M Farid Widodo
Merugi Rp 30 Miliar,
Kini Usahanya Berkembang hingga
Amerika
![]() |
Foto: Pribadi |
Menjadi pengusaha sukses itu memerlukan keterampilan dan mental yang kuat, demikian dikatakan Direktur Indonesian Islamic Business
Forum (IIBF), M Farid Widodo, saat ditemui beberapa waktu
laludi
Gedung Graha Pena, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar.
“Untuk menjadi pengusaha memang banyak
kesulitan yang dihadapi, makanya dibutuhkan keterampilan mental untuk menghadapinya,” ujar pria yang akrab disapa Farid ini.
Merunut kelam perjalanan bisnisnya, ia mengungkapkan
pernah jatuh bangkrut dan mengalami rugi Rp 30 miliar di
industri jamu tradisional yang telah dirintisnya sejak 1992. Usaha jamu yang
dirintisnya dengan modal usaha Rp 5,2 juga tersebut, runtuh lantaran regulasi pemerintah
yang tidak lagi berpihak kepadanya.
Keruntuhan usahanya berefek pada keruntuhan kepercayaan
orang di sekelilingnya, karena
menyisakan utang yang setumpuk. Memulai bangkit kembali dalam kondisi terpuruk
tidaklah mudah, namun ia sebagai orang yang taat pada ajaran agama tak pernah
merasa putus asa.
“Di tengah
kesulitan, saya membangun usaha industri kopi
herbal, yang saat ini berjaya di Tanah Air, tanpa
berniat untuk mengulangi kesalahan saya yang dulu,”
ujarnya.
Kesalahan yang dimaksud adalah ‘membangun usaha di atas
pusaran utang’, sebuah fatalistik dan tindakan paling berisiko
dalam bisnis. Sejak keruntuhan industri jamunya di 2004,
selama beberapa tahun kemudian ia mulai bangkit dan membangun kepercayaan orang-orang
yang dulu juga turut runtuh.
Alhasil, pada 2010 lalu ia mendapatkan kepercayaan
dari koleganya untuk membangun industri kopi di bawah
naungan PT Cordova Indonesia dengan modal usaha mencapai Rp 10
miliar.
Tak pelak, dengan mental wirausaha yang memang
tumbuh dalam jiwanya, dalam jangka dua tahun ia
mampu meningkatkan aset perusahaan menjadi Rp 15 miliar untuk
PT Cordova Indonesia, ditambah
dengan membuka cabang di Amerika Serikat dengan
bendera PT Cordova Amerika. Saat ini ia juga sedang merintis cabang di Negeri
Tirai Bambu, China.
Dengan bekal pengalaman kepemilikan industri jamu yang dimiliki, ia membangun usaha kopi herbal
dengan melihat peluang yang ada, di mana tren warung kopi (warkop) tengah melirik varian kopi
baru akibat isu peralihan dari kopi berbahan kimia
ke arah herbal. Inilah hal yang melecutnya untuk memproduksi kopi
herbal yang didistribusikan secara nasional.
Kendati demikian, kopi jenis ini
masih sulit dijumpai di pasar tradisional, dan hanya terdistribusi di kalangan tertentu. “Pasalnya,
kopi ini didistribusikan melalui perusahaan besar seperti Bank
Muamalat. Jadi untuk seluruh pegawai Bank
Muamalat, pasti mendapatkan jatah kopi herbal ini,” terangnya.
Di luar
perusahaan perusahaan yang bermitra dengan PT Cordova Indonesia,
jika ada yang ingin menikmati kopi herbal Cordova, bisa langsung
ke Cafe Ngopi di Jakarta, sebuah kafe yang
memasarkan langsung hasil industri kopi herbal
Cordova.
Farid yang juga pemilik Cafe Ngopi
mengatakan, saingan ‘head to head’-nya
adalah Starbucks Coffee Jakarta. “Saya sengaja
memilih pesaing international hanya sekadar ingin
membuktikan bahwa kualitas kopi lokal tidak kalah dengan kopi dari luar negeri, selain tentu saya pelayanan kami tidak kalah dengan mereka,” ujarnya.
Namun berbeda kafe lain yang
ingin mempercepat laju usahanya dengan menjadi franchisor,
Farid tidak ingin menjadi francisor. Menurutnya,
menjual brand dan manajemen usaha itu tidak membuat orang lain pasti memperoleh
keuntungan yang sama.
“Saya ingin, jika menjadi
franchisor, saya bisa memastikan bahwa usaha franchisee
saya juga berjalan sebagaimana saya berjalan, inilah yang disebutnya sebagai
franchisor,” tegasnya.
Ditambahkan, jika mulai menjadi franchisor
sementara ia sendiri belum mampu untuk meraih target maksimal yang ingin
dicapainya, maka hal tersebut sama
dengan menggorok
leher sendiri.
“Menjadi franchisor itu tidak mudah, selain
menjual brand dan manajemen, kita juga
harus melakukan pendampingan. Kalau tidak, memaksa,
sama saja kita menggorok
leher sendiri,” tandasnya. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment