KAFE
DAN RESTO
Bisnis
“Leisure” yang Menjanjikan
![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Hampir
di setiap pusat perbelanjaan dapat ditemui kafe dan resto, mulai yang bermerek
populer yang biasanya dalam jaringan waralaba (franchise) asing maupun
domestik, ataupun usaha reguler yang dirintis oleh pengusaha lokal. Dalam satu
dekade terakhir di Tanah Air, bisnis kafe dan resto bergenre ini semakin
menjamur.
Maraknya
bisnis tersebut lantaran dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat modern.
Kunjungan seseorang ke sebuah kafe atau resto bukan sekadar untuk minum kopi
atau sarapan semata, akan tetapi bisa menjadi ajang pertemuan dengan rekan
kerja, sahabat, ataupun relasi bisnis.
Dulu,
kafe atau resto yang berkelas menengah ke bawah identik dengan warung kopi atau warung
makan, dengan peminat yang beragam, khususnya dari kalangan bawah. Di warung
kopi ini misalnya, menu minuman biasanya hanya ada kopi hitam, kopi susu, dan
teh. Akan tetapi, kini warung kopi modern yang disebut kafe tak hanya
menyediakan jenis minuman kopi sebagai menunya, tetapi telah ditambah dengan
jenis minuman lain, seperti aneka jus, milkshake, dan minuman ringan lainnya.
Kehadiran
kafe juga tidak selalu berada di pusat-pusat perbelanjaan, namun bisnis kafe
pun mulai merambah berbagai wilayah strategis, baik di kota besar maupun kota
kecil. Peminatnya pun beragam, mulai kalangan pelajar hingga sebuah komunitas
tertentu. Membuka usaha kafe boleh dikata gampang-gampang susah. Namun jika
seseorang mampu mengelola dengan baik, bisnis kafe akan berjalan dengan lancar.
Tentu saja, pengelolan usaha kafe harus dilakukan secara profesional.
Dewasa
ini, keberadaan kafe dan resto di beberapa kota besar di Indonesia kian
menjamur. Bukan hanya kafe lokal, yang “brand”-nya dari luar negeri atau
franchise juga menjamur di pusat perbelanjaan. Melihat perkembangan kafe yang
cukup signifikan, boleh dikatakan bisnis kafe menjanjikan. Namun, untuk masuk
ke bisnis ini, dibutuhkan modal, perencanaan dan konsep yang matang.
Hal
tersebut diungkapkan penulis dan pemerhati bisnis-sosial, Khiva Amanda saat
dikonfirmasi beberapa waktu via milis terkait bisnis leasure yang kian digemari ini. Dijelaskan, seseorang yang tertarik menggeluti bisnis kafe dan resto,
perlu memahami beberapa strategi agar dapat mengembangkan usaha yang berkaitan
dengan kuliner ini secara baik.
“Tentukan
segmentasi yang hendak diambil melalui riset pasar, kemudian tentukan calon
pelanggan. Pelanggan dari kalangan mana yang hendak sasar, apakah kelas
menengah bawah atau golongan menengah atas. Lebih baik mencari pelanggan dari
kalangan komunitas, karena mereka memiliki banyak pengikut. Seorang pelaku
usaha dapat memilih komunitas otomotif seperti pecinta motor gede (moge), buku,
film, atau penggemar klub sepak bola yang memiliki komunal besar,” terangnya.
Menurutnya,
lokasi turut berperan penting mendatangkan pelanggan. Ia menyarankan agar para
pengusaha di bidang ini berupaya mendapatkan lokasi usaha yang strategis, mudah
dijangkau, dan berada di keramaian. Agar menarik, desain interior kafe dan
resto dibikin semenarik mungkin.
“Fasilitas
kafe dan resto tidak boleh diabaikan. Sekarang ini pelanggan mendatangi kafe
atau resto bukan hanya sekadar minum kopi. Dengan gaya hidup manusia sekarang,
kafe telah dijadikan sebagai tempat nongkrong, bertemu teman, jumpa mitra
bisnis, dan tempat untuk bekerja. Demi kenyamanan pelanggan, tentu dibutuhkan
berbagai fasilitas. Misalnya menyediakan toilet, ruangan untuk smoking dan no
smoking, pendingin ruangan (AC), jaringan internet wifi, dan musala,” sarannya.
Wanita
yang hobi membaca buku ini juga mengatakan agar pengusaha sebisa mungkin
menambahkan fasilitas untuk pelanggan dari komunitas tertentu, misalnya
menyediakan ruang baca, perpustakaan mini, dan ruang diskusi yang diperuntukkan
untuk pelanggan dari komunitas buku. Atau jika ingin menghimpun komunitas
penggemar sepakbola, imbuh Khiva, pelaku usaha di bidang ini wajib menyediakan
layar besar untuk menonton pertandingan sepak bola. “Jadi penggemar klub
sepakbola dapat mengadakan acara nonton bareng di kafe atau resto itu,”
alasannya.
Menyoal
kelengkapan fasilitas, wanita ini menyinggung semua tentu kembali pada modal
yang dimiliki. “Dengan modal kecil, pilihan logisnya adalah mendirikan kafe
yang sederhana. Namun bila ingin membangun kafe yang mewah, dan merasa belum
punya cukup modal, solusinya bisa dengan mengajukan kredit tanpa agunan (KTA)
melalui beberapa bank. Setahu saya, salah satu bank internasional seperti Bank
Standard Chartered menyalurkan KTA dengan bunga 0,99 persen dalam jangka waktu
24 bulan,” ungkapnya. (blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment