MERRY
LIEM
Sales
Representatif Emillia Salon Makassar
“Bisnis
Salon dan Bridal Tak Ada Matinya”
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Pernakah
Anda berpikir untuk menekuni bisnis salon atau bahkan bridal dengan etalase gaun
pernikahan yang terkesan mewah serta bertaburan perhiasan di setiap sisinya. Mungkin
yang ada di benak Anda adalah modal besar dan keahlian khusus untuk memulai
bisnis yang tak ada matinya ini.
Namun
ternyata berbisnis bridal adalah tergolong mudah. Intinya, hanya menyediakan
baju pengantin sekaligus make up-nya. Gaun bisa disewakan, bisa juga dijual.
Baju pengantin ini pun tak perlu dibuat sendiri. Banyak bridal yang membeli baju
pengantin dari pihak ketiga.
Hal
tersebut diungkapkan oleh Sales Representatif Emilia Salon, Merry Liem, saat
disambangi KATA HATIKU beberapa waktu lalu di tempat kerjanya, Jalan Satanga,
Makassar.
“Jika
Anda memang tertarik untuk mulai menekuni bisnis yang mengutamakan kreasi atas
tren yang berkembang ini, ada beberapa tips yang harus dipatuhi, khususnya bagi
yang ingin buka bridal. Pertama, Anda harus mencintai bidang fashion dan make up,
sebab ini bisa menjadi modal utama yang amat penting,” ujarnya.
Selanjutnya,
belajarlah mengenai teknik make up dan fashion design dengan baik. Banyak
pengusaha yang baru belajar make up satu bulan nekat membuka bridal. Hasilnya,
make up-nya berantakan dan banyak pelanggan yang kecewa. Alangkah bagus kalau calon
pengusaha di bisnis ini bisa merancang sendiri gaun pengantin yang akan disewakan.
Namun, biasanya jarang sekali calon pengantin yang membeli, kebanyakan hanya
menyewa.
“Ya,
modalnya memang terhitung besar. Kalau ingin menghemat biaya, gaun pengantin
dari China atau Taiwan bisa menjadi produk awal. Namun, jujurlah berbisnis.
Jangan membohongi pelanggan tentang produk dan harganya. Kalau memang berasal
dari China, katakanlah apa adanya. Bagi Anda yang bermodal besar, tak ada
salahnya mengambil gaun pengantin karya desainer lokal semacam Sebastian
Gunawan, Didit Hadiprasetyo, atau Eddy Betty. Harganya memang mahal, akan tetapi
kualitasnya bisa bersaing di pasaran,” terang ibu dua orang anak ini.
Lebih
lanjut, Merry memaparkan bahwa meski tak membutuhkan modal besar untuk pebisnis
pemula, akan tetapi ia mengingatkan agar calon pengusaha yang bergerak di
bidang salon dan bridal mesti tetap berkreasi, karena kreasilah yang kelak membedakan
atau menjadi ciri dari usahanya.
“Ya,
berkreasi saja seperti memadukan penyewaan gaun dengan kebutuhan lain, misalnya
wedding cake, fotografi, rental mobil, dan lainnya. Sediakan juga beberapa
alternatif pilihan harganya sesuai kantong konsumen,” pesannya.
Menurutnya,
maintenance atau perawatan pasca-sewa juga sangat penting, seperti merawat gaun
dengan baik, simpan di tempat dingin ber-AC, hindari terkena air, dan gunakan
binatu khusus. Harga perawatan terbilang cukup mahal, di mana satu gaun bisa
mencapai Rp 300 ribu, namun jika tak dirawat maka dampak kerugian akan lebih
besar lagi.
Dijelaskan, biasanya kendala
yang dihadapi oleh pengusaha pemula di bisnis salon dan bridal adalah bingung melakukan
promosi karena wedding organizer (WO) yang masih baru. Ia menyarankan, jika
masih pemula dalam bisnis WO, sebaiknya tidak mengikuti pameran dulu lantaran mengikuti
pameran harganya cukup mahal.
“Hal
lain, promosi yang dilakukan berlebihan bagi yang belum berpengalaman akan back-fired,
karena memperlihatkan ketidakmampuan dan tidak adanya pengalaman seseorang dalam
menyelenggarakan usaha. Sebab, ketika pengunjung ingin melihat hasil kerja WO,
Anda tidak akan banyak memperlihatkannya. Akhirnya, pameran ini hanya
menguntungkan bagi yang berpengalaman saja, sementara Anda hanya pelengkap
penyerta,” sarannya.
Untuk
mengembangkan usaha ini, ia menguraikan seseorang harus memahami dulu bahwa
membangun bisnis itu adalah proses. Tidak ada jalan pintas menuju bisnis yang
sukses, termasuk bisnis WO. Untuk mengembangkan usaha lewat promosi, usaha
yang paling efektif adalah jika seseorang bisa memberikan gratis kepada
pasangan-pasangan yang mau menikah atau memberikan kepada mereka harga
yang sangat murah. Di sini biaya promosi dikeluarkan, dan pebisnis pemula tidak
mengambil untung.
“Dari
mereka, jika mereka puas terhadap hasil kerja Anda, itu akan menghasilkan
promosi dari mulut ke mulut. Usaha Anda menjadi dikenal dan diketahui orang.
Dengan cara tersebut, ada dua keuntungan yang bisa didapat, yaitu Anda mendapat
pengalaman sekaligus mengenalkan usaha. Kalaupun tidak berhasil, pelanggan
tidak akan marah karena harganya murah atau malah gratis. Walaupun gratis atau
memberi harga yang murah, Anda tetap harus mengerjakan dengan sebaik-sebaiknya,”
pesan wanita yang telah menggeluti dunia “kecantikan” sejak 1980-an ini.
“Untuk
promosi ini, kerjakan sekitar satu atau dua tahun. Tidak mungkin Anda mendapat
pengalaman, kalau baru berjalan beberapa bulan. Setelah lewat waktu tersebut,
diharapkan Anda akan mendapat portofolio bagus bagi usaha Anda. Anda pun akan
mendapat pembelajaran sekaligus mengatasi kesalahan,” ungkapnya.
Dikatakan,
di masa-masa promosi ini, seseorang memang harus siap hidup pas-pasan. Yang
penting usahanya bisa survive atau bertahan. “Biasanya, setelah dua tahun,
perlahan-lahan Anda akan mendapat kepercayaan dari para pelanggan,” tandasnya. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment