britaloka.com - Memiliki
rumah dengan tampilan “cantik”, tentu impian semua orang. Bagi sebagian orang,
meskipun memiliki cukup banyak dana untuk merenovasi atau mengubah tampilan
rumah yang biasanya dimulai dari muka rumah (fasad), namun tidak sertamerta
dapat mewujudkan “aura” rumah yang manis dan sedap dipandang mata.
“Jika
tidak dibekali konsep yang matang, belum tentu pemilik rumah dapat
merealisasikan keinginannya untuk memoles fasad ideal rumahnya. Ini beda
apabila setiap elemen pembentuk dirancang
selaras satu sama lain,” terang Yenny Halim, pengusaha toko ritel yang
menggemari tata griya, saat ditemui di kediamannya, Jalan Sultan Hasanuddin,
Kamis (25/2).
Menurut
Cik Yen, demikian ia dipanggil, sebenarnya ide fasad dapat ditemui dengan
mudah. “Referensi banyak, salah satunya dari majalah khusus yang membahas
griya. Tinggal pilih mana yang hendak diaplikasikan untuk hunian,” bebernya.
Untuk
tampil beda, wanita gemar traveling ini menyarankan untuk mencoba fasad
beraksen etnik. “Ragam etnik dari arsitektur tradisional Indonesia tergolong
sangat variatif. Fasad bergaya etnik tidak mesti menerapkan gaya etnik secara frontal.
Ciri khas suatu daerah yang kemudian disesuaikan detail bangunan, saya kira
sudah cukup mewakili gaya etnik tertentu,” imbaunya.
Yenny
menambahkan, untuk menerapkan unsur tradisional tidak sesulit yang dibayangkan
banyak orang. Pasalnya, seperti yang ia kemukakan tadi, pemilik tidak perlu
seratus persen mengadopsi rumah tradisional ke tampilan fasad.
“Cukup
aksen yang dirasa agak ringan dan mudah. Misalnya, jika ingin menerapkan
arsitektur rumah Toraja, maka bisa mengambil ide desain Tongkonan, atau tanduk
khas Toraja,” paparnya.
Selain
itu, dalam penerapan motif atau pola etnik, konsepnya mirip langkah pertama. “Bedanya,
jika tadi mengambil ide fisik seperti Tongkonan, fasad rumah juga dapat
mengambil motif atau pola etnik tertentu. Misalnya, motif batik atau ukiran
khas Bali,” urai Yenny.
Ditambahkan,
seseorang nantinya bisa “menempelkan” motif atau ukiran tersebut di salah satu
elemen fasad. “Garda rumah juga bisa, seperti pintu atau jendela. Dengan
demikian, ada kekontrasan yang justru bikin tampilan muka rumah jadi unik,”
imbuhnya.
Masih
senada dua penerapan yang dikemukakannya tadi, Yenny mengimbau agar pemilik
rumah jangan terpaku pada satu bahan saja. “Jangan hanya berbahan kayu, tetapi
boleh juga menggunakan batu. Pasalnya, kombinasi relief batu untuk bubungan
atap misalnya, bakal menguatkan kesan pada etnik yang ingin ditampilkan,”
sebutnya.
Merujuk desain etnik
yang baik, wanita murah senyum ini mengatakan semua etnik di Tanah Air bagus
dijadikan model. “Rumah Betawi yang memiliki teras terbuka sebagai ruang tamu,
juga bagus diaplikasikan untuk fasad. Atau, bisa juga rumah tradisional khas Bugis-Makassar
yang selalu menggunakan rumah panggung,” cetus Yenny.