UMKM,
Prospektif di 2014
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Menakar
peluang bisnis yang cerah di 2014 bukanlah perkara mudah, di mana catatan
bisnis pada 2013, agenda dan regulasi pemerintah, serta prediksi perekonomian
global maupun nasional menjadi bahan dasar pertimbangannya. Jika merunut mitologi
China, maka 2014 merujuk pada “shio” kuda. Sebagai simbol kecepatan dan
ketangkasan, secara psikologis ini tentu berpengaruh dalam kompetisi bisnis
yang kian kompetitif dan penuh geliat dinamika.
Di
2013, kondisi perekonomian dunia masih stagnan sementara di Indonesia tampaknya
mulai berjalan dengan baik, sehingga menjadi momentum yang tepat bagi pengusaha
berbasis usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk memulai membangun usaha.
Apalagi, bantuan permodalan yang berasal dari pemerintah maupun organisasi
nonpemerintah mulai banyak direalisasikan, terutama untuk daerah-daerah di luar
perkotaan.
Hal
tersebut diungkap oleh penulis dan pemerhati bisnis-sosial, Khiva Amanda saat
dikonfirmasi via milis terkait bisnis-bisnis prospektif yang diprediksi merajai
pasar di Tanah Air di 2014 ini. Diulas, selama ini UMKM masih dianggap usaha
partikelir yang belum dapat menopang perekonomian negara secara nasional, namun
satu hal yang dilupakan para pelaku bisnis di Indonesia bahwa justru usaha
inilah yang paling resistensif atau bertahan, terutama saat terjadinya krisis
monter di 1998 silam, juga krisis global di 2008 lalu.
“Memang,
jika mengaitkannya dengan usaha kapital seperti misalnya multifinance yang
tumbuh 33 persen pada 2013 lalu, UMKM mungkin masih separuhnya. Akan tetapi,
permodalan UMKM masuk dalam unit risk-free, berisiko kecil lantaran tidak
melibatkan regulasi kapitalisasi,” bebernya.
Dijelaskan,
bidang-bidang UMKM yang prospektif dan dapat berkontribusi meraup laba di 2014
di antaranya adalah usaha percetakan. Ia melihat hal ini dapat terjadi karena Indonesia
akan mengadakan pesta demokrasi berkala lima tahunan, yakni pemilihan umum
(Pemilu).
“Nah,
jika para pelaku UMKM yang telah memiliki usaha percetakan seperti spanduk dan
baliho, maka siap-siaplah untuk panen. Puluhan partai dan ratusan calon anggota
dewan, baik pusat maupun daerah, serta kandidat presiden yang ingin berebut
kursi tentu membutuhkan atribut-atribut kampanye seperti baliho, spanduk,
pamflet, pin, stiker, brosur, dan sebagainya. Hal ini merupakan peluang bisnis
yang menjanjikan,” papar wanita yang sering menyuarakan opininya di kolom
berbagai koran ini.
Sedangkan
bisnis lainnya yang masih berbasis UMKM, sebut Khiva adalah bisnis gadget dan
pulsa. Menurutnya, dari berbagai riset dan analisa pasar yang diamatinya,
pengguna mobile gadget terutama smartphone akan mengalami pertumbuhan yang
pesat.
“Di
Indonesia, jika seseorang memiliki modal antara Rp 10 juta hingga Rp 20 juta,
maka ia bisa mencicipi manisnya bisnis penjualan handphone dan pendukungnya,
seperti aksesoris ponsel dan pulsa,” ungkapnya.
Adapun
usaha waralaba lokal, diakui oleh wanita yang hobi membaca buku-buku bisnis
ini, masih punya peluang yang sama baiknya dengan usaha-usaha yang disebutnya
tadi. “Bisnis dalam jaringan waralaba lokal, meskipun sudah menjamur beberapa
tahun terakhir ini, tetapi saya masih menganggap punya prospek yang bagus,”
alasannya.
Pasalnya,
bisnis waralaba lokal menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan dari tahun
ke tahun. Selain tidak memerlukan modal besar seperti waralaba brand besar dari
luar negeri, waralaba lokal termasuk gampang dikelola.
“Kita lihat waralaba
lokal Teh Tong Tji misalnya, pertumbuhannya cukup mencengangkan. Pelaku usaha
bermodal kecil pun sudah dapat membuka gerai kuliner ini melalui kedai-kedai
mini di emperan toko. Jika punya modal lebih, mereka bisa buka gerai yang lebih
besar, yakni Tea House Tong Tji di mal-mal,” urainya.
Pertumbuhan
yang menjanjikan dalam skala kecil dan menengah, menurut wanita berkacamata
minus ini bukan hanya pada makanan dan minuman saja, namun beragam bidang usaha
dalam jaringannya masing-masing seperti waralaba di bidang pendidikan,
kecantikan, teknologi, kesehatan, hingga bisnis jasa seperti event organizer
(EO), dan lain-lain.
“Bahkan
di antaranya sudah lolos untuk go international. Ini artinya, dengan basis UMKM
namun jika sudah berkembang bisa jadi berwujud perusahaan berskala nasional
atau internasional,” imbuhnya.
Selain
bisnis-bisnis tadi, Khiva menyebut ada satu usaha yang terbilang spektakuler
karena tidak memerlukan modal besar, tetapi hanya memanfaatkan jaringan
afiliasi di internet.
“Bisnis lewat media online. Jangan pandang sebelah mata,
bisnis ini sangat prospektif. Lihat saja bagaimana getolnya PT Djarum
mengakusisi konten-konten lokal online shop seperti Kaskus. Atau, Singapore
Press Holdings (SPH) yang mengakusisi Berniaga.com,” tandasnya. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment