BLOGKATAHATIKU - Bank Indonesia (BI) memutuskan
untuk mempertahankan BI rate sebesar 7,50 persen dengan suku bunga deposit facility
5,50 persen dan lending facility pada level 8,00 persen. Kebijakan ini
dipandang sebagai ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter yang semakin
terbuka.
Hal tersebut juga dilakukan
untuk menjaga stabilitas makroekonomi, khususnya inflasi akhir 2015 yang berada
di bawah tiga persen, dan defesit transaksi berjalan yang berada pada kisaran dua
persen dari produk domestik bruto (PDB).
“Pertumbuhan ekonomi
Indonesia melambat di 2015, yakni pada kisaran 4,8 persen secara tahunan (yoy),
atau lebih rendah dari lima persen pada 2014. Ini karena dipengaruhi ekspor
yang menurun seiring lemahnya permintaan global dan penurunan harga komoditas. Akan
tetapi, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan penguatan stimulus pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi. Ini agar stabilitas ekonomi makro dan sistem
keuangan tetap terjaga,” ungkap Kepala BI Wilayah Sulsel, M Dadi Aryadi di
Gedung BI, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, belum lama ini.
Dijelaskan, tantangan
ekonomi Indonesia pada 2015 tidak dari dinamika perkembangan dan keuangan
global, yakni pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, harga komoditas yang
menurun, dan pasar keuangan yang bergejolak.
Walaupun demikian, sebut
Dadi, perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut masih dapat ditopang konsumsi
yang masih kuat, baik rumah tangga maupun pemerintah. Tahun ini, pertumbuhan
ekonomi Indonesia diprediksi akan meningkat pada kisaran 5,2 persen hingga 5,6
persen (yoy).
“Kami
akan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan stimulus fiskal, terutama pembangunan
proyek infrastruktur dan konsumsi yang diprediksi masih tetap kuat. Sementara
itu, investasi diharapkan meningkat seiring implementasi paket kebijakan
pemerintah yang mendorong investasi dan stabilitas makroekonomi yang semakin
baik,” tandasnya.