BLOGKATAHATIKU - Peristiwa bom
Sarinah cukup menyita perhatian masyarakat, termasuk para pelaku ekonomi dan
bisnis di Indonesia. Meskipun nilai rupiah sempat tertekan, tetapi langkah
sigap dari pemerintah, serta adanya kampanye tagar Kami Tidak Takut (#kamitidaktakut)
di media sosial, berhasil menyelamatkan kondisi dari keterpurukan.
Di
tengah pelaku pasar keuangan di seluruh Indonesia menantikan pengumuman suku
bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate pada Kamis, 14 Januari 2016 lalu,
masyarakat Jakarta dikejutkan dengan ledakan yang terjadi di Sarinah, Jakarta
Pusat. Ada enam ledakan yang terjadi di depan Starbucks, dekat pusat
perbelanjaan Sarinah. Berdasarkan surat edaran dari Polda Metro Jaya, kejadian
ledakan tersebut terjadi pada pukul 10.00 Wib yang berasal dari bom rakitan.
Akibat
ledakan itu membuat kondisi Jakarta dinyatakan berstatus siaga I. Status
tersebut diberlakukan sejak pukul 11.00 Wib tadi. Kondisi tersebut berlangsung
hingga waktu yang belum ditentukan. Hal ini tentu berdampak terhadap kegiatan
ekonomi dan pasar keuangan. Bukan hanya di ibu kota, beberapa pelaku ekonomi di
daerah lain cukup khawatir dengan kejadian itu.
Sejumlah
pusat perbelanjaan di Jakarta harus ditutup untuk mengantisipasi kejadian ledakan
bom yang terjadi. Bahkan, pusat perbelanjaan di daerah sekitarnya pun harus
dijaga ketat. Di Makassar, pusat-pusat perbelanjaan sedikit resah, dan
mengambil langkah cepat untuk mencegah aksi teror berlanjut pada kota lain
Indonesia.
Salah
satu pusat perbelanjaan ternama di Kota Makassar, Mal Ratu Indah (MaRI), pasca
teror bom di Sarinah, memilih melakukan sistem pengamanan berlapis. Menurut
Creative Design and Communication MaRI, Jesse Rezky, sebagai mal yang berada
pada lokasi yang sangat strategis di tengah kota, sesuai standar operational system
(SOP) melakukan peningkatan keamanan.
Pasca
teror bom Sarinah, MaRI menambah personel keamanan. Hanya ada tiga pintu utama
yang bisa diakses pengunjung, sisanya ditutup demi alasan keamanan mal.
Masing-masing pintu ditambah petugas keamanan menjadi dua orang. “Secara umum, tidak
terjadi penurunan signifikan pengunjung akibat adanya isu teror bom. Dengan
langkah antisipasi yang cepat dilakukan manajemen, pengunjung tetap merasa
nyaman,” ujar Jesse.
Saat
weekdays, ungkap mantan finalis VJ MTV Hunt ini, jumlah pengunjung MaRI rata-rata
15 ribu-18 ribu orang. Jumlah itu meningkat mencapai 22 ribu-25 ribu orang saat
weekend. “Untuk event, hingga kini belum ada pembatalan dari penyelenggara
acara pasca kejadian bom Sarinah,” bebernya.
Secara
pribadi, Jesse beranggapan, aksi teror bom yang dilakukan orang-orang tidak
bertanggung jawab itu merupakan salah satu cara melemahkan negara, khususnya
ekonomi. Aksi itu dilakukan pihak luar negeri, dengan memanfaatkan warga negara
Indonesia sendiri. Bukan secara kebetulan bom itu meledak di pos Polisi, karena
itu merupakan simbol negara dalam hal keamanan.
Sebagai
pelaku usaha, MaRI sangat terbantu opini masyarakat di media yang
mengampanyekan #KamiTidakTakut. Kata itu sangat besar artinya bagi pusat
perbelanjaan. Dengan adanya kampanye tersebut, masyarakat semakin optimis, pemerintah
pasti bisa mengatasi aksi para peneror, sehingga tidak perlu takut untuk
berkunjung dan berbelanja di pusat perbelanjaan.
Apalagi,
pasca bom Sarinah, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, berkonsolidasi dengan
para pemuka agama di MaRI. Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi munculnya
paham-paham radikal yang berujung pada aksi teror bom.
Kebetulan,
tempat yang dipilih adalah Starbuck, yang juga menjadi perhatian masyarakat
saat kejadian bom Sarinah. Pesan yang disampaikan kepada masyarakat Sulsel adalah
jangan takut jalan-jalan ke mal, karena pemerintah telah memberikan kepastian
keamanan.
