Oleh
Effendy Wongso
Kaki-kaki
kecilnya lincah menari
elok
tubuhnya mengirama ditabuh rebana
namun
merdu urung mengurai senyum sang jelita
Gerangan
apa puan nan rupawan berdurja
dalam
kemilau intan permata
dan
mahkota bermute berlian
adakah
cinta semekar yang-liu di istana naga?
Bao
Ling
Elegi
Putri Yuan Ren Xie
![]() |
Foto: Dok KATA HATIKU |
Pangeran
Yuan Ren Qing memasuki balairung Istana Pangeran dengan rupa gerun. Suhu udara
di Kiangsu yang mulai mendingin di penghujung musim semi malah menggerahkannya.
Rencananya nyaris terbongkar. Untung jasus yang didelegasikannya untuk membunuh
Bao Ling meninggal langsung saat pertarungan di sebuah hutan dalam perjalanan
menuju pos pengawasan Tembok Besar. Kalau tidak, jasus yang tertawan dapat
membuka mulut. Dan akibatnya, ia tahu sanksi apa yang akan dilakukan oleh
Kakanda Kaisar Yuan Ren Zhan kepadanya. Hukum pancung!
Dihelanya
napas galau.
Selama
ini ia memang belum dapat menemukan orang-orang yang tangguh. Strateginya untuk
merebut kekuasaan dari tangan kakaknya agaknya mesti dipikirkan matang-matang.
Jangan sampai rencananya itu terbongkar sebelum ia dapat menduduki Kursi
Tunggal Sang Naga di Istana Da-du.
Apalagi
setelah meledaknya pemberontakan Han pimpinan Han Chen Tjing di Tung Shao dan
perbatasan Tembok Besar, Kakanda Kaisar Yuan Ren Zhan jadi lebih mawas dan
hati-hati. Tentu pengawalan Istana Da-du akan semakin diperketat dengan
hadirnya prajurit-prajurit dan pengawal-pengawal tangguh.
Untuk
itulah ia mesti bersikap sabar, menunggu perkembangan berikutnya. Menurut data
intelijen Yuan, jasus-jasus Han yang dikoordinir oleh mantan Jenderal Shan-Yu
telah menyusup ke dalam Istana Da-du untuk membunuh Kaisar Yuan Ren Zhan. Ia
berpikir, ada baiknya dua pihak itu saling menghancurkan sebelum ia mengambil
alih kekuasaan dari tangan kaisar.
Hal
itu jauh lebih mudah ketimbang ia harus mengkudeta kakaknya tersebut. Lagipula,
kekuatan militer pengikutnya belum menunjukkan eksistensi dapat mengalahkan
militer sahih Yuan pimpinan Jenderal Gau Ming dan Perdana Menteri Shu Yong.
Selain itu, militer Yuan telah memiliki beberapa prajurit berdedikasi tinggi
seperti Fa Mulan dan Shang Weng yang berasal dari Kamp Utara. Kehebatan kedua
orang itu telah ia dengar jauh-jauh hari sesaat sebelum kemenangan gemilang
mereka menggagalkan pemberontakan Han di Tung Shao.
Saat
ini ia memang harus bekerja keras bila hendak menduduki takhta tertinggi di
Tionggoan. Satu-satunya cara yang paling tepat agar memuluskan langkahnya ke
puncak kekuasaan adalah, menyingkirkan satu per satu orang-orang kepercayaan
Kakanda Kaisar Yuan Ren Zhan. Salah satunya adalah Perdana Menteri Shu Yong dan
Prajurit Kurir Bao Ling yang cerdas. Sebab mereka merupakan kekuatan utama
Kakanda Kaisar Yu-an Ren Zhan.
Sementara
itu, Jenderal Gau Ming sendiri belum dapat dianggap berbahaya karena eksistensi
militer Yuan yang dipimpinnya selama ini mengalami pasang-surut. Keberhasilan
menumpas pemberontakan Han pun bukan karena andil orang tua itu. Jadi jika
menilik sepak terjangnya, jenderal tua itu memang bukan merupakan kendala besar
kendati ia sangat terbantu oleh kecerdikan Fa Mulan di garda depan pertempuran.
Ia
duduk di salah satu kursi.
Menggabruk
tanpa sadar meja kecil persegi di sampingnya sampai cawan perak yang berisi teh
hijau di sana atasnya meriak nyaris tumpah. Beberapa pengikutnya yang sedari
terdiam terlonjak kaget. Mereka masih berdiri dengan sikap menundukkan kepala.
“Tidak
becus! Semuanya tidak becus!”
Pangeran
Yuan Ren Qing menatap satu per satu wajah yang menekuk itu. Belum ada yang
berani angkat suara untuk mengemukakan sanggahan atas amarah pemimpin mereka
tersebut. Zhung Pao Ling gagal mengeksekusi Bao Ling yang menjadi target
pelumpuhan kaki-tangan Kaisar Yuan Ren Zhan. Ia malah terbunuh dalam insiden pertarungan
itu.
“Kalian
yang berjumlah puluhan orang tidak dapat mengalahkan satu orang?! Hah, kalau
menangani hal-hal kecil seperti itu saja tidak bisa, bagaimana mungkin kalian
dapat membantu saya mengambil alih kekuasaan dari tangan Kaisar Jumawa itu?!
Huh, benar-benar tidak becus. Apa keistimewaan Prajurit Kurir Bao Ling sehingga
kalian seperti mati kutu begitu?!” geram Pangeran Yuan Ren Qing, menggabruk
meja sekali lagi. “Saya kecewa terhadap kalian! Sangat kecewa!”
Seorang
pendekar berikat kepala bulu domba tampak maju satu kaki dari tempatnya
mematung tadi. Ia mengepalkan tangannya ke depan, menghormat dengan mimik ragu.
