BLOGKATAHATIKU - Salah satu
struktur penopang kemajuan suatu usaha, tidak terlepas dari pengelolaan
manajemen yang baik. Sistem akan beroperasi dengan lancar jika didukung
pengelola yang perofesional. Dalam bisnis perhotelan, hal ini tidak dapat
dinafikan.
“Kami
akan lebih menekankan pelayanan yang baik sebagai kultur dalam bisnis kami di
Hotel La’riz. Ini unsur penting yang belum banyak diimplementasikan hotel-hotel
di Makassar,” ungkap President Director La’riz Hotel and Resort Management, Asep
Supardi, saat menggelar konferensi pers terkait peluncuran Hotel La’riz di D’District
Lounge, Lt 8 Hotel Serela Lagaligo, Jalan Lagaligo, Kamis (21/1).
Sekadar
diketahui, Hotel La’riz City Beach yang beralamat di Jalan Haji Bau sebelumnya
adalah Hotel Banua. Setelah diakuisisi manajemen Hotel La’riz di pengujung 2015
lalu, fisik hotel tersebut direnovasi (soft renovation) dengan mengusung konsep
yang dibawa Hotel La’riz.
“Secara
spesifik, perubahan fisik (bangunan) tidak terlalu banyak kami ubah, karena
hotel sebelumnya (Banua), sudah memiliki 96 kamar. Dari kamar-kamar ini, kami
akan membagi beberapa tipe kamar, di antaranya superior 84 kamar, deluxe enam
kamar, dan suite enam kamar. Selain itu, ada beberapa fasilitas lain seperti
meeting room, fitness center, kolam renang, dan restoran,” papar Asep.
Saat
ditanyakan mengapa memilih mengakuisisi Hotel Banua, pria kelahiran Bandung, 15
Mei 1970 ini mengungkapkan, pihaknya menganggap lokasi hotel tersebut sangat
strategis yang dekat dengan objek wisata Pantai Losari.
“Itu
salah satu alasan kami. Tetapi, jika menilik lebih dalam, maka kami memadukan
dua target okupansi. Pertama, segmen leisure dan kedua segmen business. Di
Makassar, potensi ini masih besar. Jadi, kami memilih membidik dua segmen
tadi,” bebernya.
Suami
Tati Sumiati yang juga merupakan founder operator hotel asal Jawa Barat ini,
mengaku tidak gentar menghadapi masifnya persangan dalam bisnis perhotelan.
“Kami tidak khawatir dengan bertumbuhnya banyak hotel di kota ini. Dengan
banyaknya pesaing, itu berarti kompetisi mengharuskan kami untuk selalu
inovatif, dan memberikan yang terbaik kepada pelanggan,” imbuhnya.
Optimisme
untuk dapat menjadi hotel pilihan masyarakat di Kota Daeng, dapat dilihat dari
target okupansi yang dipatok Asep. “Kami tidak muluk-muluk, tiga bulan awal
tahun ini, kami targetkan dapat meraup okupansi sekitar 62 persen hingga 63
persen. Sementara, target tahun ini sekitar 80 persen,” imbuh ayah dari Amalia
Agustina dan Fernanda Dewi.
Saat
ini, manajemen La’riz yang membawahi 10 properti di Indonesia, berupaya
membenahi dan merenovasi beberapa item pada bekas Hotel Banua. “Biaya renovasi
yang kami keluarkan belum dapat dikalkulasi secara rinci, tetapi sekitar Rp 80
juta-Rp 100 juta per kamar,” jelas Asep.
Mengawali
peresmian Hotel La’riz City Beach pada 2 Februari, manajemen hotel memberikan
promo harga menarik kepada tamu. “Kami mulai Rp 300 ribu. Harga ini kami anggap
dapat bersaing dan mewujudkan target okupansi kamar Hotel La’riz nantinya,”
optimistisnya.
Sementara
itu, Human Resource Manager La’riz Hotel and Resort Management, Tince Yustina, menambahkan,
pihaknya optimis dapat bersaing dengan hotel-hotel lain di Makassar. “Sebelumnya,
kami sudah membangun vila dan resort di Cisarua Bogor, dan ke depannya, kami akan
memperluas jaringan dengan ekspansi ke Jakarta, Medan, Surabaya, Pekanbaru, dan
Raja Ampat, Papua,” tutupnya.