Oleh
Effendy Wongso
Fa
Mulan adalah sketsa patriotisme seorang gadis dalam masa-masa kelam kemanusiaan
dan maharana di Tionggoan (Tiongkok, 1208-1244). Ia adalah monokrom heroik,
moralitas, cinta, dan konflik sosial. Berangkat dari amanat Kaisar Yuan Ren
Zhan di Dinasti Yuan agar seluruh rakyat Tionggoan menjalani wajib militer, bersama
beberapa tokoh lainnya: Shang Weng, Kao Ching, Bao Ling, Oey Young, Yuan Ren
Xie, dan Fang Mei; Fa Mulan memulai kisahnya yang penuh gejolak.
Epik
Maharana merupakan bagian pertama dari episode satu novel Fa Mulan, salah satu
episode dari serangkaian episode yang masih dalam tahap penulisan.
***
Sebenarnya
aku melakukannya
bukan
untuk Ayah
Tetapi
untukku sendiri!
Sehingga
sewaktu bercermin dulu
aku
melihat seseorang yang berguna!
Fa
Mulan
Refleksi
Pedang Naga
PROLOG
Apa
yang dapat dilakukan seorang gadis belia seperti aku saat mengetahui bangsa
ini di ambang maharana? Ketika menyadari kenyataan bahwa ayahku yang sudah tua
masih saja harus mengangkat pedang menyongsong perang dan menghadapi musuh-musuh
Dinasti Yuan? Sungguh, kenyataan itu demikian menyakitkan.
Aku
Fa Mulan.
Lahir
sebagai putri tunggal dalam Keluarga Fa. Mungkin aku akan menyesali diri,
mengapa harus terlahir sebagai perempuan dan bukannya laki-laki. Ya,
laki-laki. Laki-laki yang dapat melakukan segalanya, termasuk mewakili Keluarga
Fa mengikuti wajib militer yang telah diamanatkan Kaisar Yuan Ren Zhan kepada
seluruh rakyat Tionggoan.
Mungkin.
Tetapi
kenyataannya aku memang perempuan. Dan aku tidak dapat mengubah takdir langit
itu kepada saya.
“Hei, sekarang giliran kamu!”
“Sa-saya, Inspektur Tang?”
“Iya, kamu! Memangnya siapa yang saya panggil?!
Dari tadi saya lihat kamu melamun terus!”
“Maaf,
Inspektur Tang.”
“Nama
kamu siapa?!”
“Mulan.”
“Hah,
Mulan?”
“Kenapa
memangnya?”
“Jangan
kurang ajar! Kamu ini calon wamil. Ditanya malah balik bertanya!”
“Memangnya
ada yang salah pada nama saya, Inspektur Tang?”
“Cukup!
Jangan membantah lagi! Benar nama kamu Mulan?”
“Benar,
Inspektur Tang. Anda bisa baca manuskrip yang saya bawa. Di situ jelas-jelas
tertulis nama saya.”
“Kenapa
nama kamu mirip nama perempuan?”
“Oh,
kalau hal itu saya kurang paham, Inspektur Tang.”
“Kurang
paham bagaimana?! Jangan main-main, ya?!”
“Maaf.
Sedari kecil saya memang diberikan nama perempuan, Inspektur Tang. Konon, waktu
masih bayi saya sering sakit-sakitan. Untuk menghindari malapetaka, maka
orangtua saya berinisiatif memberikan nama perempuan kepada saya untuk
mengelabui setan-setan jahat yang suka memangsa orok laki-laki. Hihihi, lucu ya, Inspektur Tang?”
“Cukup,
cukup! Jangan ketawa! Tidak ada yang lucu!”
“Maaf,
Inspektur Tang.”
“Di
sini tertulis marga kamu Fa. Apa betul?”
“Betul,
Inspektur Tang. Nama lengkap saya Fa Mulan. Fa yang berarti bunga, dan Mulan
yang berarti Magnolia. Bunga Magnolia.”
“Jangan
cerewet! Saya tidak menanyai kamu soal itu. Bukan hanya kamu yang perlu saya
daftar sebagai prajurit wamil. Lihat antrean di belakang kamu sudah sepanjang
Tembok Besar.”
“Oh,
maaf, Inspektur Tang.”
“Terlahir
dari ayah bernama Fa Zhou dan ibu bernama Fa Li. Apa betul?”
“Betul,
Inspektur Tang.”
“Hei,
Fa Zhou adalah ayah kamu?!”
“Betul,
Inspektur Tang.”
“Ya,
ampun! Ternyata, kamu adalah anak Fa Zhou.”
“Oh,
jadi Inspektur Tang mengenal ayah saya?”
“Ya.
Ayah kamu adalah sahabat saya semasa perang dulu. Dia purnawirawan prajurit
Yuan yang sangat loyal. Dalam sebuah pertempuran bersama saya, kaki ayah kamu
terluka oleh sabetan pedang musuh. Sebelah kakinya pincang selama-lamanya. Oleh
karena itulah, ayah kamu pensiun dari militer. Ya, mungkin juga karena usianya
yang memang sudah tua.”
“Wah,
rupanya Inspektur Tang bukan orang lain.”
“Ya,
ya. Saya dan ayahmu sudah seperti saudara sekandung.”
“Kalau
begitu….”
“Hei,
tapi setahu saya Fa Zhou tidak memiliki anak laki-laki!”
“O-oh,
mungkin….”
“Kenapa?”
“Mungkin
karena Inspektur Tang khilaf. Menyangka saya yang laki-laki ini perempuan
karena bernama perempuan. Bukankah begitu, Inspektur Tang?”
“Hm,
mungkin.”
“Nah,
benar bukan?”
“Mungkin.
Mungkin saya memang lupa. Hm, rupanya saya memang sudah tua.”
“Betul,
betul! Anda memang sudah tua, Inspektur Tang!”
“Fa
Mulaaaaan!”