![]() |
Foto: Effendy Wongso |
Pertumbuhan
ekonomi Sulsel yang cukup tinggi menjadi jualan politik para peserta debat kedelapan
calon presiden RI melalui Konvensi Partai Demokrat (PD), Rabu (5/3) di Hotel Grand
Clarion, Jalan AP Pettarani, Makassar. Sejumlah peserta konvensi mengangkat
pertumbuhan ekonomi Sulsel, dan dijadikan sebagai penghubung pemerataan ekonomi
di kawasan timur Indonesia (KTI). Peserta konvensi menyinggung pertumbuhan
ekonomi di KTI yang tidak sama dengan kawasan barat Indonesia (KBI).
Para
peserta konvensi dibagi dua sesi, sesi pertama masing-masing, Irman Gusman, Purnomo
Edhie Wibowo, Gita Irawan Wiryawan, Marzuki Ali, dan Rasyid Anies Baswedan. Sementara
untuk sesi kedua yang tampil adalah Ali Masykur Musa, Dino Patti Djalal,
Endriartono Sutarto, Hayono Isman, Sinyo Harry Sarundajang, dan Dahlan Iskan.
Anies
Baswedan yang merupakan Rektor Universitas Paramadina mengatakan, terjadi
ketimpangan pembangunan ekonomi yang ada di KTI dan KBI. Untuk memeratakan
pembangunan antara KTI dan KBI, perlu adanya relokasi industri-industri besar
yang ada di KBI, khususnya di Pulau Jawa ke KTI. “Dengan adanya relokasi
pusat-pusat industri yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera, maka ini dapat
memeratakan pembangunan di Indonesia,” ujarnya.
Anies
menjelaskan, dengan adanya relokasi Industri ke KTI, khususnya Sulsel bisa
menyerap tenaga kerja baru, sehingga pengangguran di Indonesia bisa berkurang.
Selain itu, kontrol dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam
pembangunan yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
“Kita
perlu melakukan efisiensi dan lebih memfokuskan pemerataan pembangunan di
seluruh Indonesia. Selain itu, porsi yang sama perlu diberikan kepada setiap
daerah,” paparnya.
Sementara
itu, mantan Menteri Perdagangan (Mendag), Gita Irawan Wiryawan, mengatakan
masalah pembangunan infrastruktur memang menjadi kendala di KTI sehingga sangat
tertinggal dibanding KBI. “Jika melihat besaran APBN kita, untuk melakukan
pembangunan yang merata di seluruh daerah di Indonesia adalah tidak mungkin. Porsi anggaran pun juga sangat terbatas dan
hanya terpusat di KBI,” ungkapnya.
Salah
satu peserta Kovensi Partai Demokrat di sesi dua, Ali Masykur Musa, mengatakan
pertumbuhan ekonomi yang sudah terjadi dalam satu dekade terakhir, sudah
menempatkan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia
dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 9.084 triliun pada 2013
lalu. Hanya saja, sebutnya kekuatan ekonomi ini hanya berpusat di Pulau Jawa
dan Sumatera yang menguasai 82 persen total PDB Indonesia.
Dengan
demikian, porsi ekonomi tidak merata di seluruh pulau di Indonesia yang ada di KTI.
Dalam debat bernegara Konvensi Demokrat putaran kedelapan, Ali menilai ekonomi
Indonesia masih jauh dari harapan. Hal itu karena pemerintah saat ini belum
bisa menjembatani ketersediaan infrastruktur yang memadai.
“Pembangunan
masih berpusat di KBI. Kue Anggaran yang berasal dari APBN masih lebih difokuskan
di Pulau Jawa dan Sumatera hingga 81 persen. Padahal, sumbangan pendapatan
negara di KTI masih lebih besar dibandingkan yang kawasan lainnya di Indonesia.
Untuk itu, Sulsel harus dijadikan gerbang ekonomi di KTI, apalagi Sulsel adalah
provinsi yang mempunyai pertumbuhan ekonomi tertinggi dibanding provinsi
lainnya di KTI,” papar mantan pimpinan Badan Pengawas Keuangan (BPK) RI ini.
Jika
nantinya terpilih, lanjutnya, ia akan mendukung percepatan pembangunan
infrastruktur yang ada di Sulsel seperti jalur trans Sulawesi yang menghubungkan
provinsi-provinsi di Sulawesi. “Pembangunan Sulsel cukup menjanjikan. Tetapi
hal berbeda terjadi di Sulbar, Sultra, Sulut, Sulteng, dan Gorontalo yang masih
kalah dibandingkan Sulsel,” beber Ali.
Untuk
itu, menurutnya Sulsel harus menjadi snowball effect pembangunan ekonomi
kawasan. Apalagi, Sulsel merupakan provinsi yang sudah masuk dalam rancangan Master
Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I), dan sebagai sentra produksi hasil
pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan pertambangan nasional.
“Perlu
adanya dorongan untuk mengundang investasi yang lebih besar lagi di Sulsel.
Selain itu, bagaimana mendorong sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
untuk memperkuat perekonomian di Sulawesi, khususnya di Sulsel. Jika hal
tersebut bisa dalaksanakan, maka KTI akan sama tinggi dengan KBI. Inilah
cita-cita para founding father untuk menyatukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI),” pesannya.
Hal
senada diungkapkan Dahlan Iskan yang menyebut pembangunan infrastruktur di KTI
masih sangat tertinggal dibandingkan KBI. Ketidakmerataan tersebut terjadi
akibat pertumbuhan ekonomi yang masih dipusatkan di KBI ketimbang KTI. “Ketimpangan
pembangunan ini harus segera diselesaikan. Jika hal tersebut tidak bisa
diselesaikan, Indonesia akan semakin tertinggal dibandingkan negara lain yang
ada di Asean,” ujarnya.
Padahal,
lanjutnya Dahlan jika dilihat pertumbuhan ekonomi di KTI, khususnya Sulsel
adalah penyumbang tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Peningkatan
infrastruktur di KTI perlu dikedepankan dan menjadi fokus pemerintah agar tidak
terjadi ketimpangan. (Annisa/blogkatahatiku.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment