![]() |
BLOGKATAHATIKU/IST |
Kebanyakan orang menganggap
memperbaiki motor jenis skuter atau lebih dikenal dengan sebutan brand generic
Vespa tidaklah mudah. Dibutuhkan keahlian khusus, apalagi jika dikaitkan dengan
tingkat kerumitan tata letak dan jenis mesinnya yang berbeda dengan sepeda
motor biasa.
“Memperbaiki mesin Vespa, tentunya
tidak sama seperti memperbaiki mesin sepeda motor lainnya. Sehingga untuk zaman
sekarang ini, yang notabene marak oleh jenis sepeda motor biasa, membuat usaha
bengkel Vespa berkurang,” ungkap pemilik bengkel Vespa Racing Motor, Andi Rifai
Pangeran saat ditemui di bengkelnya, Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Selasa
(11/2/2014) siang.
Pasalnya, Vespa yang merupakan motor
produksi Italia ini telah dianggap jenis sepeda motor yang sudah ketinggalan
zaman. Namun, hal tersebut tidak lantas membuat sebagian usaha bengkel Vespa
gulung tikar atau pindah profesi. Buktinya, ia masih eksis menjalankan bengkel
yang telah didirikannya sejak 1990 silam.
“Ya, meski Vespa tidak lagi menjadi sepeda
motor yang paling diminati, tetapi masih memberi keuntungan bagi penghidupan
keluarga saya,” ungkapnya.
Rifai memang tak mengada-ada, sebab
terbukti masih terlihat beberapa Vespa yang nangkring di bengkel motornya. Menurutnya,
bengkel yang dibangun di atas tanah pemberian mertuanya ditambah modal sendirinya
tersebut, saat ini pun masih dikenal sebagai bengkel Vespa yang cukup
diperhitungkan.
Berbekal pengetahuan yang didapat di
bangku sekolah jurusan mesin, mantan Sabhara di Polwiltabes Makassar ini pun
termotivasi untuk membuka usaha bengkel. Diakuinya, selama kurang lebih 20
tahun menjalani usaha bengkelnya tersebut, banyak suka dan duka yang ia
rasakan.
“Usaha bengkel Vespa tak selalu
berjalan mulus. Saya sadari, peluang bisnis yang saya geluti ini tidak lagi
menjanjikan di zaman sekarang. Tetapi karena kegemaran saya terhadap Vespa
sehingga saya tetap bertahan. Memang, Vespa bukan lagi sepeda motor lifestyle,
tetapi saya tetap jatuh cinta sama Vespa. Makanya, tidak ada niat untuk tutup
bengkel,” alasannya.
Kendati demikian, berkurangnya penggemar
sepeda motor Vespa tidak lantas membuat bengkelnya sepi. “Meski penggemar sepeda motor
Vespa sedikit, tetapi yang datang ke bengkel saya tetap ada,” ungkapnya.
Rifai mengaku, per minggu bisa
mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 500 ribu sehingga masih mencukupi
kebutuhan keluarga. “Dulu, omset masih manis saya rasakan sekitar 1990 hingga
2002, di mana pada saat itu per harinya saya bisa meraup untung bersih Rp 150
ribu,” ujarnya.
Terkait harga jasa servis di
bengkelnya, semuanya tergantung pada faktor rumit atau tidaknya pengerjaan
sebuah Vespa. “Untuk pengerjaan yang mudah, biasanya kami patok Rp 25 ribu,
sedangkan yang susah kami patok sampai ratusan ribu,” terangnya.
Selain mengerjakan servis perbaikan
untuk Vespa, bengkelnya juga tetap menerima jenis kendaraan sepeda motor reguler,
termasuk menjual komponen onderdil (spartpart) dan ganti oli.
“Tetapi tetap sepeda motor jenis Vespa yang
menjadi prioritas utama di bengkel saya,” tandas Rifai.