BLOGKATAHATIKU - Kondisi
perekonomian secara nasional tahun ini diprediksi tidak terlalu jauh berbeda
dibandingkan tahun lalu. Tahun “Monyet Api” bukanlah kondisi yang stabil, sebab
banyak gejolak yang bakal dialami.
Setelah
melewati tahun “Kambing Kayu” selama 2015, kini giliran Monyet Api menyapa
2016. Menurut prediksi, tahun Monyet Api bukanlah kondisi yang stabil. Pasalnya,
banyak gejolak yang akan dialami, baik dari sisi ekonomi, bisnis, maupun
politik. Hal-hal yang sifatnya kontroversial dan tidak terduga juga memiliki
peluang besar untuk terjadi.
Meski
begitu, tahun Monyet Api akan dipenuhi keceriaan, pandangan optimis, serta
pikiran agresif. Pada 2016 akan menjadi waktu tepat untuk melakukan berbagai
penemuan menarik dan bermanfaat, lantaran Monyet dikenal memiliki sikap yang
gesit, berani, dan pintar. Inilah waktu yang tepat untuk melakukan
terobosan-terobosan yang bermanfaat bagi kemajuan sebuah perusahaan.
Bagaimana
dengan pendapat para ahli yang didasarkan pada analisis ekonomi dan bisnis?
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus DW Martowardojo, mengatakan, pada 2015
merupakan tahun penuh tantangan dan ujian bagi perekonomian Indonesia. Berbagai
kinerja positif yang dicapai pada tahun sebelumnya seolah menjadi tidak terasa.
Tekanan terhadap stabilitas ekonomi muncul dari segala arah. Itu tidak terlepas
dari faktor terjadinya berbagai pergeseran fundamental dalam perekonomian
dunia.
Tekanan
lain juga semakin bertambah ketika otoritas moneter Tiongkok pada Agustus 2015,
tanpa diduga mendevaluasi mata uang Yuan. Itu memicu terjadinya gejolak di
pasar keuangan global, menyebabkan arus modal asing ke negara berkembang
menurun drastis, termasuk Indonesia.
Bagaimana
di 2016? Kondisi perekonomian secara nasional tahun ini diprediksi tidak terlalu
jauh berbeda dibandingkan tahun lalu. Hal itu terlihat dari beberapa indikator,
di antaranya kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga. Secara otomatis,
kebijakan tersebut akan berdampak terhadap roda perekonomian nasional, sehingga diprediksi mengarah ke daerah,
termasuk Sulsel. Apakah Sulsel mampu menjadi garda ekonomi nasional di tengah
hambatan perekonomian?
Deputi
Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) BI Sulsel, Causa Iman Karana, mengatakan, di
2016 diperkirakan ekonomi Sulsel tumbuh antara tujuh persen hingga delapan
persen. Yang lebih membanggakan, pertumbuhan tidak hanya sektor pertanian,
tetapi juga perdagangan dan jasa. Sudah banyak hotel dan perdagangan, termasuk
jasa keuangan dan perbankan yang tumbuh.
“Kalau
di 2016 semua pelaku usaha bisa meningkatkan kinerja, terutama kategori yang
memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Sulsel, maka prospek akan
jauh lebih baik dibandingkan 2015. Untuk kategori pertanian, beberapa upaya
bisa dilakukan, antara lain membuka lahan baru. Bisa juga dengan membangun
irigasi baru, sehingga indeks penanaman dapat meningkat. Bisa juga dengan
meningkatkan kualitas bibit, sehingga produktivitas naik.
Dalam
kategori industri pengolahan, pembangunan smelter untuk mengolah bijih nikel di
Bantaeng yang diproyeksi beroperasi Februari 2016, dapat memacu pertumbuhan
ekonomi Sulsel lebih baik lagi. Sementara, dalam kategori konstruksi,
pembangunan rel kereta api Makassar-Parepare, proyeksi pembangunan flyover dan
underpass di persimpangan menuju airport, dan rencana pembangunan outer ring
road Sungguminasa-Maros, harus bisa direalisasikan untuk menggenjot
perekonomian daerah.
Sekjen
Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi), Nurdin Abdullah, saat
menjadi narasumber dalam Dialog Ekonomi Outlook, mengatakan, semua daerah di
Sulsel sebenarnya memiliki potensi klaster-klaster pertumbuhan, baik wisata,
industri, dan lain-lain. Akan tetapi, semua itu harus dilakukan dalam perencanaan
yang baik dan terukur.
Lanjut
lanjut, Bupati Kabupaten Bantaeng ini menjelaskan, Sulsel menjadi pusat
pertumbuhan di Indonesia. Sehingga, apabila percepatan infrastruktur dilakukan
maka akan mempengaruhi seluruh kabupaten yang ada. “Untuk mendukung
pertumbuhan, maka harus disokong infasfruktur,” tuturnya.
Pengamat
Ekonomi Sulsel, Mukhlis Sufri, menuturkan, langkah strategi untuk pertumbuhan
ekonomi Sulsel masuk dalam tiga dimensi. Pertama, dimensi sumber daya manusia
(SDM) harus cerdas dan inovatif. Pembangunan SDM dimulai dari konsep pendidikan
oleh pemerintah, didukung anggaran agar bisa berubah menjadi human kapital,
bukan human resort.
Faktor
kedua, mengoptimalkan sektor unggulan sebagai upaya mencermati ketimpangan
pembangunan. Data BI, sektor pertanian pertumbuhannya menurun, padahal
kontribusinya 40 persen terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Sulsel.
Menurutnya, penurunan di sektor pertanian sebab terjadinya pergeseran dari
pertanian ke sektor industri.
“Makanya,
Sulsel harus menerapkan konsep hiliralisasi dengan klaster komoditi unggulan,
yang merupakan dimensi ketiga. Mindset harus diubah dari spekulasi motif ke
transaksi motif. Sulsel harus meredesain pasar sebelum masuk hilirisasi,” imbau
Mukhlis.
Sementara
itu, Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Sulsel, Hariyadi
Kaimuddin, menjelaskan, MEA telah memasuki pasar Indonesia. Ada dua sudut
pandang untuk melihat MEA, apakah menjadi tantangan atau hanya menjadi objek
pasar semata. Oleh karena itu, kesiapan harus dimulai dari perubahan pola
pikir.
“Pola
pikir yang mampu berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi Sulsel adalah
menjadi pengusaha. Tercatat, pengusaha di Indonesia baru 0,4 persen yang
produktif dari jumlah pengusaha yang ada. Sementara, Singapura sudah tujuh
persen. Apabila jumlah pengusaha produktif di Indonesia dapat mencapai angka minimal
dua persen saja, itu sudah bagus,” terangnya.
Lebih
lanjut, Direktur Kalla Toyota ini, mengimbau agar pengusaha harus lebih berani
mengambil risiko dengan langkah yang jelas. “Itu dilakukan agar kerja lebih produktif,
efektif, dan efisien,” imbuhnya.
Menurut
Hariyadi, masyarakat Sulsel harus mampu mendesain mimpi, menjadikan target
capaian lebih tinggi. “Kalau cara berpikir rendah, maka hasilnya akan
biasa-biasa saja,” tutupnya.
Persaingan
Hotel Semakin Ketat
Empat
tahun terakhir, sejumlah investor memilih Kota Makassar sebagai wilayah
pengembangan bisnis. Itu tentu menjadi tantangan bagi pengelola hotel untuk
menyediakan hunian layak bagi pengunjung. Apalagi, Makassar dilihat sangat
seksi oleh para investor, sebagai kota penghubung kawasan Indonesia bagian
barat dengan timur.
Tahun
lalu, pembangunan hotel di Kota Makassar sangat pesat. Tahun ini, diprediksi
akan semakin kompetitif. Itu seiring rencana pengoperasian 13 hotel berklasifikasi
bintang.
Ketua
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel, Anggiat Sinaga,
mengatakan, seluruh hotel tersebut tengah dibangun dan memasuki tahap
perampungan. Ditargetkan akan mulai beroperasi pada 2016.
Secara
keseluruhan, hotel yang siap untuk beroperasi berkapasitas hingga 1.800 kamar.
Sedikit melebihi ekspektasi kebutuhan
kamar sebanyak 1.650 unit. Hal tersebut tentu akan membuat bisnis hotel di
Makassar semakin ketat. Untuk sementara ini, jumlah kamar hotel yang tersedia
di Kota Makassar sebanyak 11.550 unit.
Pertumbuhan
ketersediaan kamar tersebut akan diikuti penyediaan fasilitas ballroom maupun
arena konvensi. Itu bakal membuat Makassar layak disebut sebagai kota
penyelenggara meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE). Kondisi
itu membuat industri perhotelan di Makassar juga dibayangi potensi oversupply.
Itu dapat terjadi apabila arus kunjungan wisatawan tidak sejalan persediaan
kamar hotel.