Oleh
Aishaa Nazwa
Masih
saja kau menakar pasir
meski
angin selalu meniupnya
menjadi
serpih.
Masih
saja kau pahat karang
meski
jemarimu kucurkan darah
menjelma
kristal.
sesuatu
sepertinya terus saja bermain;
dalam
aliran darah,
dalam
denyut nadi,
dalam
hening,
dalam
ramaimu.
Mengajak,
merajuk padamu
untuk
menghitung bilangan senja
yang
tenggelam bersama badai
: dua
puluh purnama silam
No comments:
Post a Comment