BUSANA KONTEMPORER
YANG KIAN DIGANDRUNGI
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Bisnis fashion telah melahirkan busana kontemporer yang bukan lagi
kebutuhan sandang yang sekadar disandang, akan tetapi telah menjadi gaya hidup
kaum urban, bahkan di sebagian pelosok pedesaan sekalipun. Mungkin ini terasa
naif, namun itulah realitas dari perpaduan bisnis dan gaya hidup yang
menggurita.
Beberapa waktu lalu, kita mengenal gaya high-end, namun sekarang style tersebut mendapat persaingan
ketat dengan adanya paham street
fashion yang semakin digilai para fashionista.
Selain unik, para street styler memang
mengesankan gaya yang “uber cool”.
Street
fashion atau
secara harfiah diartikan sebagai gaya jalanan, tanpa disangka-sangka sekarang
malah menjadi suatu style yang “booming” dan bisa jadi setara dengan
gaya high fashion. Para
penganut street fashion juga
tidak terbatas dari kaum mainstream seperti
selebritis, musisi atau para sosialita
saja. Orang-orang biasa, mulai dari pelajar SMA, mahasiswa, pekerja kantoran,
ibu-ibu dan anak-anak mereka menyenangi gaya yang satu ini.
Street fashion memang
milik siapa saja, tidak memikirkan umur, etnis, atau gender seseorang. Hebatnya lagi, gaya ini juga bisa
diaplikasikan setiap saat tanpa peduli akan tren yang sedang berlaku atau tanpa
mengacu pada “what’s in and what’s out”
dalam dunia fashion.
Artikan saja street fashion sebagai
gaya yang bebas berekspresi, yaitu gaya khas dari tiap individu yang dapat
mencerminkan “personality” masing-masing
pemakainya.
Street fashion semakin
berkibar namanya setelah diekspos oleh Scott Schuman, seorang pekerja fashion asal New York, yang sekarang
mendedikasikan dirinya menulis dan memotret para street styler dalam blog pribadinya bertajuk “The Sartorialist”.
Schuman berhasil membuktikan bahwa gaya jalanan memang universal lewat
foto-foto yang didapatnya dari bermacam kalangan di berbagai belahan dunia.
Balik lagi kepada street fashion, walaupun gaya ini
terlihat di jalanan dan bukan di atas runway,
jangan anggap gaya ini gaya yang asal-asalan atau tidak berkelas sama sekali.
Sebaliknya, street fashion tetap
merupakan gaya yang fashionable,
unik, penuh individulisme, dan membutuhkan “high sense of fashion” yang cukup tinggi. Namun karena dunia street fashion memang tak terbatas, maka
sah-sah saja jika seseorang ingin menampilkan identitas diri mereka lewat gaya
berpakaian yang seekstrim mungkin.
Dalam street fashion, tidak akan aneh jika
seorang pelajar tampil bagai pelangi dengan warna-warna yang menyilaukan, atau
seorang laki-laki santai di taman yang terlihat seperti sedang menuju pemakaman
karena pakaian hitam-hitam yang ia kenakan dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tidak menutup kemungkinan juga para street
styler adalah orang lanjut usia yang masih “melek” dengan setelan yang retro-modern. Bagaimanapun juga
itulah street fashion, dan gaya
ini tidak akan kalah dengan gaya para bintang Hollywood sekalipun.
Lebih serunya lagi,
“gaya jalanan” ini memang seolah mendorong para individu untuk mendahului ego
mereka, terutama dalam hal berpakaian. Setiap orang, siapapun ia, bebas memakai
apapun yang mereka inginkan. Vintage dresses,
celana jeans belel, boots setinggi lutut, semuanya tidak menjadi masalah. Selama
gaya mereka terlihat fashionable dan
unik, maka label street fashionista patut
diberikan kepada mereka.
Jika beruntung,
seorang seperti Scott Schuman bisa jadi akan mengabadikan gaya mereka, menampilkan
mereka di blognya, dan mereka pun menjadi salah satu dari para Sartorialist (sebutan untuk para street styler yang berasal dari nama blog
Schuman tersebut). Untuk menjadi street
fashionista, seseorang juga tidak perlu menyerah sepenuhnya kepada brand-brand terkenal hasil karya para
desainer ternama.
Para penganut street fashion malah dengan berbangga
hati menggabungkan desain brand dengan
barang-barang second hand mereka.
Street styler tidak akan malu memadukan
tas mahal keluaran Marc Jacobs atau Hermes dengan vintage dress tanpa merk atau sepatu kasual macam Converse. Pastinya, “A Good Sense of Fashion” tetap
dibutuhkan agar paduan gaya itu tetap stylish.(blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment