ERIC
DJAJAKUSLI
Owner
Radio Telstar Makassar
“Pertajam
Segmentasi Pendengar
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Penampilan
pria berdarah Tionghoa ini terlihat sangat sederhana, dan sapanya yang lembut
terdengar santun ketika menyambut sambangan KATA HATIKU beberapa waktu lalu di
Kantor Stasiun Radio Telstar, Jalan Alimalaka, Makassar.
Adalah
Eric Djajakusli, owner dan pendiri Radio Telstar. Di bawah kepemimpinan pria
yang mengabadikan nyaris seluruh hidupnya untuk radio yang berfrekuensi di
gelombang 102,7 FM ini, radio bersegmentasi keluarga ini berhasil menjadi salah
satu radio ternama di Makassar. Dengan menyuguhkan beragam program menarik,
radio yang dibesarkannya sejak 1969 ini sangat populer di telinga masyarakat
pendengar.
Salah
satu program Radio Telstar yang terbilang unik dan bersegmentasi tajam adalah
“Pesona Mandarin”. Menurut ayah dari empat orang anak ini, Pesona Mandarin
merupakan program on-air yang memiliki karakteristik tersendiri, namun didengar
oleh audience dari kalangan manapun.
“Meski
kami memutar lagu-lagu Mandarin, tapi pendengar Pesona Mandarin tidak hanya
didengar oleh komunitas Tionghoa saja. Bahkan sekarang, pendengarnya dari semua
suku dan etnis,” jelas Eric yang total mencurahkan hidupnya di bisnis radio.
Tak
hanya komunitas Tionghoa
Ketika
ditanya perihal pengadaan program berspesifikasi tajam tersebut, suami dari Tan
Lie Ie ini mengungkap bahwa sebenarnya tidak ada alasan khusus untuk program
yang mengudarakan lagu-lagu Mandarin ini.
“Semuanya
terjadi karena karakter pendengar kami sendiri, yang kami aplikasikan sebagai
bagian dari pengembangan radio. Sebelum Pesona Mandarin mengudara permanen,
kami sudah melakukan sosialisasi kurang lebih dua tahun,” ungkap Eric.
Ditambahkan,
begitu tanggapan pendengar antusias, juga terjadinya kebebasan berekspresi di
era reformasi, maka pihaknya pun menjadikan Pesona Mandarin sebagai salah satu
program andalan Radio Telstar.
Menurut
pria kelahiran Makassar, 18 Desember ini, yang juga membawahi Radio Venus
Makassar yang bersegmentasi pendengar muda, dengan khusus memutarkan lagu-lagu
Indonesia, kehadiran Radio Telstar tidak hanya sebagai peranti bisnis dan
hiburan belaka, namun mengembangkan misi edukatif. “Lantaran itulah Radio
Telstar berkomitmen mengabdi bagi kemajuan broadcasting,” akunya.
Sebagai
implementasi, radio dengan jargon Pesona Keluarga ini selalu melengkapi
struktur perusahaan dengan sumber daya manusia (SDM) yang andal. “Kami selalu
melakukan pembaruan yang signifikan, termasuk mengikuti perkembangan teknologi
mutakhir,” ungkap Eric.
Kendati
demikian, bebernya, bisnis radio saat ini menghadapi persaingan yang berat,
terutama saat berkembangnya era pertelevisian (swasta) dua dasawarsa lalu.
Untuk itulah, dikatakan, pengelola radio juga harus membuat segmentasi
pendengar sehingga bisa mengetahui acara apa yang tepat untuk para pendengar
dengan segmentasi tertentu.
“Pesona
Mandarin misalnya, program ini kami buat atas survei yang mendalam dengan
segmen terfokus, yang mengangkat info soal komunitas Tionghoa di
Makassar," papar pria yang hobi mengutak-atik peralatan elektronik ini.
Ditambahkan,
masuknya siaran televisi swasta di era 1990-an, radio memang sempat “terpukul”
lantaran kelebihan audio-visual yang ditawarkan sebuah TV. Namun ia menegaskan,
radio memiliki “kelebihan” tersendiri dibandingkan dengan siaran TV.
“Pada
intinya, bisnis radio masih menjanjikan. Radio sifatnya lebih mobile, di mana
tanpa harus memfokuskan perhatian kita terhadap layar kaca (TV), kita masih
dapat menjalankan aktivitas kita seperti mengendarai mobil, bekerja, dan
sebagainya,” imbuh Eric.
Bekas
tapi Mulus
Salah
satu program andalan Radio Telstar selain Pesona Mandarin adalah “Bekas tapi
Mulus”. Eric menjelaskan, program ini menyajikan informasi jual-beli barang
bekas. Akan tetapi, lanjutnya, tidak menutup kesempatan bagi pendengar untuk
berbagi informasi mengenai kontrak rumah, jual tanah, maupun seputar kehidupan sehari-hari.
“Acara
ini dibawakan secara santai penuh canda ringan, diselingi lagu dan musik
instrumental pilihan. Waktu on-air, Senin-Sabtu, pukul 09.00-10.00 Wita (60
menit), dengan target pendengar antara 20-40 tahun (umum). Sedangkan format
acaranya adalah hiburan dan informatif,” jelasnya.
Acara
lainnya yang juga bersegmentasi tajam adalah “Masalah Kita”, demikian tutur
Eric. Masalah Kita, sambungnya, membahas solusi berbagai masalah bersama narasumber
profesional dan berpengalaman, misalnya masalah dalam keluarga, etika, kesehatan, pelayanan publik dari instansi pemerintah, masalah
pengobatan alternatif, dan masalah hukum.
“Di
sini pendengar dapat berkonsultasi langsung melalui telepon dan SMS,” urainya.
Pendengar,
kata Eric, dapat menyimak acara ini setiap Senin hingga Jumat, antara jam 10.00
hingga 11.00 Wita, selama 60 menit. Target pendengar dipatok antara 20-40 tahun
(umum), dengan format acara informatif. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment