Di langit kutanya, mana pintu-Mu?
Di angin kuhela, mana lagu-Mu?
Di Surya kupandang, mencari cahya-Mu
Di Bumi kupijak, mencari jejak-Mu
Ingin kukecapi
: selaksa layang kasih-Mu
Ingin kugenggami
: semburat Panji Agung-Mu
: selaksa layang kasih-Mu
Ingin kugenggami
: semburat Panji Agung-Mu
Duhai hari,
kemanakah engkau pergi?
Duhai hati,
kepada siapa engkau kembali?
kemanakah engkau pergi?
Duhai hati,
kepada siapa engkau kembali?
/
Aku adalah sepercik embun
pagi
yang mendekami hijaunya bumi
dan akan jatuh ke tanah hakiki
lalu kembali ke awan abadi
yang mendekami hijaunya bumi
dan akan jatuh ke tanah hakiki
lalu kembali ke awan abadi
Aku hanyalah setitik cah'ya
lentera
yang merajang terangnya purnama
walaupun ternyata,
ku kan sirna tiada berjaya
yang merajang terangnya purnama
walaupun ternyata,
ku kan sirna tiada berjaya
Aku ialah yang tak berdaya
didera gelombang badai cinta
terhempas tajamnya duri cita
bertahan pada sepokok asa
didera gelombang badai cinta
terhempas tajamnya duri cita
bertahan pada sepokok asa
Aku hanyalah pengelana
yang terasing juga terbuang
berjalan di belukar nan menghadang
mengarungi samud'ra hidup penuh gelombang
yang terasing juga terbuang
berjalan di belukar nan menghadang
mengarungi samud'ra hidup penuh gelombang
\
Ku berlari mengejar mentari
berkeliling di belantara mati
berteduh di pojok ilusi
berlindung di balik mimpi
berkeliling di belantara mati
berteduh di pojok ilusi
berlindung di balik mimpi
Oh... bilakah sayapku
tumbuh
agar ia membawaku pada masa itu
dimana warna tiada berbilang
dan rasa menjadi gelora?
Sehingga ku 'kan tenteram
kini agar ia membawaku pada masa itu
dimana warna tiada berbilang
dan rasa menjadi gelora?
berjalan di teriknya bayang Mentari
dinaungi awan pembasuh nurani
di kaki Langit, berkawan Pelangi
No comments:
Post a Comment