hingga menulikan sepasang gendang telinga
ada apa dengan semesta?
sehingga mentari pun tak lagi ramah
aku serasa dilalap murka
rudapaksa serupa pewaka
Kao Ching
Kisah pada Busur dan Anak Panah
Seminggu menjelang Festival Barongsai kawasan Istana Da-du
tampak riuh dengan segala aktivitas penyambutan. Ibukota Da-du mendadak meramai
oleh nuansa euforia, selayaknya penyambutan tahun baru penanggalan lunar Imlek
yang sudah turun-temurun dirayakan rakyat Tionggoan. Masyarakat antusias menyiapkan
diri ikut perayaan besar yang diselenggarakan Kaisar Yuan Ren Zhan sebagai
simbolis kemenangan Yuan atas pemberontakan Han. Sebagian penduduk dari
kalangan terpandang berbondong-bondong untuk turut menjadi peserta lomba
barongsai tersebut.
Perguruan silat ternama juga tidak mau ketinggalan. Mereka
malah sudah mempersiapkan diri berlatih jauh-jauh hari. Selain karena acara
Festival Barongsai tersebut akan disaksikan oleh Sang Kaisar sendiri, juga
karena lomba dalam Festival Barongsai tersebut menyediakan hadiah yang sangat
menggiurkan bagi para pemenang.
Festival Barongsai itu sebetulnya lapat-lapat terdengar
sebagai ajang pencarian bakat pewushu handal di balik euforia kemenagan Yuan
atas musuh pemberontak Han di Tung Shao dan perbatasan Tembok Besar. Karenanya,
Festival Barongsai itu dapat diikuti oleh khalayak umum dari kalangan manapun.
Namun di balik itu, ada hal yang sebenarnya paling mendasari diselenggarakannya
acara akbar inisiatif Sang Kaisar tersebut. Bahwa acara yang terbilang megah
itu bertujuan memploklamirkan Yuan sebagai penguasa tunggal Tionggoan.
Tionggoan di bawah Dinasti Yuan yang telah melahirkan prajurit-prajurit handal
dan loyal seperti Fa Mulan.
Namun Kaisar Yuan Ren Zhan tidak pernah berterus terang
mengungkapkan empati bangganya terhadap aksi heroik Fa Mulan. Justru Jenderal
Gau Ming-lah yang gamblang ingin memberikan tanda penghormatan pada tindakan
penyelamatan gemilang gadis mantan wamil itu pada Dinasti Yuan. Dan secara
pribadi ia selalu mengagung-agungkan sosok Fa Mulan di hadapan penguasa
tertinggi Tionggoan tersebut.
Tetapi seminggu menjelang Festival Barongsai itu pulalah,
jenderal ahli strategi itu digamangkan oleh sebuah kasus yang baru terungkap
sekarang. Berita yang diperolehnya dari pihak intelijen Istana membuatnya
sangat terpukul. Sama sekali tidak menyangka persiapan pesta besar Istana Da-du
yang telah rampung sempurna itu akan direcoki oleh satu hambatan besar. Dan
lagi-lagi berasal dari biang pengganggu ketenteraman negara. Pemberontak Han!
“Kami menemukan indikasi adanya penyusupan jasus musuh ke
dalam Istana Da-du, Jenderal Gau!”
“Apa?!” Jenderal tua itu melotot. Matanya yang sebesar
kuaci itu membolide. Terperangah untuk beberapa saat sebelum menormalkan
peredaran hormon adrenalin yang tiba-tiba menjalar seperti lahar di sekujur
nadinya.
“Maaf, Jenderal Gau!” Zhung Pao Ling mengepalkan tangannya
dengan sikap hormat disertai sedikit bungkukan badan sebagaimana lazimnya.
Prajurit Kepala Intelijen itu tampak merasa bersalah, menundukkan kepalanya.
Tidak berani menatap wajah tua di hadapannya.
“Seminggu lagi Festival Barongsai sudah dimulai! Saya tidak
ingin acara yang diselenggarakan kaisar itu hancur berantakan gara-gara ada
pengacau kecil!” geram Jenderal Gau Ming dengan mimik gamang.
“Maaf, Jenderal Gau. Saya siap menerima hukuman. Ini
kesalahan saya!”
“Sekalipun kepala kamu dipenggal, hal itu tak akan mampu
menghapus coreng malu di wajah kaisar apabila terjadi gangguan sekecil apa pun
pada Festival Barongsai minggu depan!”
Zhung Pao Ling terdiam.
Entah harus menjawab apa menanggapi kegusaran Jenderal Gau
Ming. Diedarkannya mata ke sekeliling ruangan markas strategi sebagai reaksi
kegamangannya. Ruangan tersebut sudah menjadi lafaz kehidupan jenderal tua itu
sekarang, sejak Kekaisaran Yuan diganyang oleh pemberontakan dari kaum jelata
Han dan nomad Mongol, Jenderal Gau Ming saban hari duduk menyendiri di belakang
meja strategi. Memang, tentu bukan perkara gampang kalau jasus musuh sudah
sampai memasuki lingkungan Istana Da-du. Selain Jenderal Gau Ming, maka ialah
yang merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas keselamatan Sang Kaisar
di Istana Da-du.
Seharusnya jauh-jauh hari ia sudah harus mengantisipasi hal
itu. Namun memang tidak mudah mengawasi ribuan peserta Festival Barongsai yang
berasal dari berbagai negeri. Dan ketika sehari sebelum tiba pada saat
festival, ia baru mengetahui kalau di dalam lingkungan Istana Da-du sudah
menelusup beberapa orang jasus musuh. Kali ini mereka ikut sebagai peserta
Festival Barongsai.
“Sekarang, saya tidak peduli bagaimana cara kamu
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan! Lekas ambil tindakan pencegahan,
serta perketat pengawasan kepada setiap peserta Festival Barongsai. Jangan
sampai ada yang luput!”
“Baik, Jenderal Gau!”
Zhung Pao Ling kembali menghormat dengan takzim sebelum
meninggalkan ruangan strategi. Ia melangkah setelah pamit lewat bahasa gerak
tubuhnya. Tidak ada basa-basi lagi. Ia harus segera mengenyahkan jasus yang
sudah mengendap masuk ke dalam Istana Da-du. Mereka pasti bukan orang biasa
kalau dapat lolos dari penjagaan ekstra ketat di gerbang masuk kawasan Istana
Da-du. Namun sebelum hal yang terburuk terjadi, maka ia rela mengorbankan
nyawanya mulai dari sekarang.
“Tunggu.”
Prajurit loyal bertubuh jangkung itu tertahan di bawah
bingkai pintu keluar, lalu membalikkan badan oleh satu panggilan yang
berdesibel tinggi di gendang telinganya.
“Hormat saya,” ujarnya spontan. “Apa yang dapat saya
lakukan lagi untuk Anda, Jenderal Gau?”
“Cepat sampaikan pesan saya ke Prajurit Kurir Bao Ling di
luar markas. Segera hubungi saya di sini.”
“Siap, Jenderal Gau.”
“Nah, cepatlah. Saya ingin dia menyampaikan sekali lagi
undangan pesta Festival Barongsai ke Asisten Fa Mulan. Saya ingin Asisten Fa Mulan
hadir juga di Istana Da-du. Saya khawatir musuh sudah berada di sekitar Kaisar.
Mungkin juga ada musuh dalam selimut. Entahlah. Saya dapat bernapas lega kalau
sudah ada Asisten Fa Mulan di sini!”
“Siap, Jenderal Gau.”
Zhung Pao Ling meninggalkan ruangan strategi dengan langkah
gegas. Diayunkannya kaki secepat mungkin ke alun-alun markas. Menghubungi
sesegera mungkin Prajurit Kurir Bao Ling yang sedang mengaso di sana.
***
Bao Ling sedang mengamati ratusan prajurit yang tengah
berlatih. Kadang-kadang ia turut membetulkan gerak dan jurus-jurus yang salah
diperagakan oleh beberapa prajurit. Akurasi tusukan tombak sangat penting untuk
bekal dalam perang nantinya. Salah berarti maut. Makanya, ia yang sangat
memahami dan ahli beladiri bersenjata toya serta tombak sangat memperhatikan
kesalahan-kesalahan kecil yang kerap menjadi kendala di kemudian hari.
“Konsentrasi.”
Bao Ling terdengar mengaba-aba, sesekali menyentuh lengan
atau bahu seorang prajurit yang bermandi peluh.
“Ya, ya. Konsentrasi. Pusatkan mata kalian pada satu titik
saat menombak!” tegasnya dengan setengah berteriak. “Ayo, kerahkan tenaga
kalian. Dalam perang hanya ada dua pilihan. Hidup atau mati. Tidak ada yang
namanya setengah-setengah. Kalian harus camkan itu semua. Ingat, nyawa kalian
tergantung pada ketangguhan diri kalian masing-masing. Hidup mati kalian
terletak di tangan kalian sendiri. Jadi jangan pernah berpikir untuk
setengah-setengah. Menganggap remeh lawan karena lemah, ataupun sebaliknya.
Jadi, jangan sampai lengah. Ingat, konsentrasi!”
Zhung Pao Ling menghampi prajurit kurir tangguh Yuan itu
sesampainya di area latihan. Ternyata Bao Ling masih menyempatkan dirinya
melatih beberapa ratus prajurit Kavaleri Infanteri setelah beristirahat
sebentar seusai makan siang. Ia membantu instruktur kepala yang memiliki
kemampuan beladiri setingkat di bawah dengannya.
“Maaf, saya mengganggu aktivitas Anda, Prajurit Kurir Bao.”
“Oh, tidak apa-apa,” balas Bao Ling, meninggalkan area
latihan sampai beberapa langkah sembari menyeka keringat di dahinya. “Ada apa,
Prajurit Zhung?”
“Jenderal Gau Ming memanggil Anda. Sekarang Anda sedang
ditunggu di ruang strategi,” tutur Zhung Pao Ling diplomatis. “Hm, kalau tidak
ada apa-apa lagi, saya mohon pamit.”
“Terima kasih, Prajurit Zhung,” angguk Bao Ling sesaat
sebelum lelaki bertubuh jangkung itu pamit dan berlalu dari hadapannya.
Bao Ling melangkah ke ruang strategi yang terletak tidak
jauh dari area latihan setelah membetulkan dan merapikan gelungan seragamnya.
Pasti ada hal penting yang hendak disampaikan mendadak kepadanya. Ia sudah tahu
benar watak jenderal tua itu.
“Hormat saya kepada Anda, Jenderal Gau,” sapanya santun
saat memasuki bingkai pintu ruang strategi.
“Masuklah, Prajurit Kurir Bao.”
“Terima kasih.”
Jenderal Gau Ming berdiri dari duduknya. Ia melangkah
menghampiri pemuda yang menjadi andalah Kekaisaran Yuan untuk hal-hal yang
sangat urgensi seperti pengiriman kawat dan manuskrip kepada pihak berwenang.
“Saya ingin Prajurit Kurir Bao segera ke Tembok Besar,
menyampaikan undangan Istana Da-du kepada Asisten Fa Mulan sekali lagi. Selain
untuk menghargai jasa-jasanya menghalau pergerakan pasukan pemberontak Han di
Tung Shao, kehadiran Asisten Fa Mulan juga diperlukan untuk mengantisipasi
jasus yang sudah menyelinap di kawasan Istana Da-du.”
“Ja-jasus?!”
“Ya. Menurut data intelijen yang telah kita peroleh, jasus
dari pihak Han telah memasuki kawasan Istana Da-du, dan ikut sebagai salah satu
peserta Festival Barongsai. Ada indikasi bahwa mereka menjadikan Kaisar Yuan
Ren Zhan sebagai obyek sasaran pembunuhan. Belum jelas memang. Tapi kalau
benar, maka hampir dapat dipastikan bahwa mereka adalah orang-orang suruhan
mantan jenderal Yuan, Shan-Yu!”
“Jadi, apa yang mesti kita lakukan untuk mencegah rencana
busuk pihak Han, Jenderal Gau?!”
“Itulah yang merisaukan saya saat ini! Makanya, saya harap
Asisten Fa Mulan dapat hadir sebelum acara Festival Barongsai dimulai. Mungkin
dengan kehadirannya, pihak Han ragu melaksanakan rencananya tersebut.”
Bao Ling mengangguk-angguk.
Ia mafhum atas ketenaran nama Fa Mulan yang tiba-tiba
melejit sejak aksinya yang terbilang heroik di Tung Shao. Kini semua mata
seolah tertuju kepada gadis yang baru berusia belasan itu. Kecerdikan dan
ketangkasan Fa Mulan menjadi buah bibir semua atase militer dan jenderal di
Ibukota Da-du. Ia bahkan jauh melampaui kapabilitas beberapa petinggi militer
Yuan, termasuk Kapten Shang Weng yang sudah lama mengabdi dan memimpin di Kamp
Utara.
Tetapi perempuan yang terlahir sebagai anak tunggal di
keluarga Fa itu memang bukan gadis biasa. Anugerah cerlang segemerlap
bintang-bintang di belahan timur langit seperti menaunginya. Menyertai
langkahnya yang terseok oleh sarat beban pranata. Kegigihannya sebagai prajurit
paling sejati di antara prajurit Tionggoan telah menyibak sampur kelabu yang
dinaungi bagi kaumnya turun-temurun.
Tak sadar Bao Ling tersenyum.
Fa Mulan adalah Magnolia. Ia seolah mewakili satu koloni
yang dianggap lemah, dan hanya terlahir serta hadir sebagai penghias dunia yang
telah dihuni oleh laki-laki. Kadang-kadang kalimatnya seperti racau kala
menyuarakan kegelisahan batinnya.
Idealisme perempuan!
Hah, sesuatu yang perlu ia bangun seribu tahun lamanya
lagi! batinnya.
“Tapi, apakah Asisten Fa Mulan bersedia menghadiri acara
Festival Barongsai itu, Jenderal Gau?” tanya Bao Ling ragu, lebih terdengar
kepada dirinya sendiri ketimbang sebuah kalimat tanya untuk lawan bicaranya.
“Bukankah Asisten Fa Mulan pernah menolak undangan yang pernah saya sampaikan
kepadanya sebulan lalu?”
Ia ingat bagaimana penolakan Fa Mulan terhadap undangan
atas nama Kaisar Yuan Ren Zhan sekalipun! Ia masih ingat bagaimana
bersikukuhnya gadis itu terhadap prinsipnya yang keras. Dan mengatakan Festival
Barongsai yang diselenggarakan Sang Kaisar itu merupakan euforia yang
sepatutnya tidak pantas dilakukan pada saat situasi dan kondisi negara masih
labil.
“Bujuk kembali Asisten Fa Mulan agar mau hadir dalam acara
Festival Barongsai itu.”
“Maaf, Jenderal Gau! Tapi saya skeptis dalam hal ini.
Asisten Fa secara tegas telah menolak menghadiri acara tersebut. Berkali-kali
saya membujuknya, tapi dia berasumsi kalau kehadirannya tidaklah lebih penting
dibandingkan tetap waspada menjaga daerah perbatasan di pos pengawasan Tembok
Besar. Lagipula, Kapten Shang Weng masih dalam tahap proses penyembuhan luka lamanya.
Jadi, Asisten Fa belum dapat mendelegasikan tugasnya kembali kepada Kapten
Shang Weng.”
“Bagaimana mungkin dia menolak menghadiri acara atas nama
Kaisar Yuan Ren Zhan?!”
“Tapi….”
“Katakan ini perintah!”
Jenderal Gau Ming tampak emosional.
Amarahnya masih belum surut saat mendengar Zhung Pao Ling
mengabarinya perihal penyusupan jasus Han itu. Kalimatnya mengguntur tanpa
sadar. Namun selekas mungkin dihelanya napas panjang untuk menetralisir
emosinya yang meletup dengan basuhan partikel udara yang sedikit mendinginkan
dinding paru-parunya.
Bao Ling kembali mengatupkan kedua belah tangannya ke depan
membentuk hormat.
“Baik, Jenderal Gau. Saya akan menyampaikan amanat Anda
sesegera mungkin.”
“Tolong katakan kepadanya, kehadirannya sangat dibutuhkan oleh
Istana Da-du. Dia adalah simbol keberhasilan armada perang kita. Adalah
penghormatan besar apabila Asisten Fa Mulan dapat hadir dalam acara Festival
Barongsai nanti.”
“Akan saya sampaikan, Jenderal Gau.”
“Terima kasih. Nah, berangkatlah. Dan juga tolong katakan
kepadanya, undangan ini atas nama Kaisar Yuan Ren Zhan.”
“Baik, Jenderal Gau.”
Tak berapa lama setelah berada di luar ruang strategi
militer, tampaklah seekor kuda melesat bagai anak panah membelah udara senja
keluar dari Ibukota Da-du. Bao Ling kembali mendapat amanat yang tak kalah
kurang pentingnya.
Atas nama Kaisar Yuan Ren Zhan ia mesti dapat mengajak
gadis itu ke Istana Da-du!
Apa pun yang terjadi!