![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Berdasarkan pengalaman, awal 2013 lalu
menjadi stimulus bagi investor untuk kembali berinvestasi di pasar modal.
Kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada saat itu yang terus menembus
rekor baru menjadikan peluang investasi di pasar modal semakin menarik.
Apalagi, di pengujung 2012 lalu, IHSG
naik 13 persen dari 3.821 (2011) ke level 4.322. Pencapaian itu membuat pasar
saham Indonesia jauh lebih baik ketimbang bursa saham di AS dan Eropa. Selama
2012 pula, nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencapai
lebih dari Rp 4.100 triliun. Memang, kinerja sedikit menurun di pengujung 2013
lantaran tergerus pelemahan rupiah. Akan tetapi melihat kondisi ekonomi yang
masih solid, di tahun kuda ini, kinerja pasar modal kita masih akan tetap
menggigit.
Menyoal kinerja pasar modal yang kian
“kinclong” tersebut, Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menilai anggaran
untuk pembangunan infrastruktur Indonesia perlu ditunjang dari pembiayaan di
pasar modal. Untuk 2013 lalu, tertutur bahwa alokasi belanja modal untuk
pembangunan infrastruktur dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
adalah sekitar Rp 200 triliun.
Tentu hal itu merupakan usulan yang
terbilang “patriotik”, di mana para pelaku usaha, paling tidak bisa menunjukkan
jiwa nasionalismenya dalam bentuk lain namun beresensi sama. Perwujudan
tersebut, seperti dikatakan Mahenda, bisa ditunjang dari kredit pasar modal,
serta tak kalah pentinganya adalah terus melakukan perbaikan governance
termasuk bursa dan emiten.
Selain political will yang menjadi
acuan rasa aman berinvestasi di Indonesia, regulasi yang kondusif serta
pemberian insentif agar mudah berinvestasi di pasar modal turut mengerek
masuknya modal asing ke IHSG. Tentu ini akan berimbas pula bagi pembangunan di
Sulawesi, di mana untuk Sulawesi Selatan (Sulsel) khususnya, arus modal itu
akan menggerakkan roda perekonomian yang lain.
Berkembangnya investasi di pasar modal
atau lebih dikenal dengan sekuritas mulai merebak di Sulsel, khususnya di
Makassar, adalah kabar baik bagi investasi secara umum. Sebut saja PT Royal
Trust Capital (RTC), PT Indo Premiere Securities, Panin Sekuritas, MNC
Securities, dan lainnya.
RTC sendiri merupakan perusahaan
sekuritas dan anggota dari BEI dengan kode SA, berdiri sejak 18 Juli 2011. Sebagai
pemegang saham utama di RTC, Bosowa Corporation yang merupakan salah satu grup
bisnis terbesar di Indonesia, melalui pasar modal dapat menjadi mesin
penggerak ekonomi dengan beragam kegiatan bisnis yang meliputi berbagai sektor
seperti infrastruktur, semen, otomotif, properti, perdagangan, dan lain-lain.
Lepas dari itu, tentu kita percaya, semakin
banyak instrumen investasi di pasar modal akan menambah daya tarik bagi
investor. Apalagi, jika emiten semakin berkualitas, dan memiliki fundamental
bisnis yang kokoh, serta dikelola secara transparan dan akuntabel alias
memiliki governance yang baik.
Terkait hal itu, kepercayaan terhadap
perusahaan-perusahaan yang memperdagangkan saham di bursa efek tentu akan
semakin meningkat. Ini penting, karena dapat menjadi landasan bagi perkembangan
bursa efek yang solid dalam jangka menengah dan panjang. Dalam konteks ini,
manajemen BEI harus terus menerus berupaya meningkatkan kepercayaan terhadap
pasar modal Indonesia, antara lain dengan menjaga kualitas emiten yang sahamnya
diperdagangkan di lantai bursa.
Salah satu upaya yang dilakukan dengan
terus menerus mengeluarkan saham (delisting) yang dianggap tidak memiliki
kinerja baik dan tidak aktif diperdagangkan alias saham tidur, tentu saja patut
terus dilanjutkan. Selain memicu emiten untuk senantiasa berusaha agar
saham-sahamnya aktif melalui berbagai aksi korporasi yang menarik, langkah
manajemen BEI ini juga meningkatkan keyakinan bagi investor bahwa emiten di
lantai bursa semakin hari semakin baik.
Tak kalah penting adalah upaya
menegakkan aturan agar governance di perusahaan juga semakin meningkat. Ini penting
untuk mengurangi potensi kerugian investor, agar tidak terkecoh dengan
perusahaan yang rapuh, yang pada akhirnya akan menjadi nila setitik yang
merusak susu sebelanga. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment