 |
BLOGKATAHATIKU/IST |
BLOGKATAHATIKU - Singapura
merupakan negara tetangga yang paling sering dikunjungi warga negara Indonesia.
Itu karena biayanya yang relatif lebih terjangkau. Walaupun ukuran wilayahnya
kecil, memiliki cukup banyak tempat wisata dengan panorama gedung tinggi khas
kota kosmopolitan.
Beberapa
bulan lalu, penyiar Radio Bharata Makassar, Erick Alamsyah bersama
teman-temannya mengunjungi negara yang perdana menterinya bernama Lee Hsien
Loong. Penerbangan dilakukan selama kurang lebih dua jam dari Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin menuju Bandar Udara Internasional Cangi
Singapura.
Selama
empat hari Erick berlibur di Singapura. Waktu yang cukup singkat tersebut
dimanfaat sebaik-baiknya untuk mengunjungi beberapa tempat wisata yang sudah
dikenalnya lebih dulu melalui kerabat yang sudah pernah mengunjungi negara ini.
Tujuan
utama yang dipilihnya adalah Merlion Park. Di tempat ini berdiri sebuah patung
kepala singa dan berbadan ikan, yang sudah menjadi maskot Singapura. Nama Merlion
merupakan gabungan dari “mermaid” dan “lion” atau dalam bahasa Indonesia adalah
ikan duyung dan singa. Taman Merlion Park buka 24 jam setiap hari, dan tidak
dipungut biaya bagi siapapun yang ingin berkunjung.
Para pelancong dapat menghemat biaya perjalanan,
dengan mengunjungi tempat ini. Selain berfoto-foto, juga dapat menikmati
pemandangan sungai yang ada di lokasi ini, karena Merlion Park terletak di
depan Singapore River. “Memiliki foto di depan Merlion Park sudah menjadi
kewajiban. Dapat dijadikan sebagai kenang-kenangan sekaligus bukti sudah pernah
ke Singapura,” ujarnya.
Berdekatan
dengan patung Merlion, ada sebuah gedung yang bernama Esplanade. Gedung ini
juga biasa disebut gedung mata lalat atau durian. Mereka yang pergi ke
Singapura dan tidak megabadikan kenangan di tempat ini, akan terasa tidak
sedang wisata ke Singapura. Berlokasi di seberang hotel Fullerton, di Taman
Merlion, One Fullerton. Untuk menuju ke sana, dapat menaiki MRT yang kemudian
turun di stasion Raffles Place atau City Hall, lalu dapat dilanjutkan dengan
berjalan kaki.
Marina
Bay Sands adalah ikon sekaligus tempat wisata di Singapura yang terbaru. Hampir
semua wisatawan dari Indonesia yang datang ke Singapura berfoto-foto dengan
latar belakang Marina Bay Sands. Tempat ini, selanjutnya menjadi tujuan Erick
dan teman-temannya. Marina Bay Sands adalah sebuah pusat hiburan dan resort
terpadu yang dibuka sejak 2010.
Penampilan
visual bangunan Marina Bay Sands sangat unik, tiga gedung utama yang
dihubungkan dengan bangunan berbentuk kapal di atasnya. Marina Bay Sands
memiliki ribuan kamar hotel, kasino, teater, ruang kesenian, restoran, klub
malam, taman, hingga mal mewah, yang semuanya berada dalam satu lokasi. Selain
itu, di bangunan berbentuk perahu yang ada di atas gedung, terdapat kolam
renang yang merupakan kolam renang terpanjang di dunia, dengan panjang sekitar
150 meter, dan berada di ketinggian 200 meter.
Di
atas ketinggian Marina Bay, wisatawan dapat melihat Singapura, Indonesia, dan
Malaysia. Apabila ingin naik ke atas Marina Bay Sands, harus membayar sekitar
Rp 250 ribu. Pada malam hari, Marina Bay Sands mempertontonkan atraksi cahaya
yang menarik dan dipantulkan Danau Marina Bay.
Tidak
jauh dari gedung Marina Bay, Erick menyempatkan diri mengunjungi Gardens by The
Bay, yang merupakan sebuah taman unik. Selayaknya taman, Gardens by The Bay
mempunyai banyak pohon dan tumbuhan hijau. Uniknya, wisatawan dapat menemukan
beberapa pohon buatan menjulang tinggi bak pohon raksasa. Pohon-pohon buatan ini terbuat dari
baja dan berfungsi untuk menampung air hujan dan energi matahari.
Pada
malam hari, lampu yang dipasang di pohon buatan setinggi gedung bertingkat 16
ini akan menyala, sehingga menjadi sangat indah dipandang mata. Untuk
berkeliling di area ini tidak dikenakan biaya. Namun, apabila ingin naik dan
berjalan-jalan di jembatan yang menghubungkan pohon-pohon buatan tersebut,
harus membeli tiket Rp 50 ribu. Di area ini terdapat juga Cloud Forest dan
Flower Dome, yang merupakan tempat konservatori tanaman dan bunga dengan tiket
Rp 350 ribu.
Singapura
memiliki beragam kuliner perpaduan cita rasa warisan multikultur yang kaya.
Keragaman budaya masyarakat tercermin dari rangkaian hidangan menu lokal yang
bisa ditemukan, seperti makanan Melayu, India, Tionghoa, dan lainnya. Sebagai
seorang Muslim, Erick mencari tempat kuliner yang halal, dan itu tidak terlalu
sulit untuk didapatkan.
Untuk
hidangan kuliner khas Melayu di Singapura, tidak terlalu berbeda jauh dengan
kuliner yang ada di Indonesia. Wisatawan dapat menikmati berbagai macam rempah
yang terdapat dalam setiap sajian menu masakan, seperti jahe, kunyit, serai,
daun kari, dan cabai. Salah satu kuliner halal yang cukup popular adalah roti
prata, martabak, dan nasi biryani.
Di
Singapura juga dapat ditemui restoran yang berasal dari Indonesia. Salah
satunya adalah Tambuah Mas Indonesian Restaurant. Ini merupakan restoran
Indonesia tertua di Singapura, berdiri sejak 1981. Restoran ini menyediakan
masakan dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Padang, Sulawesi, dan Jawa.
Beberapa menu favorit, antara lain tahu telur, gado-gado, soto ayam, ikan nila
goreng, sate ayam, dan nasi kuning.
Kurang
lengkap liburan ke Singapura tanpa mengunjungi taman hiburan yang sangat
terkenal, Universal Studio. Tempat ini mirip Dunia Fantasi (Dufan) di Jakarta,
dan merupakan salah satu tempat wisata di Singapura yang paling terkenal bagi
warga Indonesia. Harga tiket Universal Studios pada akhir pekan, tanggal merah,
dan musim liburan cukup mahal, bisa sampai Rp 1 juta untuk orang dewasa.
Apabila ingin hemat, cukup berfoto di depan bola dunia Universal Studios.
Apabila
ingin masuk dan bermain di Universal Studios, datanglah pada pagi hari. Antrean
permainan di Universal Studios bisa sangat panjang, kecuali yang mempunyai
tiket prioritas, sehingga tidak perlu mengante panjang. Harga tiketnya tentu
lebih mahal dari tiket biasa.
Berburu
Oleh-oleh di Bugis Street
Mengunjungi
suatu tempat wisata rasanya kurang lengkap jika tidak membawa oleh-oleh. Banyak
lokasi berbelanja di Singapura yang bisa didatangi, mulai mal mewah hingga
pasar pinggir jalan, yang menjual beragam suvenir.
Penasaran
dengan namanya, Erick memilih berburu oleh-oleh di Bugis Street. Tampak tulisan
“Bugis Street” besar menyala terang seolah menyambut pengunjung yang datang.
Bugis Street adalah sebuah jalan di Singapura yang terkenal dengan wisata
belanjanya. Bugis Street menawarkan pengalaman wisata belanja murah ala
jalanan. Lokasi Bugis Street hanya sekitar 50 meter dari stasiun Bugis..
Saat
memasuki kawasan Bugis Street, dengan mudah ditemukan suvenir lucu khas
Singapura. Mulai dari gantungan kunci, magnet kulkas, kaus, tas, dompet, hingga
makanan kecil seperti coklat, biskuit, hingga selai srikaya. Untuk kaus
dibanderol pedagang 10 dolar Singapura per tiga pieces. Jika ingin membeli baju
kaus dengan kualitas lebih baik, harga per helainya 10 dolar Singapura.
Sejarah
Bugis Street jauh berawal pada saat Singapura masih bernama Temasek, yang
terkenal sebagai kota pelabuhan, menarik banyak imigran dari berbagai etnis
untuk datang dan berdagang. Pedagang dan pelaut ulung Bugis dari Indonesia juga
berkumpul di sini. Pada 1829, dari Makassar mereka membawa rempah-rempah dan
emas menggunakan perahu Phinisi menyeberangi lautan.
Kedatangan
pelaut-pelaut Bugis sekaligus membentuk komunitas Bugis yang bermukim di
kampung Bugis atau Bugis Village. Di kawasan Bugis berdiri pusat perbelanjaan
terkenal seperti Bugis Village, Bugis Junction, Bugis Square, dan Arab Street.
Di kawasan ini juga terdapat masjid terbesar di Singapura, Sultan Mosque yang
merupakan masjid peninggalan pengusaha pengusaha Bugis.
Konon
untuk membangun masjid itu, orang-orang Bugis mengumpulkan uang dan emas,
bahkan menjual tanahnya.