yang
mengembang di bawah naungan layar biru
dan
pada gerai bulir-bulir embun pagi?
Majas
apa gerangan
yang
dapat melamur ranggas maharana
dan
pada sekumpulan pedang mengilap
Bersuaralah
kesatria
biar
tubir-tubir karang
dan
lembah-lembah nan menghijau
menyampaikan
jawaban darimu
untuk
menguak enigma tak bertepi
Bao
Ling
Elegi
Enigma
“Lengan
seragam kamu sobek, kenapa?”
Fa
Mulan menangkap sobekan sebesar jari kelingking di lengan kanan seragam Bao
Ling dengan ekor matanya saat pemuda itu tengah menenggak araknya. Senyum
pemuda itu melamur di akhir pertanyaan Fa Mulan. Ia kembali teringat pada
penyerangan misterius terhadapnya dalam perjalanan ke pos pengawasan Tembok
Besar ini. Saat bertarung, lengan seragamnya sobek. Mungkin tersangkut ranting
pepohonan saat ia bersalto dan bergulingan di tanah menghindari sabetan pedang
penyerangnya. Entahlah. Mungkin juga lesatan anak panah yang mendesing di dekat
tubuhnya ketika diserang pedanuh dari semak-belukar hutan.
“Saya
diadang oleh beberapa orang di hutan Hwa saat hendak kemari.”
Fa
Mulan membelalak kaget. “Kamu tidak apa-apa?!”
“Saya
tidak apa-apa. Orang yang mengadang saya ternyata salah satu prajurit Istana,”
jelas Bao Ling, mengernyitkan keningnya karena masih penasaran dengan gelimun
maksud pembunuhan dirinya. Tak sadar ia menggeleng. Semuanya masih serupa
enigma di benaknya. “Namanya Zhung Pao Ling!”
“Zhung
Pao Ling?!”
“Dia
adalah Kepala Intelijen Yuan. Dia merupakan salah satu orang kepercayaan
Jenderal Gau Ming. Saya tidak tahu apa maksud dia mencoba membunuh saya di
hutan Hwa.”
“Masalah
pribadi?”
Bao
Ling menggeleng. “Bukan. Meski sering bertemu di Istana Da-du, tapi saya tidak
terlalu akrab dengan Zhung Pao Ling. Mungkin karena saya dan dia menjalani
tugas-tugas yang berbeda. Jadi, saya rasa bukan karena masalah pribadi.
Lagipula, saya tidak pernah merasa pernah menyinggung ataupun menyakiti hatinya.”
“Aneh,”
desis Fa Mulan dengan sepasang alis yang nyaris bertaut. “Benar-benar aneh.”
Bao
Ling menghela napas. “Justru itulah yang meresahkan saya, Asisten Fa. Mungkin
ada konspirasi yang berkembang di dalam Istana untuk mengganggu stabilitas
Yuan.”
“Maksudmu….”
“Saya
tidak berani berasumsi. Tapi kalau benar, maka saya lebih berpraduga kalau hal
tersebut didalangi oleh pihak jasus yang sudah memasuki lingkungan Istana,”
rekanya, lalu mengembuskan napasnya dengankeras, ekspresi kegalauannya perihal
peristiwa miris yang dialaminya di hutan Hwa.
“Tapi,
bukankah Zhung Pao Ling merupakan prajurit kepercayaan Jenderal Gau Ming?”
tanya Fa Mulan penuh selidik. “Jangan-jangan….”
Bao
Ling mengelus-elus dagunya dengan dahi mengerut. “Benar. Tapi, saya sama sekali
tidak pernah berasumsi kalau aktor instabilator itu adalah Jenderal Gau Ming.
Mana mungkin beliau yang sudah menjadi bagian dari keluarga besar Istana Da-du
itu dapat membangkang begitu? Bukankah beliau sudah bersusah-payah bahu-membahu
membangun Kekaisaran Yuan sejak ayahanda Kaisar Yuan Ren Zhan, Kaisar Yuan Ren
Xing, berkuasa dulu? Menciptakan instabilator dalam Kekaisaran Yuan itu sama
juga berarti beliau meruntuhkan rumah tangganya sendiri yang telah dibangunnya
dengan susah-payah. Bukankah begitu, Asisten Fa?”
“Tentu,
tentu,” Fa Mulan mengangguk-angguk, mengakuri dalih keyakinan Bao Ling terhadap
Jenderal Gau Ming yang sudah lama mengabdi untuk Istana. “Meski saya jarang
berada di Istana, tapi saya tahu dedikasi macam apa yang dimiliki Jenderal Gau
Ming. Tidak mungkin beliau yang melakukan semua rencana busuk tersebut meskipun
ada indikasi semacam itu yang mengarah kepada beliau.”
“Saya
justru khawatir jasus musuh sudah demikian jauh masuk ke Istana, sehingga
keselamatan Kaisar Yuan Ren Zhan dan beberapa petinggi militer lainnya tidak
dapat terjamin dengan baik lagi. Saya harus menyampaikan kasus ini secepatnya
kepada Jenderal Gau Ming setiba di Istana Da-du nanti,” tambah Bao Ling, lebih
kepada dirinya sendiri ketimbang kepada lawan bicaranya.
“Ya,
saya rasa kamu harus secepatnya kembali ke Istana,” desak Fa Mulan, turut
merasa khawatir dengan perkembangan terakhir di Istana Da-du. “Situasi Istana
pasti tidak kondusif. Bahaya dapat mengancam kapan saja. Di balik keberhasilan
Yuan, ternyata kemenangan tersebut menyimpan banyak kelemahan serta hal-hal
yang tidak terduga. Mungkin hal itu masih luput dan belum diketahui oleh
pejabat intelijen kita. Euforia kemenangan Yuan atas pemberontakan Han membuat
pejabat militer kita lengah. Yuan sebetulnya masih di ambang bahaya!”
“Betul,
Asisten Fa,” akur Bao Ling, menganguk-anggukkan kepalanya keras. “Makanya,
paling tidak Anda bisa berandil menyelamatkan negara kembali dengan menghadiri
acara Festival Barongsai tersebut,” lanjutnya meminta.
Fa
Mulan menimbang-nimbang. “Saya belum dapat memberikan jawaban sekarang. Tapi,
saya pasti akan mengambil keputusan bila negara dalam bahaya. Mungkin saya akan
menyusul kamu nanti ke Ibukota Da-du.”
“Terima
kasih, Asisten Fa,” sahut Bao Ling dengan mata berbinar-binar. “Istana memang
sangat membutuhkan atensi Anda.”
Fa
Mulan mengangguk. “Sayang kemenangan kita direcoki oleh euforia. Itu salah satu
kelemahan dalam maharana. Musuh dapat menyusun kekuatan baru. Buktinya, Zhung
Pao Ling yang loyal pun dapat berubah. Otak Zhung Pao Ling bahkan sudah
dirasuki oleh niat jahat pihak musuh. Dan pasti dia telah bekerja sama dengan
pihak lawan yang hendak menjatuhkan Kekaisaran Yuan.”
“Saya
kira memang begitu, Asisten Fa,” yakin Bao Ling.
“Apakah
Han Chen Tjing dan Jenderal Shan-Yu dalang semua itu, Bao Ling?” tanya Fa
Mulan, lebih pada mempertegas orang-orang yang sedari tadi telah dianggapnya
dalang dari konspirasi instabilator di Istana Da-du.
“Boleh
jadi. Tapi tidak semudah itu menyuap seorang prajurit kepercayaan yang sudah
mengabdi belasan tahun untuk Istana Da-du. Kecuali ada hal-hal yang sama sekali
di luar dugaan kita,” jawab Bao Ling lugas.
“Lantas,
kenapa hanya kamu yang dijadikan target pembunuhan?” tanya Fa Mulan penasaran.
Bao
Ling mengedikkan bahunya. “Entahlah. Saya tidak paham. Tapi mungkin ini ada
kaitannya dengan Anda, Asisten Fa.”
Fa
Mulan terlonjak. “Saya?!” tanyanya, sesaat berdiri dari bangkunya tanpa sadar.
Tidak lama kemudian ia duduk kembali dengan dahi yang mengerut.
Bao
Ling mengangguk. “Ya.”
“Korelasinya
apa?” cecar Fa Mulan gelisah.
“Mungkin
saja mereka tidak ingin Anda menghadiri acara Festival Barongsai tersebut.
Sebagai Prajurit Kurir, saya merupakan kunci penyampaian maklumat Istana Da-du
kepada Anda. Jadi, membinasakan saya merupakan tindakan penting untuk
menggagalkan kehadiran Anda di Istana Da-du pada acara Festival Barongsai
nanti,” jelas Bao Ling, kali ini tidak terlalu yakin dengan prediksinya.
Fa
Mulan menyentuh cawannya namun tidak meminum araknya. Hanya spontanitas
keterkejutannya. “Kenapa?!”
Bao
Ling menggerakkan kedua bahunya. “Karena mereka, entah siapa, ingin melamur
simbol kemenangan Yuan. Kalau boleh, melenyapkan simbol itu untuk
selama-lamanya.”
“Maksudmu….”
“Sebenarnya,
pembunuhan itu ditargetkan kepada Anda, Asisten Fa. Sementara saya hanyalah
imbas dari rencana jahat mereka.”
“Tapi,
kita semua memang menjadi target pembunuhan. Itu konsekuensi kita sebagai
prajurit, bukan?”
“Benar.
Tapi, konspirasi misterius tersebut tidak semudah apa yang Anda bayangkan,
Asisten Fa. Rencana pembunuhan itu sarat dengan muatan politis. Mengungkap
siapa biang rencana inferior tersebut tidaklah semudah menyibak cadar. Dalam
maharana, seperti yang Anda utarakan dulu sewaktu di Tung Shao bahwa, kawan
dapat berubah menjadi lawan. Dan begitu pula sebaliknya, lawan dapat menjelma
menjadi kawan.”
“Hm,
kalau begitu, ini pasti ada kaitannya dengan pejabat tinggi Istana Da-du. Atau
paling tidak, petinggi-petinggi militer Yuan.”
“Tepat.
Kalau bukan begitu, mana mungkin orang-orang seperti Zhung Pao Ling dapat
berubah menjadi serigala. Kawan menjadi lawan.”
“Dan
kalau saya mati misalnya, maka mereka telah melenyapkan salah satu simbol
kemenangan Yuan di Tung Shao. Bukankah begitu prediksi skenario dari rencana
musuh, Bao Ling?”
“Tepat.”
“Tapi,
seperti yang telah saya katakan sebelumnya, kemenangan kita di Tung Shao itu
andil kolektif. Bukan tindakan gagah berani orang per orang.”
“Saya
mengerti, Asisten Fa. Tapi ini semua menyangkut politik yang pelik, dan mungkin
jauh dari segala prakiraan kita. Kadang-kadang simbol itu lebih penting
dibandingkan sejumlah kekuatan bala militer. Buktinya, Divisi Kavaleri Fo Liong
sangat ditakuti oleh kaum pemberontak karena melihat eksistensi keefektifan
divisi baru Yuan tersebut, yang dapat melumpuhkan banyak musuh di dalam sebuah
pertempuran. Padahal, Divisi Kavaleri Fo Liong hanya terdiri dari beberapa ribu
prajurit saja. Nah, Anda bisa bandingkan dengan jumlah prajurit dari Divisi
Infanteri atau Divisi Kavaleri Danuh yang memiliki prajurit bahkan sampai
hampir sejuta orang, sebelum banyak yang gugur dalam pertempuran melawan
pemberontak Han.”
Fa
Mulan menjentikkan jarinya. “Saya sependapat soal itu. Dalam hal ini, bukan
berarti Divisi Kavaleri Fo Liong tidak memiliki kelemahan. Hanya saja, mereka
belum menemukan taktik dan cara untuk melumpuhkan armada tempur baru Yuan tersebut,”
ulasnya yakin.
“Ya.
Itulah sebabnya mereka memilih untuk mundur karena dikalahkan oleh rasa gentar
yang majas. Padahal, belum tentu kekuatan militer Yuan, Divisi Kavaleri Fo
Liong, sekuat praduga mereka. Itulah yang saya katakan simbol, Asisten Fa.
Simbol itu dapat berupa jargon, kisah patriotisme dan ketangguhan, dan banyak
lagi hal lainnya. Ya, termasuk Anda. Anda adalah simbol kemenangan Yuan atas
kubu pemberontak. Khususnya untuk pertempuran di Tung Shao,” papar Bao Ling
setelah menyimpulkan penyebab mundurnya musuh dari zona tempur di Tung Shao
beberapa bulan lalu.
“Saya
sama sekali tidak ingin menjadi simbol, Bao Ling. Apalah arti sebuah pengakuan
bagi saya. Padahal, apa yang saya lakukan itu semata-mata hanya untuk
menyelamatkan negara dari ambang bahaya. Jadi, selain atas nama negara dan
rakyat, tidak ada inisiatif dan motivasi apa-apa lagi yang melatarbelakangi
niat saya melakukan aksi-aksi, yang bagi kalian adalah tindakan patriotik dan
fenomenal, tersebut. Semua itu hanya bela negara. Lagipula, saya ini prajurit
yang berkewajiban membela negara, bukan? Hei, apa saya mesti berpangku tangan
melihat negara kita diserang?”
“Saya
mengerti, Asisten Fa. Tapi dalam Kenyataannya, simbol kemenangan itu sudah
demikian melekat pada diri Anda. Sekarang, Anda sudah menghadapi dilematisasi.
Musuh Anda sudah berada di mana-mana. Anda sekarang mesti waspada. Ingat, kawan
bisa menjadi lawan. Demikian pula sebaliknya,” tutur Bao Ling sembari
mempermainkan jemari tangannya di atas meja, mengusap tetesan arak yang sedikit
meluber dari bibir cawannya. “Hm, tapi saya yakin kalau seorang Fa Mulan dapat
mengatasi semua itu dengan ketangguhannya,” lanjutnya, lalu tersenyum di akhir
kalimatnya.
Fa
Mulan menyembulkan senyumnya mendengar pujian Bao Ling. “Tapi, sampai di mana
batas kemampuan seorang Fa Mulan, Bao Ling? Apa memangnya Fa Mulan terlahir
berbeda dengan manusia-manusia lainnya? Apa memangnya Fa Mulan memiliki otot
besi dan tulang baja sehingga sekokoh karang. Hei, kamu pikir saya ini
pemberani apa? Fa Mulan juga memiliki rasa gentar. Dalam pertempuran, Fa Mulan
juga takut ditikam dengan pedang,” ujarnya panjang-lebar. “Yang pasti, Fa Mulan
itu tidak setangguh pradugamu.”
“Tapi….”
“Sudahlah,
Bao Ling. Saya ini prajurit murni. Bukan siapa-siapa. Kalau mereka menganggap
saya ini simbol kemenangan Yuan, ya terserahlah. Tapi yang pasti saya merasa
tetap sebagai prajurit biasa.”
Bao
Ling terdiam, mencerna semua kalimat bijak yang disampaikan Fa Mulan dengan
kesungguhan yang berasal dari palung hati. Sesaat dipejamkannya mata. Menikmati
keindahan batin tak terkira dari seorang perempuan kesatria.
Ia
semakin jatuh hati kepadanya.
“Maaf, Asisten Fa. Mungkin saya harus pamit. Sudah jauh
larut malam,” pamit Bao Ling, berdiri lalu melangkah keluar tenda sebelum sekali
lagi menatap sepasang mata telaga gadis yang diam-diam dicintainya itu.