britaloka.com,
KUPANG - Di setiap sudut kota, jika Anda menyaksikan kegiatan sarapan
pagi maka masif ditemukan orang-orang tengah menyantap nasi goreng. Memang
tidak dapat dipungkiri bila nasi goreng sudah menjadi makanan sejuta umat yang
digemari, khususnya di negara-negara Asia.
Lantaran kepopuleran makanan
ini, beberapa negara Barat mengadaptasi masakan asli dari Asia ini menjadi
berbagai menu kreatif western di sana. Bila terdengar jenis makanan berkonotasi
“fried rice” yang di antaranya diembel-embeli “beef”, “chicken” dan sejenisnya
di awal kata, maka pada dasarnya itu adalah nasi goreng.
Inovasi terhadap menu
berbahan utama nasi ini sudah tidak terbilang. Berbagai penamaan nasi goreng hanya
dibedakan dari bahan isi, baik daging sapi, ayam, maupun ikan.
Kepopuleran menu yang
aslinya berasal dari Tiongkok ini, meskipun ada yang mengklaim dari Indonesia,
bukan mengada-ada.
Pasalnya, salah satu channel
TV populer asal Amerika Serikat (AS), CNN pada 2016 lalu melansir jika nasi
goreng adalah kuliner paling populis disantap untuk sarapan pagi sekaligus
makanan terenak kedua di dunia setelah rendang. Voting terkait makanan terenak di
dunia tersebut dilakukan kepada 35 ribu penikmat kuliner pengguna Facebook.
“Nasi goreng masuk dalam
daftar kedua terpopuler dari 50 daftar makanan terenak di dunia versi CNN. Ini
membuktikan bila nasi goreng memiliki pamor yang bagus karena memang enak dan lezat,”
terang Public Relation and Representative Admin Waroenk Resto and Cafe, Merlin
Sinlae dalam keterangan resminya di Jalan WJ Lalamentik, Oebufu, Kupang, Sabtu
(24/3/2018).
Terkait nasi goreng berbahan
lauk khususnya ikan, salah satu item yang paling populer tentu saja Nasi Goreng
Ikan Asin. Jika merujuk pada visi manajemen Waroenk yang rutin meluncurkan menu
lezat dan unik, sebut Merlin, maka tentu pihaknya tidak ketinggalan menghadirkan
menu Nasi Goreng Ikan Asin.
“Sebelumnya, kami sudah menghadirkan
berbagai varian nasi goreng, di antaranya Nasi Goreng Kebuli Rp 35 ribu, Nasi
Goreng Bejad (Level 1-5) Rp 32 ribu, Nasi Goreng Juned Rp 29.500, Nasi Goreng
Waroenk Rp 32 ribu, Nasi Goreng Yang Chow Rp 42 ribu, dan Nasi Goreng Ikan Asin
Rp 42 ribu,” bebernya.
Menurut Merlin, varian nasi
goreng yang paling digemari di Waroenk setelah Nasi Goreng Kebuli dan Nasi
Goreng Bejad (Level 1-5) adalah Nasi Goreng Ikan Asin.
“Kelezatan Nasi Goreng Ikan
Asin tidak terlepas dari penggunaan bahan-bahan makanan yang fresh dan berkualitas.
Apalagi, nasi goreng ini diimbuhi bumbu istimewa berpadu ikan asin, kekian atau
cacahan daging dadu, dan taburan telur dadar spesial,” ulasnya.
Merlin mengatakan, tidak
hanya sampai sebatas varian nasi goreng yang sudah ada, tetapi pihaknya akan
terus meluncurkan varian nasi goreng yang lebih inovatif yang lahir dari chef
andal Waroenk.
“Jadi bagi penikmat kuliner,
khususnya yang menyukai menu nasi goreng, tunggu saja tanggal mainnya sebab
kami bakal meluncurkan varian baru yang lebih sedap,” tutupnya.
Sekadar diketahui, menurut
catatan sejarah nasi goreng merupakan komponen penting masyarakat Tionghoa di
Tiongkok. Makanan ini sudah dikenal sejak 4.000 tahun sebelum masehi.
Di Tiongkok, nasi goreng disebut
“chao fan”, lahir dari kearifan lokal dan kebudayaan Tionghoa yang tidak
menyukai makanan yang sudah dingin. Apalagi, masyarakat Tionghoa pada waktu itu
tidak suka membuang-buang sisa makanan yang tidak habis beberapa hari
sebelumnya.
Untuk itu, ada inisiatif
dengan menggoreng nasi yang tidak habis supaya bisa dihidangkan kembali dalam
keadaan hangat. Sehingga, dalam perkembangannya, nasi goreng akhirnya tersebar
ke Asia tenggara, dibawa para perantau Tionghoa yang menetap di sana.
Mereka lantas menciptakan
nasi goreng khas lokal dengan racikan bumbu-bumbu dan cara menggoreng yang
berbeda-beda, disesuaikan daerah atau tempat yang ditinggali.
No comments:
Post a Comment