BLOGKATAHATIKU - Sulsel yang
merupakan salah satu daerah di Tanah Air yang memiliki berbagai produksi ekspor
terbesar, mengalami surplus komoditas. Kendati produksi berlebih, tekanan
inflasi justru tinggi dibandingkan nasional dan mengarah ke tren peningkatan
harga.
Perbandingan periode sebelumnya di bulan yang sama,
inflasi September Sulsel 0,54 persen (mtm), 3,57 persen (ytd), dan 8,36 persen
(yoy). Di sisi lain, inflasi nasional -0,05 persen (mtm), 2,24 persen (ytd),
dan 6,83 persen (yoy).
Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia
(BI) Sulsel, Derry Rosianto, memaparkan, tekanan inflasi di Sulsel pada
September 2015 mengalami peningkatan. Tren naik justru terjadi pada saat
tekanan inflasi nasional cenderung naik.
“Agak mengherankan juga, karena Sulsel
merupakan daerah dengan beberapa komoditas yang surplus. Selain itu, peningkatan
ekonomi Sulsel juga lebih tinggi dibandingkan nasional, tetapi justru
inflasinya tinggi di atas rata-rata nasional,” ungkapnya.
Menurutnya, penyebabnya tingginya tekanan
inflasi lantaran banyaknya petani atau produsen komoditas justru memilih
mengirim hasil produksinya ke luar daerah Sulsel. “Pertimbangannya, harga
komoditas tersebut lebih mahal jika dijual di luar Sulsel. Konsekuensinya,
harga-harga di Sulsel tetap tinggi dan mengakibatkan inflasi,” ujarnya belum
lama ini dalam diskusi bersama media Makassar di Resto Penang Bistro, Jalan
Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Derry menambahkan, penyebabnya naiknya harga
barang di Sulsel juga disebabkan peningkatan pada kelompok bahan makanan,
perumahan, air, listrik, bahan bakar, dan sandang. Berdasarkan data BI, inflasi
Sulsel mencapai 16,11 (yoy), sementara nasional hanya 8,26 persen.
“Inflasi di Sulsel pada September ini didorong inflasi dari Kota
Makassar. Kontribusinya sekitar 78,12 persen. Inflasi di Makassar mencapai 8,95
persen (yoy), sementara Parepare dan Palopo masing-masing 7,02 persen dan 7,19
persen. Selain itu, triwulan kedua 2015, ekonomi Sulsel mengalami percepatan
dari 5,36 persen (yoy) menjadi 7,62 persen (yoy). Kondisi Sulsel lebih baik
dibandingkan ekonomi nasional yang justru mengalami perlambatan dari 4,71
persen menjadi 4,68 persen (yoy),” urainya.