BLOGKATAHATIKU - Jauh sebelum tren
keuangan sistem elektronik atau lebih dikenal sebagai less cash society (LCS),
seorang ekonom dan politik Amerika Serikat (AS), Robert Reich, memproyeksi akan
tiba masanya era transaksi tunai akan berakhir. Kendati tidak menyebut persis, akan
tetapi secara presisi apa yang dipikirkannya terkait masa depan “uang tunai”
konvensional yang tergerus, saat ini sudah terbukti.
Secara
perlahan, uang elektronik sudah terpinggirkan. Di Negeri Paman Sam, juga di
ranah Eropa, uang tunai seperti barang “antik” yang sudah mulai terpinggirkan
zaman. Hal itu didasarkan pada gaya hidup masyarakat Barat yang kini lebih
banyak melakukan transaksi nontunai, bahkan untuk transaksi “recehan” seperti
biaya parkir, tol, hingga membeli donat di pinggir jalan.
Tidak
hanya Reich yang meramalkan kematian transaksi tunai, David Wolman, seorang
jurnalis AS, pernah menulis sebuah buku mengenai senjakala uang tunai, The End
of Money. Dalam bukunya, ia menulis uang kartal hanya merepotkan aktivitas
sehari-hari. Uang kartal adalah uang berbentuk selembar kertas atau logam yang
diterbitkan Bank Sentral AS. Pukulan paling mematikan yang bakal mengakhiri
transaksi tunai adalah “costly”. Artinya, ongkos untuk memproduksi “barang” ini
sangat mahal.
Selain
itu, transaksi tunai juga mahal untuk dipindahkan, menyimpan, mengamankan, mengawasi, dan memproduksi, meredesain,
serta mahal dibawa ke mana-mana. Pasalnya, transaksi tunai adalah sahabat bagi
para kriminal. Penyuapan, sogokan, dan aneka transaksi terlarang selalu
menggunakan uang tunai agar tidak terlacak.
Beda
halnya uang elektronik. Jenis uang ini jauh lebih praktis, aman, dan nyaman
digunakan. Seseorang tidak perlu membawa dompet tebal atau tas untuk bertransaksi
dengan jumlah uang yang besar.
Entengnya,
selembar kartu plastik yang memiliki seluruh catatan keuangan dalam chip
magnetic-nya hanya membutuhkan satu selipan dalam dompet. Segala transaksi
dilakukan hanya dengan selembar kartu itu. Jadi, silakan memilih yang mana.