![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Memang
tak dapat dipungkiri jika saat ini Indonesia telah menjadi pangsa pasar industri
otomotif yang sangat menggiurkan. Runut perkembangan yang diambil berdasarkan
grafik year on year atau tahun ke tahun, merujuk kepada penjualan mobil yang mengalami
peningkatan signifikan. Bahkan ketika dunia dilanda krisis global pun, potensi
penjualan otomotif di Tanah Air terus saja naik.
Fenomena
kenaikan transaksi penjualan kendaraan bermotor dan jumlah pengunjung pada
berbagai ajang pameran otomotif merupakan buah dari pertumbuhan pesat kelas
konsumen di Indonesia. Kenaikan transaksi penjualan kendaraan bermotor dan
jumlah pengunjung pada event-event transaksional pameran otomotif, sekaligus
membuktikan apa yang telah diungkapkan oleh lembaga konsultan McKinsey Global
Institute (MGI) dalam laporan bertajuk “The Archipelago Economy: Unleashing
Indonesia’s Potential”.
Melalui
laporannya, McKinsey Global Institute memperkirakan kelas konsumen Indonesia
tumbuh menjadi 135 juta orang di 2030 dari 45 juta orang pada 2010. Lebih jauh,
McKinsey Global Institute memprediksi pertumbuhan kelas konsumen Indonesia yang
sangat cepat tersebut akan mendorong akselerasi perekonomian Indonesia sehingga
dapat menempati posisi tujuh besar kekuatan ekonomi dunia pada 2030 mendatang.
Ini
juga berarti secara tidak langsung mengalahkan peringkat Jerman dan Inggris
yang sebelumnya cukup jauh di atas Indonesia. McKinsey Global Institute
mengategorikan kelas konsumen sebagai penduduk dengan pendapatan per kapita
lebih besar atau sama dengan 3.600 dolar AS per tahun.
Apa
yang telah diprediksi oleh McKinsey Global Institute boleh jadi mendekati
kenyataan. Jika mengaitkan nominalistik penyerapan pasar industri otomotif di
dalam negeri yang sedemikian besarnya, maka semua paparan institusi asal asing
ini ada benarnya. Lihat saja salah satu contoh, Indonesia International Motor
Show (IIMS) 2013. Ajang akbar yang memamerkan beragam industri otomotif dari
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang berhasil diselenggarakan belum lama ini
di Jakarta, adalah barometer yang tepat untuk mengaktualkan bisnis kaliber ini.
Dalam
lansirannya, PT Dyandra Promosindo selaku pihak penyelenggara, menyebutkan
bahwa pameran otomotif terbesar yang telah diadakan kesekian kalinya di
Indonesia ini, berhasil menyedot 373.661 pengunjung, lebih tinggi dari
pencapaian IIMS tahun lalu yang berhasil meraup 368 ribu orang. Sepanjang 10
hari penyelenggaraan pameran tersebut, Kamis (19/9/2013) hingga Minggu (29/9/2013),
penjualan tercatat 19.367 unit dengan transaksi senilai Rp 4,9 triliun.
Transaksi yang cukup signifikan pada pameran IIMS 2013 menunjukkan pada dunia
bisnis bahwa daya beli masyarakat masih berada pada level positif, sekaligus
mengindikasikan bahwa industri otomotif nasional tetap berkembang dan
menjanjikan.
Jumlah
partisipan pameran pameran otomotif terbesar di Asia Tenggara ini terus
meningkat, jika pada IIMS 2009 misalnya, hanya diikuti oleh 21 merek kendaraan
roda empat, maka pada tahun ini mencatat total peserta 38 merek ATPM yang terdiri
atas 29 kendaraan penumpang dan sembilan kendaraan niaga. Industri pendukung
juga memberikan kontribusi yang sama, di mana ada 276 perusahaan dari industri
pendukung ikut meningkat, di mana tercatat kenaikan yang sangat signifikan dari
penyelenggaraan IIMS 2009 yang hanya diikuti oleh 129 perusahaan dari industri
pendukung.
Pencapaian
itu sekaligus mengindikasikan bahwa ajang semacam IIMS ini berhasil mengukuhkan
diri sebagai kegiatan yang paling diperhitungkan oleh kalangan otomotif Tanah
Air. Peningkatan jumlah pengunjung dari tahun ke tahun, membuktikan semakin
tingginya minat masyarakat terhadap produk otomotif berkualitas. Jumlah
transaksi juga mengalami peningkatan, meski sebelumnya pihak penyelenggara
menggadang-gadang bahwa transaksi bukanlah target utama penyelenggaraan pameran
otomotif tersebut.
Semakin
tingginya permintaan luas area pameran yang digunakan oleh para ATPM serta
industri pendukungnya di ajang ini, mendorong wacana perluasan area IIMS untuk
tahun selanjutnya. Hal tersebut bisa jadi langkah awal dan gambaran bangkitnya
industri otomotif yang sempat stagnan satu dekade sebelumnya di Indonesia.
Lepas dari polemik “mobil murah” ataupun “mobil rakyat”, suksesnya
penyelenggaraan IIMS pada tahun lalu ini yang terkesan luar biasa, sekaligus
merupakan bekal untuk menstimulasi pengembangan industri otomotif di Indonesia.
Di
luar konteks tersebut, jika berkaca pada kesuksesan industri otomotif di Negeri
Matahari Terbit, Jepang, yang selama beberapa dekade menyalip industri otomotif
negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat, maka ada faktor “nonteknis” yang
perlu dicermati. Selain mengusung teknologi berkualitas dengan “low price”-nya,
salah satu faktor terpenting dari bisnis otomotif adalah desainnya.
Langkah
awal dalam proses produksi suatu jenis mobil juga selalu dimulai dari guratan
sketsa para desainer mobil untuk kemudian dituangkan dalam bentuk model tanah
liat skala satu banding satu, hingga akhirnya masuk ke lini produksi untuk
diproduksi secara massal.
Tampilan
yang sedap dipandang mata tentu dapat berimbas pada ketertarikan orang untuk
membelinya. Dari sini bisa simpulkan bahwa seorang desainer mobil memiliki
peran yang cukup vital lantaran karyanya akan menentukan masa depan mobil
ciptaannya, apakah mobil tersebut dapat diterima konsumen, ditolak, atau justru
malah menjadi karya adiluhung yang revolusioner.
Nah,
kita tunggu saja lahirnya manusia-manusia andal di bidang otomotif yang berasal
dari ranah Nusantara. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment