi Andi F Noya berjudul “Kisah Hidupku” yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas 2015 adalah buku yang menceritakan kisah hidup pemandu program talk show di Metro TV, Kick Andy./Ist |
britaloka.com - Sebuah buku biografi
Andi F Noya berjudul “Kisah Hidupku” yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas 2015
adalah buku yang menceritakan kisah hidup pemandu program talk show di Metro
TV, Kick Andy.
Dalam bukunya, pria bernama lengkap Andy Flores
Noya mengungkapan masa kecilnya hingga saat ini. Ada banyak cerita yang membuat
siapa saja yang membacanya benar-benar larut dalam setiap alurnya kisah
hidupnya dalam buku setebal 436 halaman tersebut.
Jika Anda pecinta program Kick Andy, sosok Andy
sebagai host populer tentu tidak asing lagi. Ia menceritakan dengan jelas
kisahnya dari kecil, bahkan saat ia dilahirkan. Kisah hidupnya sangat berliku,
banyak pengalaman yang pahit dialaminya.
Dimulai dari masa kecilnya yang hidup di tengah
kehidupan masyarakat Jawa. Sementara, Andy terlahir sebagai sosok yang berbeda,
memiliki darah Belanda dan bertumbuh di saat masa-masa berat pada 1960-an.
Perbedaan wajah, kulit, dan fisiknya sempat membuat ia menyesal terlahir sebagai
keturunan Belanda.
Pasalnya, dengan lahir sebagai keturunan
Belanda, pada masa itu menjadi siksaan tersendiri. Banyak yang menyakitinya,
serta hidup di antara ketakutan yang luar biasa.
Di buku ini, ia juga menceritakan bagaimana
kondisi keluarganya yang miskin. Andi terlahir dengan kondisi ekonomi yang
pas-pasan, malah cenderung kekurangan.
“Saya tinggal di tempat parkir, sekamar
bertiga, sampai-sampai tidak memiliki pakaian baru. Ayah meninggalkan kami dari
kecil, sementara ibu hanya bekerja sebagai penjahit. Kehidupan saya benar-benar
sengsara ketika saya tidak sengaja memecahkan kaca spion mobil orang. Lantaran kelakuan
saya saat itu, ibu menanggung beban yang luar biasa beratnya. Dari sini, saya
mulai membenci orang-orang kaya.
Tumbuh berpindah-pindah tempat (nomaden), serta
tidak pernah mendapatkan perhatian khusus (kasih sayang) dari orang tua membuat
Andi brutal. Ia menjadi arogan serta tidak memiliki cita-cita yang jelas, serta
berkelakuan nakal. Terlebih ketika ia mulai dekat dengan tiga bersaudara yang kerjaannya
hanya bikin masalah.
Kenakalan-kenakalan kecil seperti menyuri kebun
pisang, mengutil makanan di Kebun Binatang Surabaya, sampai tindakan yang lebih
parah lagi seperti menjurus ke kriminal pun dilakukan kala itu. Bahkan, ada
yang meramal kalau nantinya dia akan menjadi seorang penjahat.
Beranjak remaja, Andi mengisahkan hidup
keluarganya berpindah-pindah menuju Papua. Di sana, ia bertemu ayahnya. Sosok
yang hampir ia lupakan wajahnya, Andi merasa saat itu bukan hanya sebagai
seorang anak, namun juga menjadikan ayah sebagai sosok teman yang baik.
Di Jayapura, juga ada banyak kisah yang Andi
alami. Mulai dari keberaniannya mengungkapkan cinta kepada gurunya, tenggelam
di lautan, sampai pertengkaran dengan ayahnya. Di saat pertengkaran itu juga,
ayahnya mengembuskan napas yang terakhir, tepat di pangkuannya.
Tidak lupa juga, buku juga mengungkapkan sejarah
Andi meniti karier sebagai jurnalis. Banyak aral yang dihadapinya, namun berkat
kegigihan dan usahanya, semua bisa ia gapai dan menjadi wartawan di media massa
besar, hingga menjadi direktur di salah satu media ternama.
Di sini, Andy juga mencertikan bagaimana ia berjuang
bersama Surya Paloh untuk menjadikan Media Indonesia menjadi lebih berkembang.
Diceritakan juga mengenai terbentuknya Metro TV. Banyak cerita di sini yang
berkaitan dengan saluran televisi Indonesia, serta tantangan-tantangan sebagai
wartawan saat meliput ataupun menampilkan berita waktu itu.
“Banyak ancaman yang saya terima, bahkan salah
satu media massa tempat saya bekerja pun dibredel pemerintah. Dilarang terbit
dengan alasan menyalahi aturan,” bebernya.
Kisah-kisah perjuangan seorang wartawan banyak
diceritakan di buku ini, mulai dari hal manis hingga getir hidup di masa
pemerintahan Soeharto.
Beberapa kutipan yang ada dalam buku Andy, “Kisah
Hidupku: Tidak perlu menunggu untuk bisa menjadi cahaya bagi orang-orang di
sekelilingmu. Lakukan kebaikan, sekecil apapun, sekarang juga”, demikian tulis Andy
F Noya dalam halaman pembuka bukunya.
Perasaan lonely (kesepian) kerap ia rasakan
ketika kecil. “Tidak ada orang tua sebagai tempat berlindung dan mengadu. Dalam
kesendirian seperti itu, saya sering merindukan sosok ayah. Tetapi pada saat
itu, ayah entah di mana. Saya hanya bisa menangis diam-diam,” demikian ditulis
Andy pada halaman kelima.
Selanjutnya, Andy juga menulis dalam halaman 53
bukunya. “Dalam usiaku yang masih belia waktu itu, hidup telah mengajariku
tentang betapa timpangnya tataran sosial ekonomi di masyarakat kita. Ada jurang
dalam antara yang miskin dan kaya,” urainya di halaman 53.
Di halaman 171, ia menulis hidup ini terlalu
indah untuk dibuat susah. Nikmati hari-harimu sebaik mungkin. Di halaman
selanjutnya, 249 ia menulis kegelisahan-kegelisahannya. “Aku mulai gelisah. Di
Matra, kemampuan menulisku memang singkat. Tetapi, sebagai wartawan ketajaman
intuisiku mulai menumpul,” demikian tulisnya.
Adapun pada halaman 314, ia menulis: “Mereka tidak berani menabrak program sinetron yang bernilai ratusan
juta rupiah”.
Andy juga mengungkapkan tidak setuju terhadap
suatu peraturan, dengan menuliskan, “Seharusnya kamu berjuang untuk mengubah
peraturan itu, bukan melanggar peraturan tersebut”. Ini ditulisnya pada halaman
371.
Masih banyak cerita mengenai Andi di buku ini.
Kisahnya sewaktu remaja yang penuh kenakalan, juga kehidupannya selama tinggal
beberapa tahun di Malang. Ada kisah mengenai Bu Ana, sosok guru yang sangat
disayanginya.
Juga ada kisah Andy yang malu terhadap profesi
ayahnya saat sekolah di STM. Ia juga membeberkan saat pernikahannya dengan
wanita yang lebih tua darinya. Tentunya, cerita dalam buku mencakup saat ia
mulai mengenal dunia jurnalistik, mengenal Surya Paloh, mengundurkan diri dari
Metro TV, dan lainnya.
Buku ini “wajib” dimiliki bagi orang yang ingin
mengenal bagaimana perjuangan seorang wartawan di masa rezim Soeharto. Buku tidak
hanya terkait kehidupan seorang Andy F Noya, tetap juga menceritakan persaingan
masif antara saluran televisi serta sosok-sosok wartawan senior yang memimpin
surat kabar ternama saat ini.
Sebuah buku yang menginspirasi pembaca untuk
tetap bekerja, taat peraturan, dan tidak kenal kompromi dengan kesalahan.