![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Dunia
anak yang identik dengan keceriaan, menyimpan potensi pasar yang potensial bagi
sejumlah perusahaan. Serangkaian produk dan layanan jasa pun sengaja diciptakan
untuk mendulang omset.
Anak
merupakan pasar yang unik. Unik karena uang yang mereka belanjakan sering kali
bukan uang mereka sendiri, tetapi mereka memiliki kekuatan beli yang besar.
Menurut pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sulsel bagian
Kompartemen, dr Zainal Abidin Zain, anak-anak adalah calon konsumen masa depan.
Itu sebabnya sangat tepat bagi sebuah perusahaan, menanamkan brand mereka ke
anak-anak, dengan harapan berkelanjutkan hingga nanti tumbuh dewasa.
Jumlah
anak-anak di Kota Makassar, jelas Zainal, minimal dua kali lebih banyak dari pasar
orang dewasa. Meskipun kemampuan daya beli rendah karena belum bekerja,
terkadang apapun permintaan anak, akan diberikan orang tua demi menunjukkan
rasa sayangnya.
Dalam
beberapa tahun terakhir, pasar pada segmen anak di Indonesia menunjukkan
perkembangan menakjubkan. Hasil studi sebuah lembaga riset bidang pemasaran di
Indonesia, Frontier Marketing and Research Consultant (FMRC), menunjukkan pasar
anak-anak Indonesia bernilai Rp 5 triliun.
Kesimpulan
tersebut berdasarkan survei terhadap 2.500 responden anak dan 1.500 responden
ibu. Survei mencakup 20 kategori produk yang biasa dikonsumsi anak-anak,
seperti, permen, coklat, biskuit, camilan, kacang, es krim, sepatu, hingga
obat-obatan.
Pertumbuhan
produk baru untuk anak-anak juga lebih tinggi dibandingkan produk untuk remaja
dan orang dewasa. Jumlahnya cukup mencengangkan, sekitar 50 persen lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan relatif terhadap merek untuk segmen remaja.
Saat
ini beberapa perusahaan nasional maupun internasional sudah unjuk aksi, dengan
membidik anak-anak sebagai pasar potensial. Sebut saja produsen tablet Cina
Movimax yang sedang gencar memasarkan tablet Android untuk anak-anak dengan
harga Rp 1 juta. Jauh sebelum pasar Informasi Teknologi (IT) booming di
Indonesia, beberapa produsen vitamin suplemen sudah memulai menggarap segmen
anak.
Langkah
perusahaan-perusahaan raksasa berlabel nasional dan internasional tersebut,
wujud diferensiasi produk untuk anak-anak. Itu wajar bahkan harus dilakukan,
untuk lebih memudahkan merek mereka tertanam dalam otak anak-anak, sebagai
potensi pasar di masa depan, saat anak-anak sudah menjadi dewasa.
Strategi
menggarap pasar anak berbeda dengan dewasa. Secara kognitif, anak belum
memiliki kemampuan memroses informasi dengan benar. Karena perkembangan otak
anak belum seperti orang dewasa. Anak biasanya bersifat impulsif atau spontan.
Jadi, tahap-tahapnya tidak lagi belief-evaluation-behaviour, tetapi langsung
behaviour. Biasanya untuk produk-produk yang memiliki tingkat risiko tinggi,
pendapat anak hanya ada pada tahap awal. Tetapi untuk produk yang tidak
memiliki risiko seperti makanan ringan, peranan anak akan lebih dominan.
Meskipun
potensi pasar anak sangat besar, tetapi Zainal melihat masih sedikit pengusaha
yang merespons. Pertimbangannya adalah mereka masih ingin fokus mengembangkan
usaha yang telah berjalan. Selain itu masih banyak juga pengusaha yang belum
jeli melihat peluang besar di segmen pasar anak-anak. “Hanya pengusaha yang
jeli melihat peluang, yang mengambil anak-anak sebagai segmen pasar.
Kesinambungan usaha untuk jangka waktu lama bisa digapai, jika pengusaha mau
serius menggarap pasar tersebut sejak awal,” terang Zainal. (Yusuf A/blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment