BLOGKATAHATIKU - Kemajuan
suatu kota selalu berbanding lurus terhadap kemajuan lainnya, sebut saja dalam
kegiatan bisnis seperti usaha kuliner. Pasalnya, pertumbuhan kota dengan
masyarakatnya yang sibuk, memaksa sebagian besar warga untuk mendapatkan
pelayanan serba cepat namun tetap berkualitas.
Hal
tersebut ditangkap Suardi Daeng Minro sebagai peluang bisnis, sehingga memantik
ide untuk mendirikan kedai roti. Lantas, kenapa mesti roti? Saat ditemui belum
lama ini di Jalan Hertasning (Aroepala), Makassar, pemilik kedai roti “Roti
Daeng” ini mengungkapkan, roti merupakan sarapan yang paling layak menjadi
pengganti nasi dibandingkan makanan lainnya.
“Selain
instan, roti juga kaya gizi. Saat ini, hampir semua orang menyukai roti sebagai
pengganti makan siang atau sarapan. Selain praktis, roti juga cukup
mengenyangkan,” alasannya.
Terkait
penggunaan kata “Daeng” dalam entitas merek usahanya, Suardi beralasan lantaran
nama itu sudah sangat identik dengan Makassar. “Selain itu, saya juga ingin mengangkat
nama lokal dengan kualitas internasional,” bebernya.
Kedai
roti yang mengusung jargon “Rotinya Orang Sulawesi” tersebut, menawarkan tiga jenis
roti, di antaranya roti Jepang, roti Taiwan, dan roti Eropa. Tidak hanya itu,
untuk tetap menjaga kualitas rotinya, Suardi yang paham benar pentingnya unsur higienis
dan kesehatan, mengklaim semua produknya tidak menggunakan bahan pengawet.
“Keputusan
tanpa memakai bahan pengawet ini, memang berisiko rugi. Hanya dalam tempo satu hari,
semua roti bisa dipastikan rusak. Tetapi, Roti Daeng juga tidak tawar menawar terkait
kesehatan. Oleh karena itu, kami memiliki cara mengantisipasinya. Jika pukul
20.00 Wita masih ada 600 pieces, maka produksi bakal dihentikan karena kedai tutup
pukul 22.00 Wita,” imbuhnya.
Kedai
yang buka 14 Oktober 2015 ini, memiliki ratusan varian roti yang selalu
berganti pada waktu-waktu tertentu. Setiap hari memproduksi sekitar seribu
pieces dengan 50-60 varian, di antaranya roti ulang tahun, roti Mexico, roti
Jerman, pizza Daeng, dan masih banyak lagi. Selain roti modern, Roti Daeng juga
menyajikan berbagai varian roti tradisional seperti bika.
Menyoal
segmentasi, Suardi mengaku pihaknya menyasar masyarakat menengah atas. Kendati
demikian, Roti Daeng bisa dinikmati semua kalangan. Adapun harga yang
ditawarkan variatif, tergantung jenis yang dipesan. Untuk roti dibanderol Rp 5
ribu-Rp 10 ribu per pieces, sementara brownis Rp 39 ribu-Rp 50 ribu per pieces.
Guna
memanjakan pengunjungnya, pihaknya menyiapkan sejumlah sofa, bahkan meja untuk
makan. “Memang kami sengaja menyediakan sofa dan meja, ini agar pengunjung
merasa nyaman layaknya di rumah sendiri, sehingga leluasa memilih roti,” ulas
Suardi.
Selain
itu, nuansa natural juga diterapkan dalam konsep interior kedai. Ini dapat
dilihat dari atap maupun selasar yang dinaungi "dedaunan".
Untuk mengakomodir
animo pelanggan terhadap kebutuhan roti maupun brownis pihaknya, Suardi mengaku
saat ini tengah menggenjot kapasitas produksi Roti Daeng sekitar dua ribu dan
500 brownis dalam sehari.