“Maafkan
kami, Yang Mulia” tuturnya. “Tapi kami sama sekali tidak menyangka kalau ilmu
silat Bao Ling setangguh itu.”
“Saya
tidak ingin mendengar alasan ketidakmampuan kalian menaklukkan orang
kepercayaan Jenderal Gau Ming itu!” sembur Pangeran Yuan Ren Qing, sontak
berdiri dari duduknya. Menyeret kakinya dengan langkah berat, mendekati
pendekar yang mendalih atas kegagalan mereka membunuh Bao Ling. “Saya tidak mau
tahu bagaimana dan apa cara kalian menghadapi orang itu. Yang saya inginkan
hanya satu. Enyahkan orang itu!”
Pendekar
itu terdiam, kembali menundukkan kepala setelah sesaat mengangkat muka ketika
mengurai alasan barusan. Ia mundur kembali pada barisan yang menjajar rapi di
hadapan sang Pemimpin. Enam pendekar lainnya yang berseragam merah bata tampak
kikuk. Sesaat bahkan seolah menahan napas yang keluar dari lubang hidung
mereka.
Pangeran
Yuan Ren Qing berjalan kembali menuju kursinya setelah mengibaskan jubahnya
dengan satu entakan keras, jelas merupakan aplikasi kemarahannya yang belum
surut dari ubun-ubun.
“Kalian
tahu, apa akibatnya seandainya Zhung Pao Ling tidak mati tapi tertawan?!”
gusarnya setelah duduk kembali di kursinya. “Apa jadinya seandainya dia membuka
mulut?! Apa kalian semua ingin dipenggal?! Rencana kita kacau! Kacau! Bao Ling
pasti akan mencari tahu, untuk apa Zhung Pao Ling hendak membunuhnya! Sekarang
dia pasti akan mencari siapa dalang yang menyuruh Zhung Pao Ling membunuhnya!
Hal tersebut pasti akan dilaporkannya kepada Jenderal Gau Ming. Lalu, sebentar
lagi pasti berita tersebut akan sampai dan terdengar di telinga KaisarJumawa
itu.”
Suasana
senyap menyelubungi ruang pertemuan pangeran. Dari sinilah awal mula mufakat
mereka untuk menghabisi satu per satu prajurit-prajurit berdedikasi Sang
Kaisar. Rencana tersebut sudah dianggap matang setelah konsentrasi Kaisar Yuan
Ren Zhan dan beberapa atase militernya terburai oleh pemberontakan Han yang terjadi
di Tung Shao serta beberapa kaum nomad Mongol di perbatasan Tembok Besar.
Dibiarkannya kekuatan Yuan dan kubu pemberontak Han beradu sehingga melemah.
Dengan begitu, ia dapat memanfaatkan situasi tersebut sebagai taktik titik
lemahnya kekuatan Kaisar Yuan Ren Zhan.
Pangeran
Yuan Ren Qing ingin mengail di air keruh!
Namun
ada sesuatu yang tidak disangka-sangkanya. Jauh dari prakiraannya yang semula.
Pertempuran di Tung Shao ternyata dimenangkan oleh pasukan Yuan berkat
kecerdikan Fa Mulan. Sementara itu kekuatan Yuan juga berangsur menguat berkat
bantuan pihak Barat yang menjual meriam-meriam mereka kepada Kaisar Yuan Ren
Zhan. Hal tersebut memang tidak lepas dari andil besar Perdana Menteri Shu Yong
yang berhasil melobi salah seorang atase militer Inggris di London, Sir Arthur
Jonathan. Berkat andil perdana menteri Yuan itu pulalah, militer Yuan memiliki
pasukan dari divisi baru yang sangat tangguh dan ampuh menaklukkan pemberontak
Han.
Kendati
demikian, rencana Pangeran Yuan Ren Qing untuk merebut takhta dari tangan kakak
kandung-nya masih tetap akan dilaksanakan. Apa pun yang terjadi. Kegagalan
beberapa hari lalu saat jasusnya gagal mengeksekusi mati Bao Ling, tidak
mempengaruhi niat dan ambisinya. Ia tetap akan menggulingkan kepemimpinan
Kakanda Kaisar Yuan Ren Zhan secara klandestin.
Beberapa
saat lamanya Pangeran Yuan Ren Qing memangu dengan benak yang terbebat masalah.
Bawahan dan pengikutnya, pesilat-pesilat Kiangsu yang vulgar dan batil masih
juga mematung. Dan tak sepatah kata pun meluncur dari bibir salah satu di
antara mereka.
“Ah,
sudahlah, Wu Kuo!” seru Pangeran Yuan Ren Qing kepada pemimpin pendekarnya,
kali ini lebih melunak. “Bawalah orang-orangmu untuk kembali melakukan rencana
kita. Saya harap kalian tidak akan gagal lagi!”
Wu
Kuo yang bertaucang dengan bandana bulu domba itu maju sedepa dari tempatnya
berdiri. Tangannya kembali terangkat dan mengatup di depan wajahnya. Kali ini
pula sikapnya sedikit lebih tegas dan tegap setelah sedari tadi berdiri dengan
lunglai.
“Siap,
Yang Mulia. Hamba akan melaksanakan amanat Yang Mulia dengan sebaik-baiknya.
Demi kejayaan kita semua!”
Pangeran
Yuan Ren Qing mengangguk tanpa memandang ke arah pesilat-pesilatnya, eksekutor
rencana pelbagai pembunuhan pengabdi-pengabdi tangguh Kaisar Yuan Ren Zhan. Ia
hanya menggerakkan tangannya mengaba sebagai tanda supaya mereka boleh pergi
meninggalkan balairung. (blogkatahatiku.blogspot.com)