britaloka.com, KUPANG
- Saat
ini, tidak ada yang dapat menyangkal jika menu Nusantara merupakan salah satu
varian makanan terbaik di dunia. Terbaik, dalam artian menu produk Indonesia
dikenal sangat lezat, terutama berkat bumbu-bumbu dan rempah-rempah khasnya.
Lantaran
rempah-rempahlah maka beberapa bangsa Eropa “menginvasi” Nusantara. Pasalnya, rempah-rempah
merupakan barang dagangan paling berharga pada zaman prakolonial. Banyak rempah
dulunya digunakan dalam pengobatan, sekaligus bahan untuk kuliner.
Rempah-rempah
juga merupakan salah satu alasan mengapa penjelajah Portugis Vasco Da Gama
mencapai India dan Maluku. Rempah-rempah ini pula yang menyebabkan Belanda
kemudian menyusul ke Maluku.
Sementara
itu, bangsa Spanyol di bawah pimpinan Magellan telah lebih dulu mencari jalan
ke Timur melalui jalan lain, yaitu melewati samudera Pasifik dan akhirnya
mendarat di pulau Luzon Filipina.
Terkait
rempah-rempah, dapat dipastikan semua restoran maupun kafe yang menyajikan menu
Nusantara, menggunakan bahan beraroma kuat ini. Sebabnya, tipikal menu
Nusantara memang tidak dapat dilepaskan dari rempah-rempah.
Hal
itu juga dapat dilihat dari penyajian hampir semua menu Nusantara yang
disediakan Waroenk Resto and Cafe, Jalan WJ Lalamentik, Kupang.
“Aroma
rempah-rempah sangat terasa dalam salah satu menu andalan kami, Sup Iga Tujuh
Rempah. Begitu pula dalam menu lain seperti Rawon Tulang (Rp 50 ribu), Soto Ayam
Surabaya (Rp 20 ribu), dan menu Nusantara kami lainnya,” papar Public Relation and Representative Admin, Merlin Sinlae saat dihubungi di Waroenk,
Kamis (25/1/2018).
Ia
menambahkan, selain menu yang disebutnya tadi, terdapat menu Nusantara favorit pelanggan.
“Gado-gado (Rp 22 ribu), Ayam Goreng Surabaya (Rp 35 ribu), Ayam Goreng Jomblo
(Rp 40 ribu), Ayam Gepuk (Rp 25 ribu), dan Ayam Gepuk Mozza (Rp 25 ribu) dengan
level atau tingkat kepedasan yang diinginkan pelanggan,” imbuh Merlin.
Menurutnya,
semua makanan Nusantara pihaknya memakai rempah-rempah sebagai penunjang cita rasa
lezat.
Merlin
membeberkan, meskipun hampir semua resto dan kafe yang menawarkan menu
Nusantara menggunakan rempah-rempah, namun tidak semua makanan yang dihasilkan
bercita rasa baik.
“Artinya,
cara meracik juga menentukan lezat tidaknya suatu masakan Nusantara. Di
Waroenk, kami benar-benar selektif dan menakar penggunaan rempah-rempah yang
berkualitas, sehingga cita rasa yang dihadirkan ideal dan ‘pas’ di lidah,”
jelasnya.
Untuk
diketahui, dunia kuliner Indonesia mencatat betapa besarnya peran rempah-rempah
dalam hidangan setempat (daerah) yang mendapat pengaruh asing seperti dari Timur
Tengah, India, Tiongkok, dan Eropa.
Beberapa
karakter berbagai hidangan berempah khas Tanah Air seperti di Sumatra mendapat
pengaruh dari India, Arab, dan Persia. Sehingga, sangat terasa dalam hidangan
bersantap yang dibubuhi rempah lengkap.
Ini
dapat dirasakan dalam roti cane, martabak, nasi briyani, dan aneka gulai. Di
Aceh, adamie kepiting sementara di Sumatra Utara masyarakat Batak menggunakan
lada rimba yang sangat pedas.
Adapun
Sumatra Barat terkenal khas dengan rendangnya, gulai ayam, dan kalio yang
mempresentasikan aneka rempah. Sementara, di Sumatra Selatan dan Riau, lada
dibubuhkan pada tekwan asal Palembang dan bihun goreng seafood dari
Selatpanjang.
Di
Sulawesi Utara, masakan Minahasa memliki cita rasa pedas dari cabai dan
rempah-rempah. Sementara, sup kacang merah atau sup bruine bonen dijerang
bersama bumbu pala dan cengkeh. Selanjutnya, kuliner Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan seperti
coto mangkasara (Coto Makassar), sup konro, dan sup saudara memiliki cita rasa
rempah yang juga kuat.
No comments:
Post a Comment