BLOGKATAHATIKU - Integritas dan kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan yang baik dan dapat mengakomodir kepentingan rakyat kecil, menjadi
gagasan yang telah diidamkan sejak lama oleh Komisaris Utama Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) Hasamitra, Yonggris Lao.
Merunut ihwal kehadiran
Hasamitra, kelahiran Makassar, 12 Juni 1966 ini, mengungkapkan memulai usaha
keluarga di bidang tekstil pada 1973 di Pasar Sentral, Makassar, Sulsel, yang
sama sekali jauh dari bisnis yang digelutinya sekarang.
Kepada BLOGKATAHATIKU
yang mewawancairnya via telepon seluler, Senin (21/12) di kantornya, Gedung BPR
Hasamitra, Jalan Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Yong, demikian ia disapa,
mengemukakan keterlibatannya merintis Hasamitra yang kini telah menjadi salah
satu BPR ternama di Indonesia.
Gagasan untuk terlibat
dalam usaha perbankan muncul pada masa krisis moneter di 1998. Pada saat itu, Yonggris
mengaku miris melihat kondisi perbankan yang ada, sehingga tercetus ide untuk
membentuk sebuah lembaga keuangan yang sehat, bersih, dan berintegritas.
“Namun, saat itu saya
terbentur minimnya pengalaman perbankan. Akhirnya, gagasan itu baru dapat saya
wujudkan beberapa tahun kemudian. Di awal 2000, bersama beberapa teman yang
pernah bekerja di bidang perbankan, kami mempersiapkan usaha BPR dengan
mengurus izinnya, mempersiapkan tempat, sampai akhirnya pada 2005 izinnya
keluar,” bebernya.
Lebih lanjut, pria yang
lulus pada 1991 di Teknik Sipil Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini,
mengatakan niat awal pembentukan sebuah bank, selain pesimistis melihat kondisi
perbankan yang ada, hal ini juga dipicu dari keinginan mendirikan bank yang
dapat menyalurkan bantuan permodalan kepada rakyat kecil.
“Hasamitra tumbuh
bersama masyarakat kecil, berbeda dibandingkan bank umum lainnya. Pada awalnya,
kami hanya dapat menyalurkan kredit Rp 20 juta per nasabah, namun sekarang
telah meningkat hingga Rp 100 juta per nasabah,” papar Yonggris.
Menyikapi pertanyaan
yang diajukan terkait tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Hasamitra, ayah
tiga anak tersebut mengatakan, sejauh ini bank yang ia bangun berlandaskan
trust (kepercayaan), integrity (integritas), prudence (bijaksana), dan
professionalism (profesionalisme) itu, sudah mendapat tempat di hati
masyarakat, khususnya di Sulsel.
“Sejauh ini, masyarakat
mengenal Hasamitra sebagai bank penyalur kredit yang tidak membebani dan
berbunga rendah. Masalahnya, sebelumnya sebagian masyarakat mengetahui kalau
citra atau image BPR tidak terlalu bagus, atau hanya sebagai ‘bank pasar’ yang
bermodal kecil dan tidak terlalu kuat,” aku Yonggris.
Kendati demikian,
regulasi dari Bank Indonesia (BI) terhadap BPR pada umumnya, lebih bagus dan
mendapat perhatian lebih dibandingkan bank konvensional lainnya.
“Bunga BPR sudah pasti bagus,
bunga dalam arti deposito. Regulasi dari BI mengizinkan BPR untuk memberi bunga
penjaminan yang lebih bagus dibandingkan bank umum. Jika bank umum sekitar 5,5
persen hingga tujuh persen, BPR bisa delapan persen hingga sembilan persen
untuk deposito. Ini dijamin karena pemerintah memiliki perhatian yang sangat
besar kepada rakyat kecil. Jadi, kalau rakyat kecil uangnya sudah sedikit
diberi bunga sedikit juga kan kasihan,” urai Yonggris.
Sejak resmi beroperasi
pada 2005, Hasamitra telah menorehkan prestasi yang luar biasa di tingkat
perbankan nasional. Pada 2015, bank yang telah berkembang menjadi empat cabang
di Sulsel ini berhasil meraih predikat BPR terbaik keempat dari 1.711 BPR yang
beroperasi di Indonesia. Ini berarti, Hasamitra berhasil menyisihkan 1.707 BPR
di Tanah Air.
“Penghargaan yang kami
terima dari majalah Infobank ini berdasarkan penilaian dari segi keuangan yang
sehat, pertumbuhan aset, dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Hal ini dapat
kami capai karena senantiasa menegakkan nilai-nilai luhur dalam menjalankan
usaha,” papar Yonggris yang juga merupakan Wakil Ketua Perwakilan Umat Buddha
Indonesia (Walubi) Sulsel.
Menurutnya, secara
internal Hasamitra tumbuh dari lima nilai yang menjadi pilar kegiatan
perusahaan. Salah satunya adalah trust, yang diterapkan seluruh pengurus di
Hasamitra. “Ini menjadi harga mati, yang menjadi nyawa kami. Untuk itulah,
Hasamitra senantiasa menjaga kepercayaan nasabah,” tegasnya.
Dengan menegakkan asas
tadi, pihaknya dapat menegakkan integritas yang sudah menjadi prinsip
perusahaan. “Integritas, di situ ada unsur kejujuran, ada unsur kebenaran.
Integritas itu bagaimana melaksanakan manajemen dengan baik, bagaimana
melaksanakan kegiatan perbankan secara jujur, taat asas sesuai aturan-aturan perbankan
yang ada,” tutur Yonggris.
Integritas ini juga yang
diterapkan pihaknya untuk menyambut masyarakat ekonomi Asean (MEA) yang sudah
di depan mata. “MEA merupakan iklim positif bagi pelaku usaha maupun masyarakat
di kawasan Asia Tenggara. Melalui pintu pasar yang terbuka, mereka dapat lebih
mengembangkan potensi lokal yang ada pada masing-masing daerah,” runutnya.
Kendati demikian, MEA
sekaligus menjadi “musuh” bagi yang belum siap menghadapi era pasar bebas
Asean. Ketidaksiapan tersebut biasanya tercetus dalam kegiatan-kegiatan ekonomi
yang kurang terorganisir dan efektif.
“Di sini, stakeholder
(pemangku kepentingan) memegang peran penting untuk membawa perusahaan dapat
bersaing dengan negara lain dari kawasan Asean. Implementasi terpenting yang
dapat diterapkan adalah memacu kinerja dalam tim. Tim harus dapat bersinergi
dengan baik guna mengolah potensi yang ada, dengan menawarkan produk
berkualitas yang memenuhi standar MEA itu sendiri,” pesannya.
Untuk itu, pihaknya
optimis dapat bersaing dalam era MEA. “Kami sudah siap, bukan saja menelurkan
program-program unggulan yang dapat menarik lebih banyak minat nasabah untuk
bergabung di bank kami, akan tetapi juga bagi masyarakat dalam kawasan Asean.
Salah satunya terus memegang teguh integritas yang sudah kami tanamkan sebagai
prinsip perusahaan,” tutup Yonggris.