Pengaruh
Terhadap Pariwisata Tidak Signifikan
Salah
satu unit bisnis yang sering terkena dampak negatif jika ada aksi teror bom
adalah industri pariwisata. Kendati demikian, pelaku usaha di bidang pariwisata
di Sulsel tidak terlalu merasakan dampaknya.
Ketua
Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Sulsel, Didi
Leonardo Manaba, mengungkapkan, peristiwa mengejutkan yang terjadi di Jakarta
tidak berdampak signifikan mengganggu industri pariwisata Sulsel. Isu tersebut
cepat hilang dengan adanya sosialisasi #KamiTidakTakut yang dilakukan
pemerintah bersama masyarakat.
Menurut
Didi, aksi teror bom saat ini sudah terjadi hampir di seluruh kota besar dunia.
Di Indonesia sendiri, hal tersebut bukan sesuatu yang baru. Makanya, aksi teror
di Sarinah tidak terlalu dirasakan dampaknya bagi tingkat kunjungan wisatawan
ke Indonesia. Semua negara di dunia sudah mengetahui, kejadian itu bisa saja
terjadi di negara manapun.
“Pelaku
usaha pariwisata di Sulsel sama sekali tidak merasa khawatir akan ada dampak
negatif dari peristiwa teror bom Sarinah. Pemerintah cukup responsif terhadap
kejadian. Salah satu langkah yang dilakukan Presiden Jokowi adalah memanggil
Ketua Umum Asita ke istana negara, untuk membicarakan promosi dan strategi
untuk memajukan wisata Tanah Air,” bebernya.
Didi
menyarankan, perlu deteksi awal untuk antisipasi keamanan, khususnya sektor
pariwisata agar dapat terhindar dari teror bom. Asita tidak ingin lagi ada
kejadian seperti peristiwa bom Bali pada 1990-an, yang sempat melumpuhkan
industri pariwisata Indonesia. “Pemerintah harus tetap waspada tumbuhnya
paham-paham radikal yang berbahaya dan menghambat upaya pemerintah memajukan
pariwisata di Sulsel,” pesannya.
Salah
satu sektor yang berperan memajukan Kota Makassar adalah meeting, incentive,
convention, and exhibition (MICE) perhotelan. Sebagai salah satu pelaku usaha
perhotelan, Marketing Communication Manager Horison Ultima Makassar, Suro Budi
Arto, melihat kejadian bom Sarinah merupakan sesuatu yang cukup mengejutkan di
awal 2016. Biasanya kejadian seperti itu memberi dampak secara ekonomi,
khususnya perhotelan, dengan turunnya tingkat hunian.
Bagi manajemen Horison Ultima Makassar,
pengaruh dan dampak terom Bom tidak terlalu terasa. Itu karena saat awal tahun,
tingkat hunian semua hotel di Makassar rata-rata memang rendah. Nanti saat
memasuki Maret, baru mulai terlihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah,
baik pusat maupun daerah. Sehingga dapat disimpulkan, peristiwa bom Sarinah
pengaruhnya tidak terlalu besar di Makassar.
“Tingkat
okupansi Hotel Horison Ultima di 2015, khususnya pertengahan tahun, bisa
mencapai seratus persen dari jumlah kamar yang ada. Maraknya pembangunan hotel
di Makassar, menjadi tolok-ukur utama kami menyikapi persaingan,” paparnya.
Budi
menambahkan, pada akhir 2015, target hunian yang ditargetkan manajemen bisa
mencapai 80 persen. “Total kamar yang kami dimiliki ada 129, di antaranya
superior, deluxe, junior suite, executive suite, dan Horison suite,” imbuhnya.
IHSG
dan Rupiah Sempat Tertekan
Kejadian
ledakan di Sarinah sempat berimbas terhadap pasar modal dan keuangan Indonesia.
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 22 poin ke level Rp 13.857 per dolar Amerika
Serikat (AS) pada Kamis pagi, dari penutupan perdagangan Rabu, 13 Januari 2016
di level Rp 13.835 per dolar AS.
Menteri
Keuangan Bambang Brodjonegoro, mengatakan, pada saat itu akan berupaya menjaga
pasar tetap tenang usai ledakan bom di Sarinah. Pelemahan rupiah dan IHSG yang
terjadi, dinilai pemerintah hanya sementara. Yang paling penting adalah negara
ini memiliki fundamental makro yang kuat, untuk dapat mengembalikan kondisi ini
ke kondisi yang normal.
Hal senada disampaikan pengamat keuangan dan
pasar modal Kota Makassar, Adi Syawal. Ia menilai, tidak ada alasan untuk pasar
keuangan Indonesia terus tertekan karena ledakan bom. Indonesia masih menarik
bagi investor. Untuk itu, ia mengimbau aparat keamanan harus sigap mengambil
langkah pengamanan apabila terjadi hal yang tidak terduga.