britaloka.com,
KUPANG - Salah satu
jenis makanan yang tidak kalah favorit dari ayam adalah bebek. Bebek, entah
dengan olahan dipanggang, digoreng, atau dibakar sama lezatnya ketika sudah
tersaji di atas piring pelanggan
Di Indonesia, bebek bahkan menjadi
menu ikonik. Hal itu dapat dilihat di beberapa daerah, seperti di Surabaya
dengan menu Nasi Bebek-nya yang masif dikonsumsi masyarakat setempat.
Mengapa bebek selalu menjadi “juara”
di hati penikmatnya, tidak lain karena bebek memiliki cita rasa yang berbeda
dan khas dibandingkan olahan ayam. Belum lagi aroma kulit bebek yang
bersentuhan dengan minyak yang panas, benar-benar “melelehkan liur” penikmat
kuliner.
Salah satu menu andalan yang bakal
hadir di Waroenk Seafood and Oriental Cuisine, yang merupakan cabang dari
Waroenk Group adalah Bebek Peking.
Hal tersebut diungkapkan Marketing
Communication and Public Relation Waroenk Seafood and Oriental Cuisine, Rivaldy
Najib saat ditemui di Waroenk Seafood and Oriental Cuisine, Jalan Veteran 18
(Ex Palm Resto, samping Lippo Plaza), Fatululi, Kupang, Selasa (5/3/2019).
Menurutnya, Bebek Peking yang juga
dikenal sebagai “roasted duck” ini memang bisa membuat nafsu makan pelanggan meningkat.
Pasalnya, lanjut Rivaldy, Bebek Peking yang biasanya diracik secara dipanggang,
memiliki aroma yang wangi dengan bagian luar yang berwarna kecokelatan.
“Selain itu, cita rasa yang renyah
pada bagian kulitnya menambah kelezatannya. Apalagi, kontur bagian dalam
dagingnya juga lembut. Yang pasti, Bebek Peking kami benar-benar empuk dan
tidak alot,” urainya.
Tidak hanya soal tekstur kelembutan
dagingnya yang berkontribusi mengangkat kelezatan menu tersebut, tetapi Rivaldy
tak menafikan kehadiran bumbu-bumbu pendukung Bebek Peking.
“Beberapa bumbu impor, sehingga
berbeda dibandingkan bebek-bebek panggang reguler yang disajikan resto-resto
lain,” paparnya.
Meskipun belum menyebut harga per
potong atau porsinya, namun ia mengatakan menu oriental khas Tiongkok yang
telah melegenda tersebut dibanderol pihaknya sangat terjangkau.
“Sangat terjangkau untuk makanan elite
seperti Bebek Peking ini. Jadi, kami berharap semua kalangan dapat menikmati
sajian khas oriental yang dulunya hanya dapat dinikmati para bangsawan Tiongkok
ini,” imbuh Rivaldy.
Sebelumnya, ia mengklaim beberapa
makanan yang diluncurkan manajemen Waroenk adalah pertama di Kota Kupang, di
antaranya Suki dan Shabu-shabu, Daging Domba, Bebek Panggang Rempah, Burung
Dara Masak Szechuan, Seafood Tofu Hotplate, Ayam Goreng Koloke, Sup Wantan
Udang, Ayam Rebus Hainan, termasuk Bebek Peking yang menjadi menu andalan.
Rivaldy juga mengatakan, semua menu
yang dihadirkan halal dan sudah bersertifikasi halal dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI).
“Rencananya, Waroenk Seafood and
Oriental Cuisine akan buka pada pertengahan Maret 2019. Jadi, penikmat kuliner
penyuka seafood dan oriental cuisine siap-siap saja merasakan sensasi menu-menu
kami yang lezat, unik, dan beda,” ujar Rivaldy.
Sekadar diketahui, Bebek Peking atau dalam
bahasa Mandarin disebut “Beijing Kaoya”, pada awalnya merupakan kuliner yang
serupa kalkun panggang khas Amerika Serikat (AS). Pada masa Dinasti Yuan, sekitar
1271-1368, pengembara Marco Polo membawa kebiasaan memanggang daging unggas dan
mengenalkannya kepada masyarakat Tiongkok.
Dinasti Yuan atau Kerajaan Mongol yang
dipimpin Kaisar Kubilai Khan memerintahkan untuk mendatangkan aneka bumbu makanan
dari pelosok dunia, seperti dari Eropa, Arab, dan India. Pada saat itulah
tercipta kuliner yang bernama bebek panggang.
Ketika Kaisar Kubilai Khan memindahkan
Ibu Kota negaranya ke Beijing, kuliner bebek panggang ini pun turut terangkat
dan populer. Hal tersebut berlanjut hingga masa Dinasti Ming sekitar 1522.
Bebek panggang yang digunakan tadinya
merupakan bebek yang berasal dari Kota Nanjing, tetapi lama kelamaan populasi
bebek di Nanjing berkurang lantaran terkontaminasi polusi udara yang sangat
tinggi.
Untuk mengakali hal itu, para peternak
bebek akhirnya menemukan jenis bebek lain yang memiliki tekstur serupa bebek
Nanjing. Bebek inilah yang kemudian dinamakan Bebek Peking.
Bebek peking diracik dengan
menggunakan dua teknik memanggang, yaitu dipanggang dengan menggunakan oven
konvensional dengan teknik yang berasal dari restoran Bianyifang di Chongwemen
pada 1816.
Sementara itu, untuk teknik kedua
adalah teknik Quanjude yang dikembangkan di dapur istana kekaisaran Dinasti
Qing. Sebelum dimasak, bebek dilapisi sirup manis dan bumbu rempah lalu
digantung hingga kering sekitar 24 jam. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan
kulit bebek dari dagingnya. Inilah yang membuat kulit Bebek Peking panggang
terasa renyah dan berkilau saat disajikan.