![]() |
Foto: Effendy Wongso |
britaloka.com, MAKASSAR - Maraknya
bisnis kosmetik di Tanah Air, baik lokal maupun impor merupakan fenomena
menarik yang terjadi pada industri kecantikan dewasa ini. Tentu saja, ini bisa
menjadi sebuah peluang besar bagi siapapun yang ingin memulai bidang yang
kebanyakan digemari kaum Hawa. Selain menjanjikan karena memiliki pangsa
pasar yang sangat luas, kosmetik sendiri sudah termasuk gaya hidup masyarakat
modern.
Membidik
segmen yang lebih sempit, yakni di kalangan wanita, pasar ini terbukti sangat
menggiurkan. Pasalnya, yang namanya wanita tentu tidak lepas dari penggunaan
kosmetik sehari-hari seperti bedak, parfum, hand and body lotion, lipstik, dan
sebagainya.
“Kebutuhan
mereka terhadap kosmetik sangat besar, bahkan terkadang menyamai kebutuhan
makan dan minum mereka sehari-hari. Nah, hal tersebutlah yang membuat bisnis
kosmetik seperti tidak ada matinya,” demikian diungkap penulis dan pemerhati
bisnis-sosial, Khiva Amanda, saat dikonfirmasi via milis beberapa waktu lalu terkait
bisnis yang telah merambah segala kalangan ini.
Menurutnya,
jika seorang calon pengusaha di bidang ini mampu membangun toko kosmetik yang
lengkap, maka ia yakin toko tersebut akan laris dan diserbu konsumen yang ingin
berbelanja kosmetik. Kendati demikian, untuk memulai bisnis kosmetik boleh
dikata gampang-gampang susah lantaran banyak faktor yang menjadi penentu berhasil
atau tidaknya usaha tersebut.
“Ketika
seseorang ingin memulai bisnis kosmetik, patut memperhatikan hal-hal
mendasar seperti menentukan lokasi tempat usaha. Ya, ini prinsipil lantaran menyangkut
banyak sedikitnya konsumen si calon pengusaha kosmetik,” ulasnya.
Lokasi
bisnis kosmetik yang cocok, sebut Khiva biasanya terletak di area pasar
tradisional, pusat perbelanjaan, mal-mal, maupun ruko-ruko di kompleks
perumahan. “Ingat, tentukan dengan tepat (lokasi usaha), jangan sampai salah
karena hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan bisnis kosmetik seseorang ke
depannya,” pesannya.
Hal
lain yang dipaparkannya adalah mencari distributor atau pemasok kosmetik
kecantikan yang resmi dan murah untuk memasok barang-barang ke toko. Setelah
itu, tentu saja menentukan terlebih dulu prioritas jenis kosmetik yang ingin
dijual.
“Jangang
serampangan memilih produk yang ingin dijual. Ya, tentu saja seseorang tidak
bisa menyediakan semua jenis kosmetik sekaligus di awal-awal memulai usahanya.
Seperti kita ketahui, meskipun laris namun bisnis kosmetik sebenarnya
membutuhkan modal yang sangat besar,” ungkap wanita yang suka makan masakan
Padang ini.
Kendala
Menjalankan Bisnis
Adapun
hambatan dalam menjalankan bisnis kosmetik, ulas Khiva di antaranya adalah
munculnya pesaing usaha bisnis kosmetik yang dijalankan pada daerah yang sama dengan
tempat bisnis seseorang.
“Itu
salah satu kendala. Sedangkan, hambatan lainnya adalah pasokan barang yang tersendat
dari pemasok. Ini jadi kerugian bagi si penjual sehingga tidak dapat memenuhi
pesanan konsumen. Adapun hal lainnya adalah munculnya isu-isu miring bahwa
barang kosmetik berbahan berbahaya yang kita jual,” bebernya.
Menyoal
strategi bisnis kosmetik agar dapat berkembang lebih baik dan tidak mengalami
kolaps, wanita berkacamata minus ini mengatakan, sebaiknya seorang calon
pengusaha selalu mengutamakan kualitas dan mutu kosmetik jualannya.
“Kualitas
dan mutu, ini primer dan tak dapat diabaika, ya? Untuk itu, jagalah kualitas
alat-alat kosmetik yang dijual dengan selalu membelinya dari distributor resmi
dan terpercaya. Untuk promo, barangkali bisa diberlakukan sistem potongan harga
atau diskon dalam pembelian jumlah tertentu. Ingat, keuntungan sedikit tetapi
laris lebih baik ketimbang laba besar namun transaksinya kecil,” paparnya.
Untuk
faktor nonteknis, Khiva berpesan agar seseorang yang bergelut di bisnis ini
harus menjaga penampilannya agar selalu bersih dan menarik. “Ya, ini penting
sekali mengingat yang dijual adalah alat-alat kosmetik yang notabene ‘ikon’
cantik. Bagaimana mau jualan alat kecantikan jika diri Anda sendiri tidak
menarik, kan?” ujarnya.
Ditambahkan,
servis seperti tetap berlaku ramah kepada konsumen juga merupakan salah satu
daya tarik yang tak dapat diabaikan. “Jangan segan-segan memberikan saran
kepada konsumen Anda. Terangkan dengan gamblang, kosmetik kecantikan yang cocok
bagi pelanggan. Ya, ini salah satu ‘service point’ yang bakal jadi daya tarik toko
kosmetik seseorang,” sebutnya.
Bikin
Kemasan yang Menarik
Terkait
pemasaran suatu produk, wanita yang senang membaca dan menulis ini, menyarankan
agar calon pengusaha kosmetik membuat kemasan yang menarik pada barang-barang
jualannya. “Cobalah untuk mengemas barang jualan yang dibeli konsumen dengan
mencantumkan nama toko, alamat, serta nomor telepon atau ponsel Anda. Lantas, pasarkanlah
kosmetik Anda melalui internet, baik membuat toko online maupun
mempromosikannya melalui jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, atau Blackberry
Messenger (BBM),” sarannya.
Mengenai
tingkat loyalitas konsumen produk kosmetik, Khiva mengatakan cukup tinggi di
mana pada umumnya pembelinya didominasi kaum wanita. “Berdasarkan hasil survei Mars
Research Indonesia di delapan kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Medan, Makassar, Balikpapan, dan Palembang, tentang pola belanja produk kosmetik,
diketahui bahwa mayoritas konsumen sebanyak 51,5 persen selalu membeli produk
kosmetik begitu persediaan atau stok mereka habis terpakai,” paparnya.
Diterangkan,
konsumen tidak mau menunggu waktu terlalu lama untuk tak memakai bahan pemanis
penampilan tersebut. Hal ini menggambarkan bagaimana “ketergantungan” terhadap
produk kosmetik, di mana tanpa kosmetik, maka “user” terutama wanita seolah kehilangan
kesempurnaannya.
“Konsumen
produk kosmetik sangat loyal menggunakan jenis bedak wajah, lipstik, hand and body
lotion, di mana terdapat sekitar 22,4 persen yang selalu melakukan pembelian
secara rutin meskipun persediaan masih ada. Ini artinya kebutuhan terhadap
produk kosmetik memang sudah demikian tinggi. Sementara yang membeli ketika
diperlukan saja hanya sekitar 26,1 persen,” ungkapnya.
Diuraikan,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari sisi psikografi, konsumen produk
kosmetik mayoritas tipe si Tukang Belanja atau shopaholic. "Nah, Ini artinya, mereka selalu
meluangkan waktu untuk berbelanja ke toko, minimarket, maupun mal setiap kali
ada kesempatan. Sebaliknya, hanya sebagian kecil saja yang masuk kategori ‘just
buyer’, atau dapat dikata mereka yang membeli produk kosmetik sesuai kebutuhan
saja alias jarang berbelanja,” terang Khiva.
Menurutnya,
konsumen tipe shopping lover ini sebagian besar berasal dari kelompok usia muda
antara 18-25 tahun dengan tingkat persentase 52,2 persen. Sedangkan kelompok
usia menengah antara 26-34 tahun dengan tingkat persentase 51,5 persen dengan
status sosial-ekonomi kelas B, yaitu yang tingkat pengeluaran belanja
bulanannya di bawah nilai Rp 2.500 ribu hingga Rp 1.125 ribu.
“Nah,
lalu seberapa jauh tingkat loyalitas konsumen produk kosmetik, baik bedak untuk wajah, lipstik, maupun hand and body lotion yang paling sering digunakan seseorang? Urutan pertama diraih konsumen
bedak wajah, dengan proporsi 76,4 persen loyal dan 7,5 persen tidak loyal.
Disusul, konsumen lipstik dengan porsi 72,6 persen loyal dan 9,8 persen tidak
loyal, serta konsumen hand and body lotion sebanyak 66,2 persen loyal dan 11,3
persen tidak loyal,” tutupnya. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment