BLOGKATAHATIKU - Kapan
terakhir seseorang menggunakan ponsel untuk menelepon, memegang dan
menempelkannya ke telinga? Sulit mengingatnya lantaran sudah jarang dilakukan
saat ini, meskipun secara umum belum ditinggalkan.
Dibanding dulu yang notabene
konvensional, kini sudah ada beragam cara yang lebih cepat dan mudah untuk
mengatur jadwal bertemu, menghubungi kolega, menegur teman, bahkan mengatur
kencan.
Ditemui di toko ponselnya di
Makassar, Kamis (28/1), Winsen mengungkapkan tren gadget yang berkembang,
khususnya terhadap fungsi komunikasi yang telah berubah.
Menurutnya, menelepon adalah hal
paling akhir yang dilakukan dengan smartphone,
setelah browsing internet,
mengecek jaringan media sosial, mendengarkan musik, dan main game. “Dengan
konektivitas dan mobilitas yang supercepat, ini mendorong lebih banyak
aktivitas online untuk setiap kebutuhan,” papar ayah dua anak ini.
Ditambahkan, sebagian besar dari
tugas sehari-hari masyarakat, kini bisa dipermudah secara digital. “Tidak
ada lagi kebutuhan seperti secara fisik pergi ke bank, mengeposkan surat di
kantor pos, atau main game di arcade.
Perkembangan fungsi dan skenario penggunaan smartphone ikut mendorong evolusi gadget mobile. Meski smartphone
sudah cukup lama menawarkan kemampuan-kemampuan di atas, layarnya yang relatif
kecil seringkali membuat pengguna jadi canggung, sementara membawa tablet dengan layar besar membuat
orang jadi frustasi,” bebernya.
Dijelaskan, hal ini seringkali membuat
konsumen sulit memilih antara perangkat yang dibutuhkan dengan perangkat yang
diinginkan. “Ini kemudian memicu munculnya perangkat yang menggabungkan
konektivitas smartphone dan
bentuk mirip tablet, yakni phablet yang antara lain dibuat pabrikan
gadget Lenovo,” cetusnya.
Dari awal kemunculan ponsel hingga
lahirnya phablet, sebut Winsen,
fungsi komunikasi sudah pindah dari
telinga ke mata. “Menurut riset dari Pew Research Center di 2010,
generasi muda saat ini lebih banyak menggunakan ponsel mereka sekitar 130 kali
dalam sehari untuk apapun selain menelepon,” urainya.
Diterangkan, ponsel sudah pindah
dari telinga ke mata, dan semua telah terpaku pada rangkaian chat yang berlangsung cepat dengan
cara yang lebih sederhana. Ini adalah era di mana saat menelpon teman atau
anggota keluarga semakin lama semakin jarang dilakukan, apalagi menulis surat.
“Walaupun cara komunikasi masa kini
lebih cepat dibandingkan 25 tahun lalu, bukan berarti jadi kurang bermakna
karena pada akhirnya, hasilnya akan sama,” imbuh Winsen.
Mengingat kecepatan komunikasi saat
ini, seseorang membutuhkan alat baru untuk mengikutinya. “Kemampuan dual SIM dan konektivitas 4G/LTE kini
harus ada di semua perangkat yang saling terhubungkan guna membantu teman dan
keluarga berkomunikasi dengan cepat dan mudah, baik di rumah maupun di luar
rumah,” ujarnya.
Diungkapkan, lantaran gaya hidup masyarakat
modern yang semakin mobile, ada
peningkatan kebutuhan untuk mengoperasikan perangkat hanya dengan satu tangan,
aktivasi dengan suara yang bisa diandalkan, dan pengaturan conference call yang fleksibel,”
tandas Winsen.