![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Perbaikan
secara ekonomi yang tercipta dari beberapa bidang, termasuk dari sektor
pendidikan sangat berpengaruh terhadap pembangunan negara. Lembaga-lembaga
pendidikan, baik formal dan nonformal semakin memperlihatkan perannya dalam
menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang yang dapat bersaing.
Dewan
Pengawas Bank Sulselbar Syariah, Mukhlis Sufri, saat ditemui di Kampus
Universitas Muslim Indonesia (UMI), Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Senin (27/1/2014),
mengatakan kondisi ekonomi di tahun ini meskipun berada pada pusaran politik,
tetapi tetap saja berfundamental baik dan memiliki aspek pertumbuhan yang
bagus.
Menurutnya,
ekonomi di Sulsel sendiri mengalami peningkatan. Kendati demikian, pertumbuhan
ekonomi tersebut tidak tumbuh begitu saja melainkan ada beberapa penunjang
pencapaian seperti bergeraknya sektor-sektor lapangan usaha, pertanian,
pertambangan, perikanan dan kelautan. tuturnya saat Bisnis Sulawesi menemuinya
Salah
satu dosen Fakultas Ekonomi di UMI ini mengungkapkan, jika pada beberapa sektor
yang telah dicapai mampu bergerak secara simultan, maka ini bisa mempertahankan
grafik kenaikan sehingga dapat menunjukkan struktur ekonomi yang kuat.
“Selain
pada sektor pertanian, kelautan dan pertambangan, pendidikan juga menjadi
syarat. Menurut saya, pendidikan adalah instrumen pembangunan. Ini berarti jika
pendidikan maju, pembangunan juga pasti akan maju,” tegasnya.
Dijelaskan,
pendidikan yang tumbuh sekarang ini lebih mengarah pada orientasi bagaimana
mengembangkan SDM supaya dapat ahli di bidangnya. Jika mampu melahirkan
entrepreneur yang andal, cerdas, berpotensi dan profesional, maka pasti bisa
memberi pengaruh positif terhadap kemajuan ekonomi suatu bangsa. Akan tetapi,
bila sebaliknya pendidikan hanya mampu melahirkan entrepreneur yang tidak
andal, maka bisa saja menjadi ancaman.
Lebih
lanjut, Mukhlis mengatakan, ketika melihat sektor pendidikan maka itu tidak
terlepas dari kontribusi lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun
nonformal. “Nah, lembaga-lembaga pendidikan seperti ini justru harus tumbuh,
bangkit, dan lebih mampu membaca segmen-segmen yang lebih mengarah pada hal
teknis. Karena lembaga-lembaga pendidikan, baik formal dan nonformal mampu
melahirkan orang-orang yang berkompetensi,” sebutnya.
Dipaparkan,
dengan semakin bertambahnya lembaga-lembaga pendidikan nonformal, dalam hal ini
tempat-tempat kursus, meski tidak memberi pengaruh terhadap pendapatan suatu
daerah akan tetapi memberi pengaruh terhadap penciptaan SDM.
Terpisah,
salah seorang dosen pendidikan di UMI, Ahmad Syahid mengatakan bahwa lembaga
pendidikan nonformal, dalam hal ini lembaga kursus sangat potensial untuk
membantu sekolah, akan tetapi ada “image” negatif yang muncul.
“Image
yang saya maksud itu adalah gambaran bahwa selama ini sekolah tidak kreatif
membangun pembelajaran yang menantang, sehingga terkesan
pembelajaran-pembelajaran yang menantang itu didapatkan di luar lembaga formal
seperti lembaga kursus dan lembaga pembimbingan,” bebernya.
Lebih
lanjut, Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) Fakultas Agama Islam UMI ini mengatakan, jika saja sekolah mampu
membangun pembelajaran yang menantang tentu ini menjadi sebuah tren positif.
“Dalam
hal ini, saya akui bahwa anak-anak yang mengikuti bimbingan belajar itu
ternyata progresnya adalah penyelesaian soal-soal dengan metode singkat,
penyelesaian soal-soal yang penuh masalah, dan yang tentunya soal-soal seperti
ini yang jarang diberikan di sekolah formal,” terangnya.
Syahid
berharap, sekolah mampu meningkatkan perannya dalam memberikan pembelajaran,
pelatihan-pelatihan pengerjaan soal yang singkat, tepat dan tingkat akurasi
ketepatan yang tinggi. Dengan demikian, tentu anak-anak tidak akan memiliki
keinginan untuk belajar di lembaga-lembaga kursus.
“Peran
pendidikan dalam mengatasi krisis ekonomi global seperti saat ini, tentu sangat
terkait dengan bagaimana kita memanfaatkan SDM yang bisa membangun kualitas
ekonomi itu sendiri. Dari aspek pembiayaan pendidikan misalnya, pemerintah
harus pro kepada rakyat yang kurang mampu,” tandasnya. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment