Gadis
yang melayang di jembatan layang....
Aura
cinta yang wangi terpental di sepenggal jalan
luka
itu bagai terancap belati
pada
dada dan hatimu
:
Lelaki dan selingkuh adalah jelaga hitam
dan
tiap sebentar meniriskan hujan airmata
"Aku
sudah tidak sanggup hidup
dalam
bayang-bayang kalah!"
Kuhela
napas dalam diam
wajahmu
menubir di kaca spion mobilku,
kala
kutengok kau yang merunduk
bertabir
semayang rambut legam
:
aku di sini sendiri bersama angin dan anyes melati
sungguh,
aku yakin kau ada
duduk
di belakang dengan wajah pasi
namun
tak kasat realita
Kita
membisu
bagai
lagu sunyi
:
kau masih terdiam bagai ada dan tiada
antropoid
maya serupa angan nan gaib
dan
dalam nalar mereka menyebutmu hantu!
Engkaulah
gadis yang dilentuk antosian
multiwarna
dalam satu wujud
:
tak ada kata, tak ada sapa
hanya
tangismu yang lirih menyayat
sendu
pilu, giris dan satu-satu
dan
aku yakin dalam satu simpul
:
senandung itu adalah ruap luka
sakit
yang masih membilur dalam elegi
Gadisku,
siapa pun engkau,
sudilah
bercerita tentang lara
:
jangan hanya diam dalam runduk
atau
lirikan sendu matamu
yang
meneteskan airmata darah
sebab,
kaca dan spion mobilku hanyalah mujarad
dan
ia tak mampu memupus luka!
Bicaralah,
jangan
menghilang dan melayang serupa lelawa
lengkingan
dan kikikanmu bukanlah jejawab
gerbang
mimpiku senantiasa
mementangkan
pintu bagimu
datanglah,
datanglah
:
gadis yang mati bunuh diri di jembatan layang itu!