britaloka.com - Wisata sudah
menjadi salah satu kebutuhan masyarakat. Apresiasinya, Indonesia kaya akan
objek wisata. Salah satunya terletak di Gisting, Tanggamus, Lampung. Destinasi ini
sudah dikenal wistawan domestik maupun mancanegara.
Gisting
adalah kota kecil yang terletak 47 kilometer dari barat Kota Pringsewu dan
masuk wilayah administrasi Tanggamus. Wilayah ini berpenduduk terpadat di
Tanggamus. Luas wilayah Gisting 32,53 kilometer persegi dengan jumlah penduduk
38.862 jiwa.
Gisting
memiliki sembilan kelurahan, meliputi Gisting Atas, Gisting Bawah, Purwodadi,
Kuta Dalom, Banjarmanis, Campang, Sidokaton, Landbaw, serta Gisting Permai
dengan jumlah penduduk terpadat berada di Gisting Atas. Gisting berada di
ketinggian berkisar 700 Mdpl, dengan suhu harian berkisar 18-28 derajat celsius.
Gisting
adalah sentra utama sayur-sayuran, baik didistribusikan dalam kabupaten,
antarkabupaten, juga di pasok ke Pasar Induk Kramatjati Jakarta. Hasil produksi
sayuran meliputi, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, kentang, kubis, sawi,
petsai, wortel, bawang daun, caisim, kol, jagung, ubi jalar, dan masih banyak
lainnya. Pasar sayuran Gisting merupakan pasar sayur terbesar di wilayah provinsi.
Komoditas sayuran tersebut merupakan komoditas andalan dan menjadi salah satu ikon
kota tersebut.
Masyarakat
Gisting didominasi suku Jawa, Lampung, serta Padang. Gisting pertama kali
dibuka pada 1932 oleh sekelompok sipil Belanda yang tergabung dalan “Indo
Eerropeesche Vereniging” atau “Perkumpulan Orang-orang Indonesia/Keturunan
Eropa”. Mereka mendapat izin/konsesi tanah dari pemerintahan Hindia Belanda dan
mungkin juga kredit bank untuk membuka perkebunan kopi di Gisting ini.
Nama
Gisting konon diambil dari nama sebuah kota kecil/desa di perbatasan Belanda
dan Jerman. Sebagian nama tuan pemilik kebun masih melekat sebagai nama tempat
di Gisting saat ini seperti blok Grim, Dusun Bruikmeyer, dan Desa Landsbouw
(kantor konsultan perkebunan), Khloer, Pak De Youngg, dan lain-lain.
Penduduk
pertama Gisting masa itu adalah orang Belanda para tuan perkebunan beserta
keluarganya dan pekerja mereka yang sebagian terbesar berasal dari pulau Jawa.
Pada 1942, pemerintah Hindia Belanda bertekuk lutut menyerah tanpa syarat
kepada balatentara Jepang di bawah pimpinan Jenderal Imamura. Semua tuan kebun
kopi yang ada di Gisting ditanggkap dan ditawan, serta tidak pernah kembali ke
Gisting sesudah Jepang menyerah kepada sekutu, kecuali satu keluarga keturunan
Jerman yang tidak ditangkap Jepang karena Jerman merupakan sekutu Jepang.
Jepang
menyerah kepada sekutu pada 15 Agustus 1945 dan berdirilah negara Republik
Indonesia (RI) pada 17 Agustus 1945. Menteri Sosial RI yang pertama membentuk
badan bernama Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang tugasnya mengurusi
orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang dan Romusha, yaitu orang Indonesia
terutama orang Jawa yang kena wajib kerja paksa, tanpa upah, tanpa jaminan makan
dan kesehatan semestinya.
Alam
yang hijau segar, pemandangan Gunung Tanggamus di waktu pagi yang menawan.
Hotel-hotel “Gisting Hotel, VIP Hotel, Hotel 21, Hotel Hosana” yang cukup
representatif dengan kolam renang standar bagi perenang. Lapangan futsal di
mana-mana. Tempat santap sederhana yang nyaman di sepanjang jalan yang siap
melayani wisatawan dari jam 07.00-24.00 Wita.
Setiap
malam Minggu akhir bulan, wisatawan bisa menyanyi dan menikmati lagu-lagu
keroncong bersama Komunitas Keroncong Gisting. Bagi yang ingin menyaksikan Reog
Ponorogo dan Kuda Kepang, bisa memesan pertunjukan ini sebelumnya.
Sementara,
bagi yang hobi memancing, tersedia kolam-kolam pemancingan di sekitar hotel.
Bagi anak-anak, tersedia tempat rekreasi dan hiburan air, kolam bola, perahu
karet, cycling boat, dan lain-lain.
Tidak
hanya itu, sekitar 300 meter dari hotel di Gisting, terndapat danau buatan Water
Van De Berg Dam yang dibuat kolonial Belanda. Di sini, ada kolam renang “Butterfly”
yang akan memanjakan pengunjung dengan sejuknya air langsung dari pegunungan.
No comments:
Post a Comment