BLOGKATAHATIKU - Pesona Bali seakan
tidak akan luntur bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Salah satu daerah
favorit di Pulau Dewata yang menjadi favorit destinasi adalah Ubud.
Sebuah
film Hollywood yang dibintangi aktris legendaries, Julia Roberts dan Christine
Hakim, berjudul “Eat, Pray, Love” menjadikan Ubud Bali sebagai salah satu
lokasi pengambilan gambar. Inilah bentuk pengakuan dunia terhadap eksistensi
Ubud sebagai salah satu tempat wisata paling menarik untuk dikunjungi. Beberapa
waktu lalu, pemilik Apple Pie, Rizka Amiyati mengunjungi tempat tersebut.
Terletak
di Kabupaten Gianyar, kawasan wisata Ubud Bali memang telah dikenal sejak lama
di kalangan penikmat traveling, baik domestik maupun mancanegara. Secara
administratif, Ubud merupakan kecamatan di Bali yang terhimpun dari 13 banjar
yang membawahi enam desa adat. Topografi wilayah Ubud pada umumnya dikelilingi
persawahan serta hutan-hutan yang diapit jurang dan sungai. Desa Ubud dari
airport Denpasar, berjarak kurang lebih 40 kilometer. Jika menggunakan mobil,
dapat ditempuh selama satu setengah jam.
Selain
karena kondisi alam, Ubud juga terkenal karena seni dan budaya Bali, sangat
berkembang dari tahun ke tahun. Sebagian masyarakat Ubud, sehari-hari tidak
lepas dari aktivitas unsur seni dan budaya. Sebagian masyarakatnya juga bermata
pencaharian sebagai seniman, baik lukis, kerajinan tangan, ataupun tari.
Bagi
wisatawan yang senang mencari galeri-galeri seni wajib datang ke Ubud. Pasalnya,
di sini terdapat banyak galeri dan pementasan seni. Setiap malam ada saja tari yang dipentaskan. Saat di
kawasan wisata Ubud, banyak tempat dan kegiatan menarik yang diikuti Rizka.
Menurutnya, cara terbaik untuk menikmati kedamaian di Ubud adalah dengan
menginap selama beberapa hari di sana.
Sewaktu
ke Ubud, tempat yang paling pertama dicari Rizka adalah Pasar Seni Ubud. Itu
karena kesenangannya menikmati keunikan benda-benda seni. Pasar Seni Ubud
sebenarnya merupakan pasar tradisional biasa, yang lazim ditemui di berbagai
tempat Tanah Air. Tetapi, ketika waktu telah beranjak melewati tengah hari,
maka wisatawan akan menemukan banyak kerajinan kesenian di pasar ini. Pasar
Seni Ubud terdiri dari dua lantai, terletak di pusat Ubud persis berada di depan
Puri Agung Ubud atau bangunan bekas kantor pemerintahan di masa Kerajaan Ubud
tempo dulu.
Di
pasar ini, terdapat berbagai stand barang khas kesenian Bali, mulai baju, kain,
kerajinan tangan seperti tas, topi, aksesoris, pajangan dinding, lukisan,
suvenir, dan lain-lain. Ini menjadi salah satu tempat favorit Rizka saat ingin
membeli oleh-oleh khas Bali yang “recommended”. Satu hal yang menarik, menurut wanita
yang hobi traveling di pasar ini, dapat
dibeli berbagai suvenir khas Bali dan kerajinan lokal dengan harga yang lebih
murah dibandingkan tempat lain di Pulau Dewata. Tentu, harus memiliki kemampuan
tawar-menawar harga.
Kawasan
wisata Ubud Bali terkenal sebagai salah satu sentra karya lukis di Indonesia.
Itu yang menjadi alasannya mengunjungi Museum Puri Lukisan di Ubud. Di museum
ini, dapat disaksikan berbagai karya seniman lokal yang mengundang decak kagum.
Museum
yang berdiri sejak pertengahan 1950-an tersebut, menyimpan sejumlah koleksi
terbaik dari berbagai sekolah seni di Bali. Di museum inilah wisatawan dapat
mengetahui aliran seni di Bali, yang bertransformasi dari bercorak tradisional
hingga modern, yang dipelopori para seniman lukis Ubud.
Pada
hari kedua kunjungannya, Rizka mengunjungi Puri Agung Ubud yang terletak tepat
di tengah Ubud. Inilah tempat yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Ubud
pada masa lampau. Puri yang merupakan pusat kegiatan seni budaya dan adat ini,
memiliki tata ruang yang masih orisinal sebagaimana pertama dibangun.
Wisatawan
dapat menikmati suguhan pertunjukan tari di halaman depan Puri Agung Ubud,
persisnya pada sebuah area yang disebut “Ancak Saji”. Pertunjukan tari ini
diadakan seminggu sekali. Selain itu, dapat pula menyaksikan berbagai kelompok
seni musik di Ubud yang berlatih setiap hari di kawasan puri.
Taman
Wanara Wana menjadi kunjungan yang tidak dilewatkan Rizka saat ke Ubud. Berasal
dari bahasa Sansekerta, Wanara berarti kera dan Wana berarti hutan. Wisatawan
mancanegara mengenalnya dengan sebutan “Monkey Forest”. Inilah hutan kecil yang
menjadi habitat ratusan spesies kera di Ubud sejak ratusan tahun lalu. Secara
umum, hewan kera di tempat ini jinak, sehingga wisatawan dapat memberinya
makanan jika suka.
Kearifan
lokal menyebut hutan ini sebagai hutan yang sakral. Di kawasan hutan terdapat
tiga pura kuno yang dapat dikunjungi, yakni Pura Dalem Padangtegal, Pura
Pemanduan Suci, dan Nista Mandala. Hutan ini adalah sebuah Makam Desa, wisatawan
dapat menyaksikan langsung upacara Ngaben yang menjadi adat dan ciri khas Pulau
Bali.
Menikmati
Secangkir Kopi Luwak
Kopi
Luwak Bali di Ubud sangat terkenal seantero Nusantara. Makanya, saat itu Rizka
tidak lupa menikmati sajian kopi luwak. Dikemas dalam konsep agrowisata, wisatawan
tidak hanya dapat bersantai sembari menikmati kopi di saung-saung yang
tersedia, melainkan juga dapat melihat proses pengolahan kopi dari awal.
Saat
itu Rizka diajak berkeliling kebun kopi yang ada di sana, untuk melihat
berbagai jenis tanaman kopi. Selain itu, juga dapat melihat hewan luwak yang
menghasilkan kopi luwak di kawasan agrowisata. Untuk mencicipi secangkir kopi
luwak asli, hanya perlu mengeluarkan biaya yang tidak lebih Rp 80 ribu. Jika
suka, dapat membeli varian kopi yang dijual di sana untuk dibawa pulang sebagai
oleh-oleh.
Meski
hanya sebuah kecamatan yang terhimpun dari sejumlah desa, Ubud di Bali adalah
sebuah kawasan yang berkelas internasional. Tersedia fasilitas akomodasi sebagaimana
yang ada di Kuta Bali.
Ada
banyak hotel dan resort di Ubud, mulai kelas bintang hingga penginapan murah
yang asri, seperti hotel melati dan homestay. Tinggal di homestay menjadi jalan
terbaik bagi yang ingin melebur dalam kehidupan masyarakat Bali yang
sesungguhnya.