BLOGKATAHATIKU - Banyak ilmu
pengetahuan terkait sejarah yang bisa diperoleh saat mengunjungi kawasan wisata
Kota Tua Jakarta. Bangunan-bangunan bersejarah yang menyimpan banyak sejarah,
dapat dilihat langsung di ibu kota negara RI ini.
Sebagai
kota metropolitan, Jakarta semakin ramai dengan gedung-gedung baru berkonsep
modern, seperti apartemen dan mal. Namun, bukan berarti ibu kota negara RI
tersebut mengabaikan sejarah. Ada sebuah kawasan di Jakarta yang sarat akan
nilai sejarah, lengkap dengan gedung-gedung lama peninggalan zaman Belanda.
Kawasan tersebut adalah kawasan Kota Tua.
Kawasan
Kota Tua berada di antara perbatasan Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Tempat
ini sangat tepat untuk wisatawan yang menyukai wisata sejarah. Selain menikmati
suasana Jakarta ala zaman Belanda, juga sekaligus bisa belajar di balik
megahnya bangunan (tua) cagar budaya peninggalan masa lalu dari zaman kolonial
Belanda. Beberapa waktu lalu, penulis menyempatkan diri menelusuri kawasan
wisata tersebut di tengah kesibukan meliput kegiatan Asus Zenfestival 2015.
Kota
Tua Jakarta di masa lalu merupakan kota rebutan yang menjadi simbol kejayaan
bagi siapa saja yang mampu menguasainya. Tidak heran, jika mulai Kerajaan
Tarumanegara, Kerajaan Sunda-Pajajaran, Kesultanan Banten-Jayakarta, Verenigde
Oost-Indische Compagnie (VOC), Pemerintah Jepang, hingga kini Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) melalui Pemerintah DKI Jakarta, terus berupaya
mempertahankannya menjadi kota nomor satu.
Ada
sejumlah tempat wisata di Kota Tua Jakarta yang patut dikunjungi. Selain
menelusuri tempat-tempat historis, wisata Kota Tua menyuguhkan sajian kuliner
yang dapat dinikmati wisatawan yang mungkin lelah setelah berkeliling
mengunjungi kawasan tersebut. Ada banyak sajian kuliner tradisional yang ditawarkan
para pedagang, baik yang menggunakan gerobak maupun restoran. Jajanan yang
kerap dijumpai adalah gado-gado, soto, hingga kerak telur pun tersedia banyak
di sana.
Bangunan
yang paling terkenal di Kawasan Kota Tua adalah Museum Fatahillah. Letak bangunan
ini persis berada di depan pelataran Kota Tua, dan nama resminya adalah Museum
Sejarah Jakarta. Museum Fatahillah terdiri dari beberapa ruang yang
masing-masing memiliki nama sendiri. Beberapa ruang yang ada di Museum
Fatahillah antara lain Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Prasejarah
Jakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang MH Thamrin. Di tempat
ini wisatawan bisa belajar mengenai sejarah ibu kota tercinta.
Museum
ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari riwayat Jakarta. Makanya,
dinamakan Museum Sejarah Jakarta atau juga Museum Batavia. Di masa lampau,
tepatnya era penjajahan VOC, bangunan museum ini memiliki fungsi sebagai balai
kota, ruang pengadilan, dan penjara bawah tanah. Di bagian luar bangunan museum
terdapat lapangan, disebut sebagai lapangan Fatahillah. Lapangan ini dulu
adalah tempat mengeksekusi para tahanan.
Museum
terbesar di Jakarta ini memiliki tiga lantai, dan menyimpan sekitar 25 ribu
koleksi benda bersejarah, di antaranya prasasti, meriam, patung dewa dan dewi,
koleksi mebel antik, serta gerabah dan keramik. Penelusuran jejak sejarah Kota
Jakarta dari masa prasejarah hingga berdirinya Kota Jayakarta pada 1527, dapat
diketahui di museum ini. Untuk dapat masuk, wisatawan harus membeli tiket masuk
Museum Fatahillah sebesar Rp 2 ribu per orang. Museum ini terbuka untuk publik
setiap hari Selasa hingga Minggu, mulai pukul 09.00-15.00 WIB.
Di
depan museum terdapat taman yang dikelilingi bangunan-bangunan tua, seperti
Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, juga Kantor Pos Indonesia. Berdiri
juga sebuah restoran bernama Cafe Batavia, yang menjadi favorit untuk melepas
penat setelah menjelajah Kota Tua. Di akhir pekan, Taman Fatahillah tidak hanya
dipadati pengunjung, tetapi juga penjaja makanan dan minuman ringan, tempat
penyewaan sepeda ontel, serta para seniman yang mempertunjukkan atraksi, dari “sekadar”
mengamen sampai ke atraksi kuda lumping atau debus.
Bagi
yang ingin mencoba menggunakan sepeda ontel, atau hanya sekadar ingin berfoto
ria, cukup membayar Rp 10 ribu-Rp 15 ribu untuk menyewa selama 30 menit. Di
hari biasa, bisa ditawar lebih murah. Pilih sepeda ontel jenis tandem agar bisa
membonceng pasangan, bersepeda bersama mengelilingi Kota Tua.
Bergeser
sedikit ke selatan dari Museum Fatahillah, dapat dijumpai Museum Wayang. Isi
museum adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia wayang. Ternyata,
wayang tidak hanya ada di Indonesia. Di museum, dapat dilihat banyak koleksi
wayang dari berbagai daerah Indonesia hingga mancanegara. Ada lebih empat ribu
wayang yang terpajang pada etalase.
Tidak
jauh dari pelataran Kota Tua, juga terdapat Museum Seni Rupa dan Keramik.
Museum Seni Rupa dan Keramik memiliki barang-barang koleksi yang terbuat dari
keramik, seperti lukisan dan patung. Di sini juga dilihat berbagai benda
kreatif yang terbuat dari keramik
Agak
jauh dari Museum Fatahillah, wisatawan juga sebaiknya mengunjungi Museum Bank
Indonesia (BI). Lokasinya, sebelum memasuki pintu masuk kawasan Kota Tua. Di
museum, pengunjung bisa mempelajari peran BI sebagai bank yang memiliki
otoritas tertinggi di Indonesia.
Museum terakhir yang ada di kawasan Kota Tua
adalah Museum Bank Mandiri. Lokasinya berdampingan dengan Museum Bank
Indonesia. Di museum dapat dilihat koleksi uang yang pernah beredar di Tanah Air,
dari zaman penjajahan hingga saat ini.