Upaya
Menangkap Peluang “Manis”
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Selama
ini, jika menilik peluang usaha pelatihan sumber daya manusia (SDM) atau lebih
dikenal sebagai lembaga kursus dan pelatihan, merupakan salah satu jenis usaha
yang tidak pernah mengalami kejenuhan, apalagi tren bisnis sesaat yang kerap
menjadi momok bagi bisnis-bisnis riil lainnya.
Pasalnya,
dalam kapabilitas permodalan peluang usaha ini dapat menyesuaikan dengan segala
kondisi yang ada. Kondisi tersebut termasuk kemampuan permodalan dari pemilik
usahanya, sehingga bisnis ini dapat bergerak dinamis dan tak terbelenggu
kapitalisasi yang menjerat dalam jangka waktu lama.
Sesungguhnya,
peluang usaha ini memiliki potensi keuntungan yang tidak sedikit, karena
keberadaan lembaga kursus sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk menambah,
memperdalam, serta memperluas wawasan dan pengetahuan mereka di era globalisasi
saat ini. Terlebih ketika peluang usaha kerja saat ini hanya membutuhkan SDM yang memiliki modal keterampilan yang berbasis pada
kompetensi.
Keberadaan
sekolah-sekolah formal yang tidak memberikan ruang cukup untuk peningkatan
kompetensi masyarakat pun, menjadi faktor utama sehingga publik sangat
membutuhkan lembaga pendidikan nonformal, di mana dalam hal ini adalah lembaga
kursus.
Pertanyaannya,
siapa yang bisa menjalankan usaha ini? Tentu jawabannya adalah siapa saja
dengan latar belakang apapun. Kendati demikian, seorang calon pengusaha yang
bakal bergelut di bidang pengembangan SDM melalui lembaga pelatihan maupun
kursus ini, seyogianya memiliki kapabilitas mumpuni, sehingga tak hanya
berorientasi bisnis, namun dari segi edukatif pun mereka telah berkontribusi
terhadap pengembangan SDM yang kompeten.
Untuk
itulah, seorang calon pengusaha yang akan mengembangkan usaha dan bisnis kursus
dituntut profesionalismenya, bagaimana kelak ia dapat bertanggung jawab secara
moral melahirkan manusia-manusia andal di Tanah Air. Sementara berkaca terhadap
realitas yang ada, harapan tersebut tentu masih jauh lantaran substansi
pemberdayaan SDM yang tangguh di Indonesia belum dapat mengakomodir
kekurangan-kekurangan yang ada.
Memang,
untuk meningkatkan kompetensi dalam bisnis kursus ini seorang calon pelaku
usaha harus mampu menjaring informasi yang akurat dari lalu lintas sumber yang
mampu memberikan referensi kuat dan kredibel. Sebelumnya, selama ini para
pengusaha yang telah mapan dan mandiri di bisnis ini sudah menangkap peluang usaha
yang muncul dari realitas kondisi masyarakat di sekitarnya, di mana mereka
telah membekali banyak orang dengan keterampilan usaha yang relevan, dengan
kebutuhan riil yang bakal menjadi peluang bagus untuk memulai wirausaha.
Jika
melihat paradigma yang muncul belakangan ini, di mana sebagian besar kaum
bermodal yang ingin bergerak di bidang wirausaha lebih memilih cara mudah dengan
membeli waralaba asing berbagai usaha yang kini menjamur dalam jaringan luas
seperti ritel, rumah makan, farmasi, dan usaha-usaha lainnya di berbagai
pelosok negeri. Sedangkan, di satu sisi banyak pengusaha yang tertipu atas
dengan investasi “bodong” lantaran tak mengerti harus bagaimana
menginvestasikan modalnya sementara bank sudah tidak lagi manis dalam segi
bunga yang menarik.
Oleh
karena itu, sudah menjadi rahasia umum bila bangsa dengan jumlah penduduk 250
juta jiwa ini menjadi sasaran empuk para pengusaha asing yang bergerak di
bidang kursus dan jasa pelatihan. Ironis
memang jika sampai anak-anak bangsa tidak dapat memanfaatkan peluang usaha ini.
(blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment