![]() |
BAMBU
PENJOR - Pedagang bambu penjor musiman mulai banyak bermunculan di Kota
Klungkung jelang hari raya Galungan, Jumat (5/2). BLOGKATAHATIKU/IST
|
BLOGKATAHATIKU - Permintaan bambu
menjelang hari raya Galungan di wilayah Klungkung, belakangan ini mulai
meningkat. Hal ini terlihat di sepanjang Jalan Gajah Mada, Kelurahan Semarapura
Tengah, Klungkung. Pedagang bamboo penjor musiman mulai banyak bermunculan di pinggir
jalan. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan bambu penjor di Klungkung, sejumlah
pedagang justru “mengimpor” bambu dari wilayah kabupatan lain seperti desa
Selat Duda, Karangasem dan Bangli.
Hal
ini diakui salah seorang pedagang bambu penjor musiman, Nyoman Sariani, Jumat
(5/2). Pedagang bambu asal Desa Lebu, Sidemen, Karangasem ini mengatakan
mendapatkan bambu penjor dari Desa Selat Duda, Kecamatan Selat, Karangasem.
Semua bambu penjor ini mulai ia jual sejak Kamis (4/2).
Bahkan,
ia tidak menampik permintaan bambu penjor menjelang Galungan sangat tinggi di
Klungkung. Apalagi sampai penampahan Galungan, Sariani mengaku bisa menjual
bambu penjor 100 batang. “Lumayan larisnya. Kalau lagi ramai dalam sehari saya
bisa jual 30 batang,” ujarnya.
Lalu
soal harga bambu? Sariani mengatakan harganya cukup bervariatif. Untuk bambu
ukuran kecil dijual sekitar Rp 20 ribu per batang. Sementara, ukuran yang lebih
besar kisaran Rp 30 ribu per batang. Namun, keuntungan dari menjual bambu ini
hanya diarasakan Sariani menjelang hari raya Galungan. Karena sehari-hari, ia
hanya bekerja membuat ambengan (alang-alang). “Jual bambu ini sampingan. Saya
setiap hari jual ambengan,” tuturnya.
Hal
senada juga dikatakan penjual bambu lainnya, Gusti Puja. Ia mengaku mengambil
keuntungan sedikit dari menjual bambu, dan hanya mendapatkan untung Rp 3 ribu
untuk satu bambu. Tetapi, untung yang diperoleh tersebut belum dihitung jumlah
bambu yang tidak laku.
Selama
menjadi penjual bambu, banyak bambunya tidak laku dijual. Tetapi dengan menjual
bambu, Gusti Wija mengaku lebih mendapat untung ketimbang menjual janur dan
ambu yang juga dipakai sarana upacara membuat penjor. Karena janur yang dijual
dinilai tidak akan bertahan lama jika tidak laku dijual. Sementara, bambu yang
tidak laku akibat kondisi rusak bisa dimanfaatkan sebagai lontek atau lainnya.
“Bambu
yang tidak laku bisa saja dijual lagi untuk lontek atau yang lain. Apalagi,
belakangan banyak warga memanfaatkan bambu untuk dipakai upacara,” terangnya.
Sementara
itu, seorang pembeli, Ketut Sugiana, mengatakan, memang sengaja membeli bambu
penjor sejak awal. Pasalnya, bercermin dari pengalaman sebelumnya, ia mengaku
sangat kesulitan mencari bamboo penjor. Terutama bambu yang berukuran kecil.
“Kalau
bahan-bahan lainnya, seperti busung, daun enau, dan sebagainya masih bisa dicari
nanti. Dulu, saya sampai keliling mencari bambu dengan ukuran kecil seperti
ini,” ujarnya.