BLOGKATAHATIKU - Sejak 2012,
Indonesia sudah memasuki era bonus demografi. Badan Pusat Statistik (BPS)
memperkirakan, puncak bonus demografi akan tercapai pada periode 2028 hingga
2030 dengan angka beban ketergantungan yang menyentuh nilai terendah sebesar
46,9 poin.
“Bonus
demografi ini hanya terjadi satu kali dalam perjalanan suatu bangsa, dan
Indonesia kini tengah berada di era tersebut sehingga dapat menunjang
pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun mendatang. Studi Bank Dunia
menunjukkan, bonus demografi berkontribusi sekitar 30 persen terhadap pesatnya
pertumbuhan ekonomi di Asia, termasuk di Indonesia,” terang Kepala Divisi
Komunikasi Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Dwi Shara Soekarno dalam
keterengan tertulisnya kepada sejumlah media di Tanah Air, Sabtu (16/1).
Dijelaskan,
Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan, jumlah penduduk Indonesia di 2015
mencapai 255,5 juta jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk per
tahunnya mencapai 1,38 persen. Dengan sebagian besar atau sekitar 48,8 persen
penduduk Indonesia berada dalam kelompok umur muda, artinya kesempatan
perekonomian Indonesia untuk lebih maju dan berkembang dengan lebih pesat lagi
sangatlah besar.
Berdasarkan
data Bank Dunia, pada 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya 37,7 persen
dari populasi, tetapi pada 2010 kelas menengah Indonesia mencapai 134 juta jiwa
atau 56,5 persen. Masih menurut studi Bank Dunia, kalangan kelas menengah ini
terbagi empat kelas. Pertama, kelas menengah dengan pendapatan Rp 1 juta-Rp 1,5
juta per kapita per bulan (38,5 persen).
Kedua,
kelas menengah dengan pendapatan Rp 1,5 juta-Rp 2,6 juta per bulan (11,7 persen).
Ketiga, kelas menengah dengan pendapatan Rp 2,6 juta-Rp 5,2 juta per bulan (lima
persen), dan keempat,golongan menengah berpendapatan Rp 5,2 juta-Rp 6 juta per
bulan (1,3 persen). Sayangnya, Bank Dunia kembali menyebutkan di 2014 tercatat
hanya 36,1 persen orang dewasa Indonesia yang memiliki account di lembaga
keuangan formal.
“Berdasarkan
survei nasional literasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2013, baru
sekitar seperlima penduduk Indonesia atau 21,84 persen atau yang memiliki
kategori well literate atau melek pengetahuan keuangan. Tingkat literasi
masyarakat Indonesia terhadap pasar modal dan tingkat utilitas produk pasar
modal sendiri tercatat masih jauh tertinggal jika dibandingkan lima industri
jasa keuangan lainnya di Tanah Air,” imbuh Dwi.
Oleh
karena itu, selain harus masif melakukan sosialisasi dan edukasi melalui
serangkaian program kepada masyarakat, pasar modal Indonesia juga dituntut
harus memiliki tenaga profesional yang kompeten, andal, dan mampu menjawab
tantangan di masa depan. Akan tetapi, sampai saat ini jumlah tenaga profesional
di industri pasar modal Indonesia yang memiliki kompetensi dan sesuai kebutuhan
bisnis pasar modal masih minim.
“Mempertimbangkan
hal-hal tersebut, BEI, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyelenggarakan Capital Market
Professional-Development Program (CMP-DP). Program ini telah diluncurkan dalam
pembukaan Investor Summit and Capital Market Expo 2015 pada 9 November 2015
lalu,” papar Dwi.
Dengan
dibukanya CMP-DP, pihaknya berharap dapat meningkatkan minat dan mengembangkan
karier profesional di industri pasar modal Indonesia, khususnya di self
regulatory organization (SRO). CMP-DP telah disosialisasikan melalui berbagai
media publikasi dan bekerja sama sejumlah universitas di dalam negeri.
Menurut
Dwi, program yang baru dilaksanakan pertama kali ini memiliki jumlah pelamar mencapai
4.200 orang dari seluruh daerah Indonesia. Seleksi tahap awal dilakukan dengan
cara menggelar tes tertulis yang dilaksanakan serentak pada 16 Januari 2016 pada
20 kota, Jakarta, Balikpapan, Aceh, Bandung, Banjarmasin, Batam, Denpasar,
Jambi, Jayapura, Lampung, Makassar, Manado, Medan, Padang, Palembang,
Pontianak, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Riau.
“Calon
kandidat yang lulus dalam tes tertulis akan mengikuti serangkaian tes lainnya
sampai terpilihnya 30 orang terbaik yang akan mengikuti 12 bulan program
pengembangan dan enam bulan on the job training. Nantinya, setiap lulusan
CMP-DP akan ditempatkan untuk bekerja di tiga lembaga SRO dan afiliasinya,”
urainya.
Dengan
semakin banyaknya ketersediaan tenaga profesional di pasar modal, Dwi berharap bisa
semakin menumbuhkan industri pasar modal dalam beberapa tahun mendatang. “Sehingga,
mimpi pasar modal Indonesia untuk menjadi yang paling besar pada kawasan Asia
Tenggara maupun Asia dapat terwujud di masa depan,” tutupnya.