AMPUH
DI KELAS BAWAH
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Mobil
murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) kini menjadi tren
otomotif di Tanah Air. Mobil yang mengusung fitur ramah lingkungan ini sudah mulai
banyak dilirik konsumen, di mana para produsen mulai menambang keuntungan dari
model yang mereka sodorkan.
Astra
Daihatsu Motor (ADM) misalnya, yang telah memulai sepak terjangnya dengan
melempar mobil murah mereka, Ayla, terbilang sukses. Sejak diluncurkan
September 2013 barusan hingga sekarang, telah tercatat 2.300 unit Ayla yang
terserap di pasar nasional.
Kehadiran
mobil-mobil yang sebenarnya menyasar kelas bawah tersebut telah menjadi
primadona. Para agen tunggal pemegang merek (ATPM) mengaku terus kebanjiran
pesanan. Toyota dengan mobil murah Agya misalnya, sejak diperkenalkan di
Indonesia International Motor Show (IIMS) 2013 yang berlangsung pada Sebtember tahun
lalu di Jakarta, sejak peluncurannya pada Senin (9/9/2013) hingga kini telah
mengantongi pesanan sebanyak 15 ribu unit.
Dari
data yang dilansir Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo),
tepat di hari perdana meluncur, dalam waktu tiga jam Agya mampu terjual 1.547
unit. Ini belum termasuk yang masih dirahasiakan jumlah pemesannya di
perhelatan IIMS 2013 lalu.
Memang,
industri otomotif Indonesia bisa dikatakan tengah mengalami euforia sejak
semester kedua 2013 lalu. Bagaimana tidak, produsen mobil mulai fokus untuk
meluncurkan mobil LCGC. Dalam beberapa saja di tahun yang sama, tiga jenis mobil
murah telah diluncurkan di antaranya Daihatsu Ayla, Toyota Agya, dan Honda Brio
Satya. Sementara itu Nissan pun tak mau ketinggalan dengan mengeluarkan produk
sejenis yang diberi merek Datsun, sedangkan Suzuki tak tinggal diam dan
mengeluarkan jenis produknya yang tak kalah gemerlapnya. Dengan demikian, itu
berarti persaingan mobil murah bakal sengit.
Mobil
murah akan mengisi segmen city car atau mobil perkotaan, berdasarkan data
Gaikindo, segmen ini akan terus meningkat, di mana potensi pangsa pasarnya pun
sangat potensial. Seperti yang dilansir, rata-rata setiap bulannya city car
terjual 5.136 unit. Sepanjang Januari-Juli 2013 lalu, total mobil tipe ini
terserap pasar sebanyak 35.957 unit. Jumlah tersebut memang masih jauh
dibanding segmen paling primadona saat ini, yaitu low multipurpose vehicle
(MPV) yang terjual sebanyak 228.788 unit.
Keampuhan
strategi bermain di kelas menengah bawah tersebut dapat dilihat dari hasil
pemesanan Toyota Agya yang dibanderol antara Rp 99 juta hingga Rp 120 juta.
Dari produksi maksimal 15 ribu unit sampai akhir tahun ini, pihak Toyota
mengaku masih kewalahan menerima permintaan pasar yang membeludak. Sama halnya
Toyota Agya, produsen seatapnya, Daihatsu Ayla, saat resmi diluncurkan
pemesannya sudah tembus lebih dari 15 ribu unit. Bahkan selama 11 hari di ajang
IIMS 2013 lalu, konsumen yang memesan Ayla mencapai 343 unit, di mana mobil ini
dibanderol antara Rp 76 juta hingga Rp 99 juta.
Sementara
itu, produk Honda, Brio Satya yang diusung sebagai mobil murah diklaim memiliki
konsumen “inden” yang sudah antre dengan dua ribu unit. Dalam sepekan IIMS
2013, Honda mengaku sudah menerima pemesanan sebanyak 500 unit, di mana mobil
berlogo bunga melati ini dibanderol dengan harga kompetitif, antara Rp 106 juta
hingga Rp 117 juta.
Meski
meningkat, namun “slot” mobil di bawah harga Rp 120 juta memang belum banyak.
Terus terang, segmen ini pun belum terisi penuh dan kalaupun ada, selama ini
pasar tersebut hanya diisi mobil buatan China. Namun, masalahnya, “image”
produk asal Negeri Tirai Bambu ini masih kurang bagus di pasaran Tanah Air,
khususnya kualitas serta pada layanan purnajualnya.
Akan
tetapi, begitu mobil murah harga di bawah banderol Rp 120 juta hadir mengusung merek
Jepang, maka masyarakat dipastikan bakal tergiur dan menjadi konsumtif, yang
dengan sendirinya akan melebarkan sayap produsen mobil jenis ini. Pasalnya,
harga city car menjadi terjangkau lantaran termasuk mobil “murah”. Lagipula,
konsumen kelas bawah yang baru membeli mobil untuk pertama kalinya atau yang
beralih dari sepeda motor ke mobil, pasti akan melirik mobil jenis ini.
Dari
lansiran Gaikindo, sebelumnya penjualan low MPV seperti Avanza, Xenia, Ertiga,
dan Spin sudah banyak diminati konsumen. Pasalnya, harganya masih bermain di
kisaran Rp 150 juta hingga Rp 200 juta. Selain soal “price”, mobil-mobil MPV
juga dapat mengangkut penumpang lebih banyak dengan maksimal tujuh penumpang.
Keunggulan itulah yang sebenarnya membuat segmen low MPV jadi “lahan gembur”
bagi produsen mobil.
Menyimak
“pertarungan” yang kian kompetitif di segmen “low-end user”, maka sekarang
situasi industri otomotif di Indonesia sudah semakin panas. Dengan banyaknya
ATPM meluncurkan model-model terbaru, khususnya mobil murah, maka hal tersebut
pun mengundang tanda tanya. Sejauh mana kualitas yang selama ini menjadi usungan
para produsen mobil tersebut?
Atau,
jangan-jangan dengan hilangnya “high price” tersebut justru akan mengurangi
unsur-unsur yang dianggap urgen dalam struktur otomotif. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment