britaloka.com, KUPANG
- Menu berbahan ayam, baik ayam kampung maupun broiler yang lebih sering
disebut ayam potong, saat ini menjadi salah satu bahan daging yang paling
banyak dikonsumsi penikmat kuliner.
Berbagai
kreasi makanan yang menggunakan bahan dari unggas ini digemari lantaran
keefisienannya. Para peternak tidak terlalu sulit mengembang-biakkan ayam,
khususnya ayam potong karena ditunjang teknologi mutakhir dalam peternakan,
terutama pakan.
Adapun
olahan kreatif dari makanan berbahan ayam tersebut di antaranya Ayam Goreng
Veteran Waroenk Seafood di Jalan Veteran 18, Fatululi Kupang yang bakal
diluncurkan awal November 2019.
Sebagai
salah satu resto dan kafe representatif yang sudah menjadi destinasi kuliner di
Kota Kupang, Waroenk Seafood and Oriental Cuisine (selanjutnya disebut Waroenk
Seafood saja), tidak ketinggalan mengangkat menu “legenda” yang sudah ada dan
populer sejak zaman penjajahan Jepang di Indonesia, yaitu Ayam Goreng Veteran.
“Sejatinya,
menu terbaru kami ini, Ayam Goreng Veteran menggunakan bahan daging ayam
kampung. Meskipun dibombardir kehadiran ayam broiler di era 1980 hingga saat
ini, tetapi ayam kampung tetap memiliki penikmat tersendiri,” jelas Marketing
Communication and Representative Admin Waroenk Seafood, Yunita Sanu saat
ditemui di Waroenk Seafood and Oriental Cuisine, Jalan Veteran 18, Fatululi,
Kupang, Selasa (29/10/2019).
Ia
menambahkan, selain cita rasa gurih daging ayam kampung yang menjadi kontribusi
kepopuleran Ayam Goreng Veteran, hal lain yang juga menjadi penentu digemarinya
makanan ini tidak lepas dari penggunaan kremesan renyah.
“Ayam
Goreng Veteran adalah kreasi masakan yang dibuat dengan teknik menggoreng.
Caranya, daging ayam kampung digoreng dengan baluran tepung terigu yang telah
dibumbui (kremes), dan digoreng hingga matang kecokelatan,” imbuhnya.
Yunita
menjelaskan, sensasi “kriuk” yang dihasilkan dari remah tepung terigu
menjadikan olahan ini disebut “ayam kremes” atau ayam kriuk di beberapa tempat.
“Mirip
‘ayam kentucky’, namun baluran tepung pada Ayam Goreng Kremesan lebih berbentuk
remah-remah. Perbedaan mendasar lainnya dibandingkan ayam Kentucky, karena
(Ayam Goreng Veteran) menggunakan bahan daging ayam kampung, bukan ayam broiler
seperti pada ayam kentucky,” paparnya.
Ditambahkan,
proses pembuatan Ayam Goreng Kremesan juga jauh lebih sulit. Pasalnya, saat
membuat “kremesan” sangat mudah melempem (luyak) dan menggumpal tidak karuan
saat digoreng. Sehingga, dibutuhkan teknik tersendiri.
Di
Waroenk Seafood, sebut Yunita, menu personal Ayam Goreng Veteran (Nasi Ayam
Goreng Veteran) dibanderol cukup terjangkau Rp 40 ribu.
“Sementara,
untuk menu ala carte (porsi), Ayam Goreng Veteran dibanderol juga cukup murah
Rp 60 ribu. Sekadar tahu ya, menu legenda Nusantara ini sudah ada sejak zaman
Jepang, lho,” jelasnya.
Yunita
berharap, hadirnya menu baru Ayam Goreng Veteran pihaknya, bisa memberi pilihan
berbeda bagi penikmat ayam goreng yang sudah bosan makan ayam goreng yang
biasa-biasa saja.
Sekadar
diketahui, seperti Ayam Goreng Kremesan di Waroenk Podjok, sejatinya Ayam
Goreng Veteran merupakan kreasi resep ayam goreng temurun dari “Mbok Berek”
yang sudah dikenal di Yogyakarta sejak masa penjajahan Jepang.
Nama
Mbok Berek merupakan sebutan untuk Nini Ronodikromo yang memiliki nama
panggilan Nyi Rame, istri dari Roniro yang lebih sering dipanggil Djakiman.
Keduanya tinggal di desa Candisari, Yogyakarta, dan memiliki enam orang anak,
yaitu Samidjo Mangundimedjo, Saminten Pawirosudarsono, Sukinah Mulyodimejo,
Tumirah Martohanggono, Saminun, dan Suwarto.
Salah
seorang anak Nyi Rame sangat rewel dan sering menangis hingga menjerit-jerit
(dalam bahasa Jawa disebut “berek-berek”), sehingga membuat Nyi Rame memiliki
panggilan baru, yaitu Mbok Berek.
Nama
tersebut akhirnya menjadi ciri khas ayam goreng “kremes”, yang dijualnya hingga
keturunannya. Selanjutnya, dari kreasi “kremes” inilah tercipta menu kreatif
seperti Ayam Goreng Veteran.
The written piece is truly fruitful for me personally; continue posting these types of articles.
ReplyDeletedesign companies