britaloka.com, MAKASSAR - Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Regional 6 Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), merilis pencapaian kinerja
jasa keuangan Sulsel masih rendah. Hal tersebut diperlukan pembenahan, terutama
menghadapi tantangan dalam era masyarakat ekonomi Asean (MEA).
Jika dibandingkan produk
domestik regional bruto (PDRB) sektor jasa keuangan nasional dengan total PDRB Sulsel,
maka pangsa PDRB Sulsel masih cukup rendah, yakni hanya 3,4 persen dibandingkan
nasional yang tercatat 4,03 persen.
Kepala OJK Regional 6 Sulampua,
Bambang Kiswono, mengatakan, masih rendahnya pangsa sektor jasa keuangan
terhadap pembentukan PDRB Sulsel, menunjukkan kedalaman keuangan di Sulsel
masih rendah.
“Untuk itu, peranan
sektor jasa keuangan perlu ditingkatkan dalam memobilisasi dana masyarakat dan
ekonomi daerah. Ini guna meningkatkan pembiayaan pembangunan perekonomian
daerah,” terangnya usai pertemuan tahunan dengan industri jasa keuangan belum
lama ini di Ruang Pola Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel, Jalan Urip Sumoharjo,
Makassar.
Menurut Bambang, struktur
penyaluran kredit perbankan secara sektoral masih sangat dominan pada
perdagangan dan jasa yang sebesar 36,68 persen, sektor rumah tangga 34,67
persen, serta sektor industri pengolahan 7,88 persen.
Ditambahkan, sektor
strategis lainnya yang memberikan multiplier effect ekonomi yang tinggi dan kontribusi
terbesar dalam pembentukan PDRB Sulsel adalah sektor pertanian dan perikanan,
yang hanya mendapat alokasi kredit kecil sebesar 2,59 persen dari total kredit.
“OJK
memandang, pertumbuhan kredit dan pembiayaan yang tinggi tersebut, idealnya
dapat lebih terarah ke sektor produktif. Ini agar dapat tersalurkan ke sektor-sektor ekonomi strategis yang memiliki korelasi tinggi terhadap pertumbuhan
ekonomi,” imbuh Bambang.