BISNIS
YANG TAK SEPERTI BIASANYA
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Mengguritanya
bisnis yang telah dikembangkan oleh The Body Shop, sebuah perusahaan kosmetik
internasional, sejak berdiri di 1976, bukanlah hal yang semudah membalik
telapak tangan. Dengan kepemilikan sekitar 2.400 toko di 61 negara, termasuk
Indonesia, bisnis The Body Shop bukan pula tanpa musabab dapat menggelembung
seperti sekarang ini. Mengaktualisasikan sisi-sisi humanistik, dengan
produk-produk yang diciptakan mengusung konsep peduli lingkungan, boleh jadi inilah
bisnis yang paling bisa diterima oleh manusia di abad milenium.
Pendirinya,
Anita Roddick, dikenal bukan hanya sebagai pengusaha yang sukses, tetapi juga
seorang aktivis yang giat membela lingkungan dan kemanusiaan. Liku-liku bisnis
The Body Shop yang dituangkan Anita dalam buku autobiografinya “Business as
Unusual,” yang diluncurkan pada 2006 silam, termaktub pengalaman yang
mencengangkan tentang sisi manusiawi yang dibalut dalam bisnis yang ramah
lingkungan.
Dame
Anita Perella Roddick, lahir pada 23 Oktober 1942 di Littlehampton, Sussex Inggris,
dari keluarga imigran Yahudi-Italia. Sewaktu suaminya berkelana di Amerika,
Anita membuka toko The Body Shop dengan uang hasil pinjaman. Toko pertama
didirikannya di Brighton Inggris pada 1976, dan ketika baru dibuka hanya
menjual sejumlah krim serta produk perawatan rambut.
Pada
1990, Anita membantu pendirian majalah The Big Issue yang keuntungan
penjualannya digunakan untuk membantu tunawisma. Selain itu, ia mendirikan yayasan
amal “Children On The Edge” untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung di
Eropa Timur dan Asia. Ia juga banyak membantu sejumlah organisasi amal termasuk
Greenpeace. Pada 2007, ia mengumumkan menderita Hepatitis C menahun, dan
mempromosikan yayasan “Hepatitis C Trust”, dan ikut serta melakukan kampanye
penanggulangan Hepatitis.
Pada
2003, Anita menerima gelar Dame Commander of the Order of the British Empire dari
ratu Inggris, Queen Elizabeth II, dan secara resmi menyandang nama Dame Anita Roddick
DBE. Ia meninggal dalam usia 64 tahun akibat pendarahan otak pada 10 September
2007 setelah dirawat di Rumah Sakit St Richard, Chichester Inggris, lantaran keluhan
sakit kepala hebat pada malam sebelumnya.
Chief
Executive Officer (CEO) The Body Shop Indonesia yang juga aktivis lingkungan,
Suzy Hutomo, dan Direktur Makassar International Writers Festival, sekaligus
salah satu penulis teras nasional, Lily Yulianti Farid, dalam suatu kesempatan
mengatakan bahwa mereka di The Body Shop seluruh dunia, berusaha melanjutkan
perjuangan yang telah dimulai oleh Anita. Dikatakan pula, sebenarnya yang
mereka lakukan tidak seberat yang dilakukan wanita yang berhati luhur itu
lantaran mereka tinggal melanjutkan saja. Keberanian dan inspirasi yang
ditularkan oleh pendiri The Body Shop ini, telah meng-“influence” para pegiat
lingkungan hidup dan para penulis di seluruh dunia untuk melanjutkan
cita-citanya yang luar biasa.
Yang
dilakukan Anita bukan sekadar berbisnis. Dengan gaya kepemimpinannya yang penuh
semangat, kreativitas, dan idealisme, ia menjadikan The Body Shop sebagai
perusahaan yang peduli terhadap kesetaraan gender, isu-isu lingkungan hidup,
dan “human right” atau hak asasi manusia (HAM). Semasa hidupnya pun, Anita kerap
menceritakan berbagai pengalaman dan pengetahuannya mengenai berbagai kasus
pelanggaran HAM, serta perusakan lingkungan sebagai dampak praktik
perusahaan-perusahaan yang mengabaikan etika.
Wanita
tangguh tersebut memaparkan bagaimana perusahaan industri hiburan raksasa
Amerika Serikat (AS) memberikan upah yang tidak layak bagi buruhnya di
Thailand. Ia juga bercerita bagaimana perusahaan minyak Perancis bekerja sama
dengan diktator militer Myanmar yang membungkam demokrasi negara tersebut.
Menurut
Suzy, Anita bukanlah tipe pemimpin perusahaan yang hanya duduk di belakang meja
dan memberi perintah ke bawahan-bawahannya. Ia pejuang yang berpergian ke
berbagai daerah di dunia membela lingkungan dan kemanusiaan. Dijelaskan, salah
satu pengalaman Anita yang juga ada dalam buku “Business as Unusual” tersebut
adalah bagaimana ia melihat sendiri ke perkebunan tembakau di Meksiko, dan tergugah
ketika mengetahui bagaimana penderitaan pekerja di sana di mana sungai-sungai
mereka tercemar limbah beracun sehingga bayi mereka ada yang terlahir cacat.
Sesungguhnya,
Anita menggabungkan hasrat mencapai bisnis yang sukses dengan usaha untuk
melakukan perubahan positif bagi kehidupan di bumi. Wanita itu juga memberikan
inspirasi bagaimana bisnis dapat menjadi mitra bagi pemberdayaan komunitas,
masyarakat adat, dan terutama bagi kehidupan kita sebagai manusia dengan
nilai-nilai luhur, keluarga, cinta, dan kasih sayang. Itulah yang Anita sebut
sebagai “bisnis yang tidak seperti biasanya” atau “Business as Unusual”. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment