58
Tahun Astra
Jejak
Sukses Korporasi Kebanggaan Bangsa
BLOGKATAHATIKU - Kehadiran
perusahaan-perusahaan yang berada dalam grup Astra International di Sulsel,
tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya, selama 58 tahun keberadaannya, korporasi
ini telah mampu memberikan kontribusi besar bagi kemajuan ekonomi Indonesia,
khususnya di Sulsel.
PT
Astra International memiliki tiga tahap dalam menetapkan rencana jangka panjang
sampai 2020. Ketiga tahap tersebut adalah fase building the foundation dari
2010-2013, fase journey to the next level and next landscape untuk periode
2014-2016, dan fase becoming pride of the nation untuk 2017-2019. Salah satu
langkah Astra mewujudkan mimpinya di 2020 adalah pengembangan produk sendiri
yang dapat dipasarkan pada market global.
Sejarah
Astra berawal pada 1957 di Jakarta, saat memulai bisnisnya sebagai perusahaan
perdagangan umum dengan nama PT Astra International Inc. Pada 1990, dilakukan
perubahan nama menjadi PT Astra International Tbk, seiring pelepasan saham ke
publik, beserta pencatatan saham perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Astra
saat ini memiliki 218.127 karyawan dari 183 anak perusahaan, yang menjalankan
enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, agrobisnis,
infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi (TI). Nilai kapitalisasi
pasar PT Astra International di pengujung 2014 ditutup sebesar Rp 300,6
triliun.
Dari
183 perusahaan grup Astra yang ada di Indonesia, ungkap Koordinator Wilayah
Astra International Sulsel, Suhardi, sudah ada 19 perusahaan yang ada di Sulel,
ditambah satu perusahaan di bidang agroindustri di Sulbar. Setelah sukses
membuka kantor cabang Astra BMW pada 2014 lalu, tahun ini juga telah masuk dua
anak perusahaan Astra lainnya di Makassar, yaitu UD Trucks yang bergerak di
sektor otomotif, dan PT Toyota Astra Financial Services yang merupakan
perusahaan pembiayaan.
Sampai
2020 nanti, sebut Suhardi, semua anak perusahaan milik Astra International,
akan diarahkan menjadikan salah satu perusahaan terbaik di Asia. Makanya, semua
anak perusahaan diarahkan untuk menaikkan levelnya. Misalnya, Astragraphia
bukan lagi hanya fokus pada bisnis penjualan produk mesin fotokopi. Sekarang
sudah bermain ke bisnis jaringan dan solusi data yang lebih lengkap. Untuk
perusahaan Truck, tidak menutup kemungkinan nanti bukan hanya menangani
penyewaan kendaraan mobil, tetapi juga pernyewaan pesawat, helikopter, dan
lain-lain.
Sistem
kordinasi yang berjalan antar anak perusahaan Astra, diarahkan untuk
mengembangkan value chain. Sehingga diharapkan dapat memperkuat sinergi yang
terjadi antar perusahaan yang bernaung di bawah grup Astra, terutama dalam satu
mata rantai, bahkan dengan mata rantai yang berbeda. Sehingga, ada keterkaitan
yang saling menguntungkan satu sama lain.
Di
perusahaan grup Astra, juga berjalan sistem kordinasi yang dikelola Astra
Affiliated Company (AFCO). “Setiap wilayah kerja ditunjuk seorang kordinator
wilayah, yang tugasnya menyampaikan informasi dan arahan kegiatan dari head
office, sehingga branding Astra International harus tetap hidup. Jumlah
kordinator wilayah di Indonesia sudah lebih 20 orang,” beber Suhardi.
Strategi
Astra agar bisa terus eksis di tengah persaingan bisnis, tegas Suhardi, adalah
selalu mengutamakan pelayanan dan inovasi. Pelayanan terus diperkuat, ditunjang
aftersales service. Untuk inovasi, bukan hanya produk, tetapi juga pelayanan
dan bisnis. Pada 26 Februari 2015, Astra melalalui Presiden Direktur Astra,
Prijono Sugiarto, meluncurkan program InnovAstra, yaitu lomba Inovasi
perusahaan yang ada dalam grup Astra.
Lomba inovasi merupakan salah satu cara agar suatu
perusahaan bisa mampu bertahan, dan memenangi persaingan bisnis. Di tengah
persaingan global dan perkembangan industri yang semakin kompetitif, semangat
inovasi harus terus ditumbuhkan untuk memberikan karya terbaik dari
masing-masing perusahaan.
InnovAstra menjadi sebuah acara tahunan yang
diselenggarakan PT Astra International sejak 1982. Seluruh unit bisnis yang
berjumlah 158 perusahaan ikut dalam lomba inovasi tersebut.