britaloka.com, KUPANG - Menu berbahan
ayam, baik ayam kampung maupun broiler yang lebih sering disebut ayam potong, saat
ini menjadi salah satu bahan daging yang paling banyak dikonsumsi penikmat
kuliner.
Berbagai
kreasi makanan yang menggunakan bahan dari unggas ini digemari lantaran
keefisienannya. Para peternak tidak terlalu sulit mengembang-biakkan ayam,
khususnya ayam potong karena ditunjang teknologi mutakhir dalam peternakan, terutama
pakan.
Adapun
olahan kreatif dari makanan berbahan ayam tersebut di antaranya Ayam Goreng
Kremesan.
Sebagai
salah satu resto dan kafe representatif yang sudah menjadi destinasi kuliner di
Kota Kupang, Waroenk Podjok tidak ketinggalan mengangkat menu “legenda” yang
sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang di Indonesia, yaitu Ayam Goreng
Kremesan.
“Sejatinya,
Ayam Goreng Kremesan menggunakan bahan daging ayam kampung. Meskipun
dibombardir kehadiran ayam broiler di era 1980 hingga saat ini, tetapi ayam
kampung tetap memiliki penikmat tersendiri,” jelas Marketing Communication and
Representative Admin Waroenk Podjok, Noncy Ndeo dalam keterangan resminya di
Waroenk Podjok, Lantai Dasar Transmart, Jalan WJ Lalamentik, Fatululi, Kupang,
Minggu (8/4/2018).
Ia
menambahkan, selain cita rasa gurih daging ayam kampung yang menjadi kontribusi
kepopuleran Ayam Goreng Kremesan, hal lain yang juga menjadi penentu
digemarinya makanan ini tidak lepas dari penggunaan kremesan renyah.
“Ayam
Goreng Kremesan adalah kreasi masakan yang dibuat dengan teknik menggoreng. Caranya,
daging ayam kampung digoreng dengan baluran tepung terigu yang telah dibumbui
(kremes), dan digoreng hingga matang kecokelatan,” imbuhnya.
Noncy
menjelaskan, sensasi “kriuk” yang dihasilkan dari remah tepung terigu
menjadikan olahan ini disebut “ayam kremes” atau ayam kriuk di beberapa tempat.
“Mirip
‘ayam kentucky’, namun baluran tepung pada Ayam Goreng Kremesan lebih berbentuk
remah-remah. Perbedaan mendasar lainnya dibandingkan ayam kentucky karena
menggunakan bahan daging ayam kampung, bukan ayam broiler seperti pada ayam
kentucky,” paparnya.
Ditambahkan,
proses pembuatan Ayam Goreng Kremesan juga jauh lebih sulit. Pasalnya, saat membuat
“kremesan” sangat mudah melempem (luyak) dan menggumpal tidak karuan saat
digoreng. Sehingga, dibutuhkan teknik tersendiri.
Di
Waroenk Podjok, sebut Noncy, Ayam Goreng Kremesan dibanderol cukup terjangkau
Rp 40 ribu.
“Ayam Goreng Kremesan Waroenk Podjok, menu legenda Nusantara sejak zaman Jepang,” jelasnya.
Noncy
berharap, hadirnya menu Ayam Goreng Kremes di Waroenk Podjok bisa memberi
pilihan berbeda bagi penikmat ayam goreng yang sudah bosan makan ayam goreng yang
biasa-biasa saja.
Sekadar
diketahui, sejatinya Ayam Goreng Kremesan merupakan kreasi resep ayam goreng
temurun dari “Mbok Berek” yang sudah dikenal di Yogyakarta sejak masa
penjajahan Jepang.
Nama
Mbok Berek merupakan sebutan untuk Nini Ronodikromo yang memiliki nama
panggilan Nyi Rame, istri dari Roniro yang lebih sering dipanggil Djakiman. Keduanya
tinggal di desa Candisari, Yogyakarta, dan memiliki enam orang anak, yaitu
Samidjo Mangundimedjo, Saminten Pawirosudarsono, Sukinah Mulyodimejo, Tumirah
Martohanggono, Saminun, dan Suwarto.
Salah
seorang anak Nyi Rame sangat rewel dan sering menangis hingga menjerit-jerit (dalam
bahasa Jawa disebut “berek-berek”), sehingga membuat Nyi Rame memiliki panggilan
baru, yaitu Mbok Berek.
Nama
tersebut akhirnya menjadi ciri khas ayam goreng kremes yang dijualnya hingga
keturunannya.
No comments:
Post a Comment