![]() |
Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), menolak wacana pembatasan ekspor
rumput laut dalam bentuk raw material (rumput laut kering). britaloka.com/Ist
|
britaloka.com, MAKASSAR - Pengusaha rumput laut
yang tergabung dalam Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), menolak tegas
wacana pembatasan ekspor rumput laut dalam bentuk raw material atau rumput laut
kering.
Ketua ARLI, Safari Azis,
mengungkapkan, serapan industri dalam negeri terhadap rumput laut dinilai masih
sangat rendah, hanya mencapai 87.429 ton (kering), atau sekitar 10 persen dari
serapan. Sementara, data Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat produksi
rumput laut Indonesia pada 2015 mencapai 10.335.000 ton (basah) atau jika
dikonversi menjadi 1.033.500 ton (kering). Sehingga, rumput laut yang
dihasilkan petani masih membutuhkan penyaluran pasar luar negeri.
Menurutnya, saat ini pengusaha
rumput laut baru memanfaatkan sekitar 30 persen lahan budidaya, jadi sangat
tidak beralasan membatasi ekspor. “Apalagi, menutup pasar ekspor. Artinya,
wacana pembatasan atau pelarangan ekspor rumput laut sangat bertentangan terhadap
kondisi faktual saat ini. Pelarangan tersebut dapat memiskinkan petani,” beber Azis
belum lama ini, saat menggelar jumpa pers terkait pelarangan ekspor rumput laut
di Graha Pena, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar.
Ditambahkan, produksi
rumput laut dalam negeri meningkat setiap tahunnya. Persediaan juga masih
banyak sementara serapan masih minim. “Kalau ini tidak diekspor, mau diapakan
persediaan itu. Sementara, permintaan pasar luar negeri cukup bagus,” urainya.
Sementara itu, Sekretaris
Jenderal ARLI, Mursalim, menjelaskan, perlindungan terhadap sektor hulu perlu
diperhatikan dengan baik. Pembatasan ekspor rumput laut memiliki dampak sosial
ekonomi yang cukup serius, terutama bagi kesejahteraan petani. Pasalnya, rumput
laut merupakan salah satu alat jaring pengaman sosial bagi masyarakat pesisir
dan pulau-pulau kecil.
Selain itu, ARLI
mendukung penuh upaya pemerintah dalam kegiatan hilirisasi rumput laut, serta
pengembangan industri berdaya saing. Namun, di saat yang sama, pihaknya juga
mendukung pemanfaatan peluang pasar luar negeri, dengan melakukan pemenuhan
bahan baku yang berkualitas sesuai kebutuhan industri global.
“Kami berharap, pemerintah
bisa mengambil langkah-langkah strategis agar pengembangan komoditas rumput
laut bisa optimal, baik dari sisi industri pengolahan hingga ke perdagangannya,”
imbau Mursalim.
Disebutkan, hal itu
mendesak dilakukan agar pemerintah dapat berpihak kepada petani dan pemangku
kepentingan lainnya dari hulu hingga hilir. Sehingga, pemerintah juga tidak
lagi dibebani jutaan rakyat miskin di pesisir, termasuk di daerah perbatasan.
“Jika
warga pesisir telah tersejahterahkan dari bisnis rumput laut, tentu ini sudah mewujudkan
nawacita pemerintah dalam membangun daerah pinggiran,” imbuhnya.